
Harga Minyak Meroket, Sektor Pertambangan Pimpin Laju IHSG
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 April 2018 10:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Meroketnya harga minyak mentah dunia memberikan suntikan energi bagi harga saham emiten-emiten sektor pertambangan, utamanya yang berada dalam sub-sektor minyak dan gas. Hingga berita ini diturunkan, indeks saham sektor pertambangan menguat hingga 0,68%, tertinggi jika dibandingkan 9 sektor lainnya yang merupakan anggota dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) naik 3,53%, PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,46%, dan PT Benakat Integra Tbk (BIPI) naik 1,22%.
Pada perdagangan kemarin (18/4/2018), Harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 3% ke level US$ 68,5/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 2,65% menjadi US$ 73,48/barel.
Brent sempat mencapai titik tertingginya sejak November 2014 di level US$ 73,93/barel, sementara WTI sempat mencapai titik tertingginya sejak Desember 2014 di level US$ 68,91/barel. Pada perdagangan hari ini (19/4/2018), rally harga minyak belum juga terhenti: WTI naik 0,39% ke level US$ 68,74/barel, sementara brent naik 0,41% ke level US$ 73,79/barel.
Sentimen positif bagi harga minyak dipicu oleh turunnya cadangan minyak AS sebesar 1,1 juta barel sepanjang minggu yang berakhir pada 13 April. Saat ini, total cadangan minyak AS tercatat sebesar 427,57 juta barel, mendekati rata-rata 5 tahun terakhir yang sekitar 420 juta barel.
Kemudian, laporan dari Reuters menyebutkan bahwa pengekspor minyak mentah terbesar dunia yaitu Arab Saudi ingin harga minyak naik ke level US$ 80/barel atau bahkan US$ 100/barel. Hal ini lantas menimbulkan spekulasi bahwa kebijakan pemotongan produksi yang kini tengah dilakukan oleh negara-negara anggota OPEC dan non-OPEC akan diperpanjang guna menyokong harga si emas hitam.
Keinginan Arab Saudi untuk mendorong harga minyak ke level yang tinggi memang masuk akal. Pasalnya, mereka sedang melakukan reformasi struktural yang membutuhkan biaya besar, sehingga memerlukan pemasukan yang tinggi dari komoditas minyak.
Belum lagi adanya IPO saham Saudi Aramco yang hingga kini belum jelas kapan akan dilaksanakan. Jika harga minyak layu sebelum aksi korporasi itu dilakukan, maka harga penawaran perdana Saudi Aramco akan ikut turun.
Terakhir, harga minyak juga terdongkrak naik oleh ekspektasi bahwa AS akan kembali memberlakukan sanksi ekonomi bagi Iran yang sempat dicabut pada masa pemerintahan Barack Obama. Jika hal ini terjadi, maka pasokan minyak mentah dunia akan berkurang.
(ank/ank) Next Article Harga Minyak Naik, Indeks Saham Pertambangan Terbang Tinggi
Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) naik 3,53%, PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,46%, dan PT Benakat Integra Tbk (BIPI) naik 1,22%.
Pada perdagangan kemarin (18/4/2018), Harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 3% ke level US$ 68,5/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 2,65% menjadi US$ 73,48/barel.
Sentimen positif bagi harga minyak dipicu oleh turunnya cadangan minyak AS sebesar 1,1 juta barel sepanjang minggu yang berakhir pada 13 April. Saat ini, total cadangan minyak AS tercatat sebesar 427,57 juta barel, mendekati rata-rata 5 tahun terakhir yang sekitar 420 juta barel.
Kemudian, laporan dari Reuters menyebutkan bahwa pengekspor minyak mentah terbesar dunia yaitu Arab Saudi ingin harga minyak naik ke level US$ 80/barel atau bahkan US$ 100/barel. Hal ini lantas menimbulkan spekulasi bahwa kebijakan pemotongan produksi yang kini tengah dilakukan oleh negara-negara anggota OPEC dan non-OPEC akan diperpanjang guna menyokong harga si emas hitam.
Keinginan Arab Saudi untuk mendorong harga minyak ke level yang tinggi memang masuk akal. Pasalnya, mereka sedang melakukan reformasi struktural yang membutuhkan biaya besar, sehingga memerlukan pemasukan yang tinggi dari komoditas minyak.
Belum lagi adanya IPO saham Saudi Aramco yang hingga kini belum jelas kapan akan dilaksanakan. Jika harga minyak layu sebelum aksi korporasi itu dilakukan, maka harga penawaran perdana Saudi Aramco akan ikut turun.
Terakhir, harga minyak juga terdongkrak naik oleh ekspektasi bahwa AS akan kembali memberlakukan sanksi ekonomi bagi Iran yang sempat dicabut pada masa pemerintahan Barack Obama. Jika hal ini terjadi, maka pasokan minyak mentah dunia akan berkurang.
(ank/ank) Next Article Harga Minyak Naik, Indeks Saham Pertambangan Terbang Tinggi
Most Popular