
Perbaikan Peringkat Moody's Tak Bisa Tahan Laju Koreksi IHSG
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 April 2018 16:27

Jakarta, CNBC Indonesia - IHSG Terkoreksi sebesar 0,64% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 6.270,33 poin. Pelemahan IHSG terjadi ditengah bursa saham kawasan regional yang ditututp bervariasi.
Indeks Nikkei naik 0,55%, indeks Shanghai turun 0,65%, indeks Hang Seng turun 0,07%, indeks Strait Times naik 0,97%, indeks Kospi naik 0,51%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 0,27%.
Transaksi berlangsung sepi yakni senilai Rp 5,89 triliun dengan volume sebanyak 8,3 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 313.059 kali.
Secara sektoral, pelemahan IHSG paling banyak disumbang oleh sektor barang konsumsi yang terkoreksi sebesar 1,28% dan berkontribusi sebanyak 16,8 poin dari penurunan IHSG yang sebanyak 40,5 poin.
Saham-saham sektor barang konsumsi yang terkoreksi hari ini diantaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,9%), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk/HMSP (-1,23%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,88%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,85%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-0,7%).
Kabar gembira berupa kenaikan peringkat surat utang Indonesia oleh Moody's Investors Service (Moody's) belum mampu mengangkat kinerja IHSG. Salah satu lembaga pemeringkat kenamaan dunia tersebut menaikkan peringkat surat utang jangka panjang Indonesia sebanyak 1 tingkat ke level Baa2, dari yang sebelumnya Baa3.
Dalam keterangannya yang dirilis hari ini (13/4/2018), kebijakan fiskal dan moneter yang prudent serta ketahanan sektor finansial meyakinkan Moody's bahwa Indonesia memiliki ketahanan terhadap guncangan.
Dari sisi moneter, Moody's memandang Bank Indonesia (BI) memprioritaskan stabilitas makro ketimbang pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Target inflasi telah tercapai dalam tiga tahun terakhir dan ekspektasi inflasi yang terjangkar di level yang moderat.
Dari sisi fiskal, usaha pemerintah dalam mempertahankan defisit anggaran di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) juga membantu perekonomian negara tetap stabil.
Dari sisi geopolitik, sentimen juga sebenarnya memandai pasca tensi antara AS dan Rusia mereda setelah Presiden AS Donald Trump memposting sebuah twit yang isinya menyatakan sebuah kemungkinan bahwa serangan rudal ke Suriah mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
"Tidak pernah mengatakan kapan serangan ke Suriah akan terjadi. Bisa saja segera atau tidak terlalu cepat sama sekali! Dalam keadaan apapun, Amerika Serikat, di bawah pemerintahan saya, telah melakukan pekerjaan yang sangat baik membersihkan wilayah ISIS. Di mana 'Terima Kasih Amerika"' kami?" tegas trump dalam akun Twitter @realDonaldTrump.
Sebelumnya, pelaku pasar sempat dibuat kabur dari isntrumen-instrumen berisiko pasca Donald Trump memposting sebuah twit yang mengindikasikan serangan rudal dalam waktu dekat ke Suriah.
Nampaknya, pelaku pasar gencar melakukan aksi jual menyusul pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral Singapura. Otoritas Moneter Singapura (MAS) memperketat kebijakan moneternya untuk kali pertama dalam enam tahun pada hari ini, sembari mengatakan ekonomi negara tersebut diperkirakan akan terus tumbuh stabil meski ada risiko perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengatakan akan sedikit meningkatkan slope dari rentang pergerakan dolar Singapura dari yang sebelumnya 0%, sementara lebar dan titik tengah dari rentang tersebut akan dipertahankan.
Meskipun MAS tidak memberikan angka spesifik untuk seberapa besar kenaikan slope yang dimaksud, analis memperkirakan bahwa kenaikan itu akan mendorong dolar Singapura menguat sebesar 0,5% terhadap dolar AS secara tahunan.
Lantas, Singapura menambah daftar negara-negara Asia yang sudah terlebih dulu melakukan normalisasi, setelah China dan Malaysia. Terdapat potensi aliran dana keluar ke negara-negara tersebut, mengingat Bank Indonesia konsisten mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25%.
Benar saja, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 620,71 miliar. PT Merdeka Copper Gold Tbk/MDKA (Rp 207,28 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 177,23 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 78,33 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 73,9 miliar), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 56,82 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Indeks Nikkei naik 0,55%, indeks Shanghai turun 0,65%, indeks Hang Seng turun 0,07%, indeks Strait Times naik 0,97%, indeks Kospi naik 0,51%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 0,27%.
Transaksi berlangsung sepi yakni senilai Rp 5,89 triliun dengan volume sebanyak 8,3 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 313.059 kali.
Saham-saham sektor barang konsumsi yang terkoreksi hari ini diantaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,9%), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk/HMSP (-1,23%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,88%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,85%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-0,7%).
Kabar gembira berupa kenaikan peringkat surat utang Indonesia oleh Moody's Investors Service (Moody's) belum mampu mengangkat kinerja IHSG. Salah satu lembaga pemeringkat kenamaan dunia tersebut menaikkan peringkat surat utang jangka panjang Indonesia sebanyak 1 tingkat ke level Baa2, dari yang sebelumnya Baa3.
Dalam keterangannya yang dirilis hari ini (13/4/2018), kebijakan fiskal dan moneter yang prudent serta ketahanan sektor finansial meyakinkan Moody's bahwa Indonesia memiliki ketahanan terhadap guncangan.
Dari sisi moneter, Moody's memandang Bank Indonesia (BI) memprioritaskan stabilitas makro ketimbang pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Target inflasi telah tercapai dalam tiga tahun terakhir dan ekspektasi inflasi yang terjangkar di level yang moderat.
Dari sisi fiskal, usaha pemerintah dalam mempertahankan defisit anggaran di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) juga membantu perekonomian negara tetap stabil.
Dari sisi geopolitik, sentimen juga sebenarnya memandai pasca tensi antara AS dan Rusia mereda setelah Presiden AS Donald Trump memposting sebuah twit yang isinya menyatakan sebuah kemungkinan bahwa serangan rudal ke Suriah mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
"Tidak pernah mengatakan kapan serangan ke Suriah akan terjadi. Bisa saja segera atau tidak terlalu cepat sama sekali! Dalam keadaan apapun, Amerika Serikat, di bawah pemerintahan saya, telah melakukan pekerjaan yang sangat baik membersihkan wilayah ISIS. Di mana 'Terima Kasih Amerika"' kami?" tegas trump dalam akun Twitter @realDonaldTrump.
Sebelumnya, pelaku pasar sempat dibuat kabur dari isntrumen-instrumen berisiko pasca Donald Trump memposting sebuah twit yang mengindikasikan serangan rudal dalam waktu dekat ke Suriah.
Nampaknya, pelaku pasar gencar melakukan aksi jual menyusul pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral Singapura. Otoritas Moneter Singapura (MAS) memperketat kebijakan moneternya untuk kali pertama dalam enam tahun pada hari ini, sembari mengatakan ekonomi negara tersebut diperkirakan akan terus tumbuh stabil meski ada risiko perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengatakan akan sedikit meningkatkan slope dari rentang pergerakan dolar Singapura dari yang sebelumnya 0%, sementara lebar dan titik tengah dari rentang tersebut akan dipertahankan.
Meskipun MAS tidak memberikan angka spesifik untuk seberapa besar kenaikan slope yang dimaksud, analis memperkirakan bahwa kenaikan itu akan mendorong dolar Singapura menguat sebesar 0,5% terhadap dolar AS secara tahunan.
Lantas, Singapura menambah daftar negara-negara Asia yang sudah terlebih dulu melakukan normalisasi, setelah China dan Malaysia. Terdapat potensi aliran dana keluar ke negara-negara tersebut, mengingat Bank Indonesia konsisten mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25%.
Benar saja, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 620,71 miliar. PT Merdeka Copper Gold Tbk/MDKA (Rp 207,28 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 177,23 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 78,33 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 73,9 miliar), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 56,82 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular