
Minyak Lanjutkan Penguatan Dipicu Turunnya Inventori AS
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 April 2018 11:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga acuan minyak mentah dunia kompak menguat pada perdagangan Rabu pagi (18/04), mengurangi tekanan koreksi yang menimpa harga energi utama dunia tersebut sepanjang pekan ini.
Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,51% ke level US$66,86 per barel di bursa New York Mercantile Exchange (Nymex). Di sisi lain harga minyak mentah Brent yang menjadi acuan Eropa melemah 0,5% ke US$71,94 per barel.
Secara fundamental, kenaikan harga minyak ini tidak muncul dari ruang hampa. Laporan mingguan Energy Information Agency (EIA) menyebutkan bahwa inventori minyak di AS jauh di bawah rerata lima tahun terakhirnya, yakni di level 424.000 barel.
Di sisi lain, pasar berekspektasi bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Russia masih akan mempertahankan kesepakatan untuk melanjutkan pemangkasan produksi minyak, guna mendongkrak harganya di pasar, meski menghadapi kenaikan produksi minyak bebatuan (shale oil) dari Amerika Serikat (AS).
Level harga minyak pada Rabu pagi ini merupakan yang tertinggi sepanjang pekan ini, setelah koreksi dalam pada Senin menyusul meredanya eskalasi konflik Amerika Serikat (AS) dan Rusia di Suriah pasca serangan sepihak AS dan sekutunya ke negara Arab tersebut.
Sejak AS mengancam akan menyerang Suriah, harga minyak meroket 8% dalam sepekan ke level US$72,58 per barel, yang merupakan rekor tertingginya sejak 2014. Eskalasi di wilayah tersebut dikhawatirkan berujung pada pemberlakuan kembali sanksi terhadap Iran, yang merupakan sekutu penting Suriah. Sanksi terhadap Iran tersebut salah satunya berupa pembatasan ekspor minyak mentah negara Persia ini.
Namun setelah eskalasi mereda, pada Senin harga minyak WTI dan Brent turun masing-masing 1,74% dan 1,6%. Secara akumulatif, WTI sepanjang pekan ini masih melemah sebesar 0,78%, sedangkan Brent masih terhitung turun sebesar 0,88%.
(ags/ags) Next Article Produksi AS Meningkat, Harga Minyak Turun
Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,51% ke level US$66,86 per barel di bursa New York Mercantile Exchange (Nymex). Di sisi lain harga minyak mentah Brent yang menjadi acuan Eropa melemah 0,5% ke US$71,94 per barel.
Secara fundamental, kenaikan harga minyak ini tidak muncul dari ruang hampa. Laporan mingguan Energy Information Agency (EIA) menyebutkan bahwa inventori minyak di AS jauh di bawah rerata lima tahun terakhirnya, yakni di level 424.000 barel.
Level harga minyak pada Rabu pagi ini merupakan yang tertinggi sepanjang pekan ini, setelah koreksi dalam pada Senin menyusul meredanya eskalasi konflik Amerika Serikat (AS) dan Rusia di Suriah pasca serangan sepihak AS dan sekutunya ke negara Arab tersebut.
Sejak AS mengancam akan menyerang Suriah, harga minyak meroket 8% dalam sepekan ke level US$72,58 per barel, yang merupakan rekor tertingginya sejak 2014. Eskalasi di wilayah tersebut dikhawatirkan berujung pada pemberlakuan kembali sanksi terhadap Iran, yang merupakan sekutu penting Suriah. Sanksi terhadap Iran tersebut salah satunya berupa pembatasan ekspor minyak mentah negara Persia ini.
Namun setelah eskalasi mereda, pada Senin harga minyak WTI dan Brent turun masing-masing 1,74% dan 1,6%. Secara akumulatif, WTI sepanjang pekan ini masih melemah sebesar 0,78%, sedangkan Brent masih terhitung turun sebesar 0,88%.
(ags/ags) Next Article Produksi AS Meningkat, Harga Minyak Turun
Most Popular