
Investor Asing Keluar Rp 223 M, IHSG Masih Bisa Naik 0,55%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 April 2018 16:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,55% ke level 6.320,01 pada perdagangan hari ini. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan regional yang juga diperdagangkan menguat.
Indeks Nikkei naik 1,42%, indeks Shanghai naik 0,8%, indeks Hang Seng naik 0,74%, indeks Strait Times naik 1,69%, dan indeks Kospi naik 1,07%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,19 triliun dengan volume sebanyak 9,37 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 448.429 kali.
Secara sektoral, penguatan IHSG paling banyak disumbang oleh sektor barang jasa keuangan yang menguat 0,91% dan memberikan sumbangan sebesar 16,7 poin dari penguatan IHSG yang sebesar 34,2 poin.
Penguatan sektor tersebut dipicu oleh kenaikan harga saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,95%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,9%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,88%.
Laju IHSG pada hari ini banyak didorong oleh sentimen eksternal. Korea Selatan dan Utara dikabarkan dikabarkan sedang melakukan diskusi untuk mengumumkan secara resmi berakhirnya perang antar kedua negara yang sudah berlangsung sejak tahun 1953 silam. Diskusi ini terjadi menjelang konferensi antar kedua negara yang akan digelar pekan depan.
Lebih lanjut, pada pagi hari tadi Presiden AS Donald Trump memaparkan bahwa pemerintahannya telah menjalin komunikasi secara intens dengan Korea Utara guna mengatur pertemuannya dengan Kim Jong Un yang dijadwalkan pada akhir Mei atau pada bulan Juni. Pernyataan ini dilontarkan Trump pada saat sesi foto dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang sedang melakukan kunjungan ke AS.
Dari sisi perdagangan, kunjungan Abe ke Negeri Paman Sam diharapkan dapat membebaskan Jepang dari pengenaan bea masuk baja dan aluminium yang diumumkan oleh Trump pada bulan lalu. Pengecualian Jepang dari bea masuk baja dan aluminium tentu akan mencairkan kekhawatiran terkait perang dagang yang sudah membatasi pergerakan bursa saham dunia dalam beberapa waktu terkahir.
Namun, beberapa hal membatasi laju bursa saham Benua Kuning pada hari ini. Pertama, pada hari ini China telah resmi mengenakan bea masuk senilai 179% atas ekspor sorgum asal AS. Sorgum merupakan bahan baku dari minuman keras yang sangat popular di China. Sepanjang tahun lalu, ekspor sorgum AS ke China mencapai hampir US$ 1 miliar. Asal tahu saja, China merupakan pembeli terbesar atas sorgum asal AS.
Selain itu, kekhawatiran pelaku pasar juga muncul pasca Presiden AS Trump memposting sebuah twit yang isinya menegaskan keengganannya untuk bergabung kembali dalam negosiasi blok dagang Trans-Pacific Partnership (TPP). Padahal, kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke AS yang kini tengah berlangsung diharapkan dapat membujuk Trump untuk kembali bergabung.
"Sementara Jepang dan Korea Selatan menginginkan kita (AS) untuk kembali ke TPP, saya tak menyukai kesepakatan tersebut untuk AS. Terlalu banyak kemungkinan dan mustahil untuk keluar (dari TPP) jika hal tersebut tidak berjalan dengan baik. Perjanjian bilateral jauh lebih efisien, menguntungkan, dan lebih baik bagi pekerja kita. Lihatlah betapa buruknya WTO kepada AS", cuit Trump dalam akun Twitter @realDonaldTrump.
Masih enggannya Trump untuk kembali bergabung dalam negosiasi TPP menandakan bahwa stance mantan taipan properti tersebut dalam hal perdagangan belum melunak. Akibatnya, resolusi dengan China nampak makin sulit untuk dicapai, setidaknya dalam waktu dekat.
Kemudian, pelaku pasar juga mencermati langkah People's Bank of China (PBoC) selaku bank sentral China yang secara mengejutkan melonggarkan kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM). Tingkat GWM diturunkan sebanyak 100bps dan mulai efektif per 25 April 2018.
Pelonggaran GWM ini diharapkan akan membantu perbankan memiliki sumber likuiditas lebih banyak untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat, mengingat saat ini China mengandalkan konsumsi rumah tangga untuk mendongkrak perekonomiannya.
Namun, kebijakan ini justru bertentangan dengan kenaikan suku bunga acuan sebesar 5bps yang diambil pada bulan lalu. Investor kini dibuat bingung dengan kedua kebijakan yang kontradiktif tersebut.
Masih adanya ketidakpastian dari sisi eksternal mendorong investor asing untuk melakukan aksi jual bersih senilai Rp 223,16 miliar. PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 128,31 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 88,11 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 76,81 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 43 miliar), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 39,79 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Indeks Nikkei naik 1,42%, indeks Shanghai naik 0,8%, indeks Hang Seng naik 0,74%, indeks Strait Times naik 1,69%, dan indeks Kospi naik 1,07%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,19 triliun dengan volume sebanyak 9,37 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 448.429 kali.
Penguatan sektor tersebut dipicu oleh kenaikan harga saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,95%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,9%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,88%.
Laju IHSG pada hari ini banyak didorong oleh sentimen eksternal. Korea Selatan dan Utara dikabarkan dikabarkan sedang melakukan diskusi untuk mengumumkan secara resmi berakhirnya perang antar kedua negara yang sudah berlangsung sejak tahun 1953 silam. Diskusi ini terjadi menjelang konferensi antar kedua negara yang akan digelar pekan depan.
Lebih lanjut, pada pagi hari tadi Presiden AS Donald Trump memaparkan bahwa pemerintahannya telah menjalin komunikasi secara intens dengan Korea Utara guna mengatur pertemuannya dengan Kim Jong Un yang dijadwalkan pada akhir Mei atau pada bulan Juni. Pernyataan ini dilontarkan Trump pada saat sesi foto dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang sedang melakukan kunjungan ke AS.
Dari sisi perdagangan, kunjungan Abe ke Negeri Paman Sam diharapkan dapat membebaskan Jepang dari pengenaan bea masuk baja dan aluminium yang diumumkan oleh Trump pada bulan lalu. Pengecualian Jepang dari bea masuk baja dan aluminium tentu akan mencairkan kekhawatiran terkait perang dagang yang sudah membatasi pergerakan bursa saham dunia dalam beberapa waktu terkahir.
Namun, beberapa hal membatasi laju bursa saham Benua Kuning pada hari ini. Pertama, pada hari ini China telah resmi mengenakan bea masuk senilai 179% atas ekspor sorgum asal AS. Sorgum merupakan bahan baku dari minuman keras yang sangat popular di China. Sepanjang tahun lalu, ekspor sorgum AS ke China mencapai hampir US$ 1 miliar. Asal tahu saja, China merupakan pembeli terbesar atas sorgum asal AS.
Selain itu, kekhawatiran pelaku pasar juga muncul pasca Presiden AS Trump memposting sebuah twit yang isinya menegaskan keengganannya untuk bergabung kembali dalam negosiasi blok dagang Trans-Pacific Partnership (TPP). Padahal, kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke AS yang kini tengah berlangsung diharapkan dapat membujuk Trump untuk kembali bergabung.
"Sementara Jepang dan Korea Selatan menginginkan kita (AS) untuk kembali ke TPP, saya tak menyukai kesepakatan tersebut untuk AS. Terlalu banyak kemungkinan dan mustahil untuk keluar (dari TPP) jika hal tersebut tidak berjalan dengan baik. Perjanjian bilateral jauh lebih efisien, menguntungkan, dan lebih baik bagi pekerja kita. Lihatlah betapa buruknya WTO kepada AS", cuit Trump dalam akun Twitter @realDonaldTrump.
Masih enggannya Trump untuk kembali bergabung dalam negosiasi TPP menandakan bahwa stance mantan taipan properti tersebut dalam hal perdagangan belum melunak. Akibatnya, resolusi dengan China nampak makin sulit untuk dicapai, setidaknya dalam waktu dekat.
Kemudian, pelaku pasar juga mencermati langkah People's Bank of China (PBoC) selaku bank sentral China yang secara mengejutkan melonggarkan kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM). Tingkat GWM diturunkan sebanyak 100bps dan mulai efektif per 25 April 2018.
Pelonggaran GWM ini diharapkan akan membantu perbankan memiliki sumber likuiditas lebih banyak untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat, mengingat saat ini China mengandalkan konsumsi rumah tangga untuk mendongkrak perekonomiannya.
Namun, kebijakan ini justru bertentangan dengan kenaikan suku bunga acuan sebesar 5bps yang diambil pada bulan lalu. Investor kini dibuat bingung dengan kedua kebijakan yang kontradiktif tersebut.
Masih adanya ketidakpastian dari sisi eksternal mendorong investor asing untuk melakukan aksi jual bersih senilai Rp 223,16 miliar. PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 128,31 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 88,11 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 76,81 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 43 miliar), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 39,79 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular