Newsletter

Sejenak Mencermati Arah Kebijakan Moneter

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
19 April 2018 07:24
Sejenak Mencermati Arah Kebijakan Moneter
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
  • IHSG ditutup menguat pada perdagangan kemarin
  • Bursa Asia menghijau menyambut peluang reunifikasi Korea
  • Wall Street mencatat penguatan berkat kinerja positif emiten

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,55% ke level 6.320,01 pada perdagangan kemarin (18/4), mengekor bursa saham utama regional yang menghijau menyambut berkurangnya kadar risiko konflik regional dari semenanjung Korea. Hari ini, pelaku pasar perlu mencermati arah kebijakan moneter.

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai transaksi sebesar Rp 7,19 triliun pada perdagangan kemarin, dengan volume sebanyak 9,37 miliar saham. Frekuensi perdagangan mencapai 448.429 kali.

Secara sektoral, penguatan IHSG didorong sektor barang jasa keuangan yang menguat 0,91% dan memberikan sumbangan sebesar 16,7 poin dari penguatan IHSG yang sebesar 34,2 poin. Penguatan sektor tersebut dipicu oleh kenaikan harga saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,95%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,9%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,88%.

Investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 223,16 miliar. PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 128,31 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 88,11 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 76,81 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 43 miliar), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 39,79 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing.

Indeks bursa saham Korea Selatan yakni Kospi naik 1,07% setelah Korea Selatan dan Korea Utara dikabarkan sedang berdiskusi untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung sejak 1953. Konferensi antar kedua negara membahas itu dijadwalkan akan digelar pekan depan.

Lebih lanjut, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memaparkan bahwa pemerintahannya telah menjalin komunikasi secara intens dengan Korea Utara guna mengatur pertemuannya dengan Kim Jong Un yang dijadwalkan pada akhir Mei atau Juni.

Pernyataan ini dilontarkan Trump pada saat sesi foto dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang sedang melakukan kunjungan ke AS. Menyambut berita tersebut, Indeks Nikkei naik 1,42%, Shanghai naik 0,8%, Hang Seng naik 0,74%, dan Strait Times naik 1,7%.
Hari ini, pelaku pasar perlu mencermati kebijakan Bank Indonesia (BI) berupa suku bunga acuan, pasca melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama 2 hari terakhir. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menyebutkan kemungkinan besar BI masih akan menahan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate di 4,25%.

Permintaan domestik yang masih terbatas diyakini membuat BI masih bertahan dengan stance netral dalam kebijakan moneter.   Eugenia Victorino Fabon, Ekonom ANZ, menilai sebenarnya permintaan domestik sudah mulai tumbuh. Ini terlihat dari impor yang tumbuh kencang, yang merupakan pertanda investasi akan tumbuh karena impor didominasi bahan baku dan barang modal.

Namun, lanjut Fabon, di sisi lain pertumbuhan permintaan masih relatif terbatas. Sinyal ini datang dari laju inflasi 2018 yang masih lambat, utamanya inflasi inti yang di bawah 3%. "Dengan perkembangan ini, BI punya ruang untuk mempertahankan stance netral. Suku bunga acuan pun kami perkirakan tetap sampai akhir 2018," sebutnya.

Sikap BI yang mempertahankan suku bunga acuan bisa diartikan positif maupun negatif. Positifnya adalah pasar bisa diyakinkan bahwa tidak akan terjadi lonjakan inflasi. Ekspektasi inflasi akan terjangkar sesuai target 2,5-4,5%.

Namun negatifnya, saat ini sedang terjadi tren pengetatan moneter global. Teranyar, Otoritas Moneter Singapura (MAS) melakukan pengetatan moneter pertama dalam enam tahun terakhir.

Perbedaan ini bisa membuat negara lain menjadi lebih menarik ketimbang Indonesia. Akibatnya adalah aliran modal keluar (capital outflows) untuk mencari keuntungan yang lebih besar. Nilai tukar rupiah bisa tertekan, dan BI terpaksa menggunakan cadangan devisa sebagai amunisi untuk stabilisasi kurs. Cadangan devisa akan terus berkurang.

Dari luar negeri, langkah People's Bank of China (PBoC) selaku bank sentral China yang secara mengejutkan melonggarkan kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) perlu dicermati. Tingkat GWM diturunkan sebanyak 100 basis poin (bp) dan mulai efektif per 25 April 2018.

Pelonggaran GWM ini diharapkan akan membantu perbankan memiliki sumber likuiditas lebih banyak untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat, mengingat saat ini China menggenjot konsumsi rumah tangga untuk mendongkrak perekonomiannya.

Namun, kebijakan ini justru bertentangan dengan kenaikan suku bunga acuan sebesar 5 bp yang diambil pada bulan lalu. Investor kini dibuat bingung dengan kedua kebijakan yang berlawanan arah tersebut.

Dari AS, Federal Reserve dalam Beige Book terbarunya menyebutkan bahwa outlook perekonomian AS masih akan positif ke depannya, meski perlu antisipasi terhadap kenaikan harga baja menyusul kebijakan tarif yang baru diberlakukan baru-baru ini.
Dari New York, pelaku pasar terlihat masih mempertahankan posisinya di Wall Street meski Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi tipis, sebesar 0,14%, ke 24.748,07. Indeks S&P 500 masih menguat dengan kenaikan sebesar 0,08%, sedangkan Nasdaq naik 0,19%.

Koreksi Dow Jones, yang berisikan 30 saham terbesar di AS, terjadi menyusul tekanan yang menimpa saham IBM sebesar 7,5% akibat kekecewaan pelaku pasar karena laba bersih yang dibukukan tahun lalu dibantu oleh manfaat pajak yang bersifat sekali (one time gain).

Secara umum, emiten-emiten di AS terutama yang bergerak di sektor teknologi masih membukukan kinerja positif, sehingga indeks Nasdaq masih bertahan di jalur hijau.

Menurut data Thomson Reuters, sebanyak 79% dari 500 perusahaan yang menjadi konstituen indeks S&P pada tahun lalu membukukan kinerja positif dengan catatan laba bersih melampaui ekspektasi. Sementara itu, 83% lainnya mampu mencatat penjualan di atas ekspektasi pasar.

Sentimen fundamental tersebut mampu menjaga Wall Street dari koreksi lebih besar di tengah kekhawatiran yang mengemuka menyusul posting twit Presiden AS Trump yang menegaskan keengganannya untuk bergabung kembali dalam negosiasi blok dagang Trans-Pacific Partnership (TPP). Padahal, kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke AS yang kini tengah berlangsung diharapkan dapat membujuk Trump untuk kembali bergabung.  

“Sementara Jepang dan Korea Selatan menginginkan kita (AS) untuk kembali ke TPP, saya tak menyukai kesepakatan tersebut untuk AS. Terlalu banyak kemungkinan dan mustahil untuk keluar (dari TPP) jika hal tersebut tidak berjalan dengan baik. Perjanjian bilateral jauh lebih efisien, menguntungkan, dan lebih baik bagi pekerja kita. Lihatlah betapa buruknya WTO kepada AS,” cuit Trump dalam akun Twitter @realDonaldTrump.

Masih enggannya Trump untuk kembali bergabung dalam negosiasi TPP menandakan bahwa stance mantan taipan properti tersebut dalam hal perdagangan belum melunak. Akibatnya, resolusi dengan China nampak makin sulit untuk dicapai, setidaknya dalam waktu dekat.

Di sisi lain negara berekonomian terbesar kedua dunia setelah AS, yakni China resmi memberlakukan bea masuk senilai 179% atas ekspor sorgum asal AS. Sorgum merupakan bahan baku dari minuman keras yang sangat populer di China. Sepanjang tahun lalu, ekspor sorgum AS ke China mencapai hampir US$1 miliar. Asal tahu saja, China merupakan pembeli terbesar atas sorgum asal AS. Faktor harga minyak juga patut diawasi karena berpeluang menjadi katalis bagi penguatan IHSG, khususnya bagi saham-saham emiten migas dan pertambangan. Harga minyak dunia bergerak ke level tertingginya sejak akhir 2014 kemarin, dipicu oleh anjloknya cadangan minyak AS sebesar 1,1 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 13 April.

Rilis beberapa data resmi dari AS, yang diprediksi positif, menambah daftar panjang sentimen positif bagi penguatan harga minyak. Sebelumnya, harga minyak sudah menguat cukup signifikan oleh memanasnya tensi di Timur Tengah, serta kepatuhan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam memangkas produksi minyak mentahnya.

Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Rilis data suku bunga acuan Indonesia periode April 2018 (tentatif)
  • Rilis data indeks penjualan ritel Inggris periode Maret (15:30)
  • Rilis data klaim pengangguran AS (19:30)
Investor juga perlu mencermati aksi perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:

PerusahaanJenis KegiatanWaktu
PT Bukit Asam Tbk (PTBA)Presentasi Laporan Keuangan Kuartal 111:00
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)RUPS Tahunan09:00
PT Mandom Indonesia Tbk (TCID)RUPS Tahunan10:00
PT Indofarma Tbk (INAF)RUPS Tahunan10:00
PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (MFMI)RUPS Tahunan10:00
PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR)RUPS Tahunan10:00
PT Tunas Ridean Tbk (TURI)RUPS Tahunan13:30

IndeksClosePrev. close% Change% YTD
IHSG6,320.006,285.760.54(0.56)
LQ451,034.251,026.990.71(4.18)
Dow Jones24,748,0724,709.51 (0.16)(1.55)
CSI3003,766.093,748.640.47(6.57)
Hang Seng30,284.2530,062.750.741.22
NIKKEI 22,158.2021,847.591.42(2.67)
Strait Times3,557.823,498.201.704.55


Komoditas Close % Change % YoY
Minyak WTI (USD/barel)68.633,3535,96
Minyak Brent (USD/barel)73.783,0539,33
Emas (USD/troy ons)1.352,090,315,72
CPO (MYR/ton)2.3930,04(7,39)
Batu bara (USD/ton)91,981,329,37
Tembaga (USD/pound)3,162,624,76
Nikel (USD/ton)14.870054,07
Timah (USD/ton)21.4752,148,46
Karet (JPY/kg)182,55,61(20,31)
Kakao (USD/ton)2.8253,5649,1

Mata Uang UtamaClosePrev. close% Change% Yearly
USD/IDR13.773 13,781 0.06 (3.6)
EUR/USD1.2378 1.2386 0.0815.58
GBP/USD1.4202 1.4201 (0.59)11.14
USD/CHF0.9685 0.9710 0.28(2.97)
USD/CAD1.2628 1.2681 0.66 (6.35)
USD/JPY107.33 106.99 0.32(1.39)
AUD/USD0.7790 0,7791 0,01 3.92


Indikator EkonomiTingkat
Rupiah (penutupan 18 April)Rp 13,770.00/USD
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY)5,07%
Inflasi (Maret 2017 YoY)3,40%
Defisit anggaran (APBN 2018)-2,19% PDB
Transaksi berjalan (2017)-1,7% PDB
Neraca pembayaran (2017)US$ 11,6 miliar
Cadangan devisa (Maret 2018)US$ 126,00 miliar
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular