
Peringkat Utang Indonesia Naik, Obligasi Siap Reli
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 April 2018 12:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan peringkat (rating) surat utang Indonesia oleh Moody's membawa dampak positif terhadap pasar keuangan domestik. Hal tersebut tentu saja terasa pula di pasar obligasi negara.
Pada Jumat (13/4/2018), imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,575%. Turun dibandingkan kemarin yaitu 6,583%.
Penurunan yield berarti harga instrumen ini naik. Harga SBN 10 tahun saat ini berada di 96,711%, sementara kemarin ada di 96,662%. Kenaikan harga menunjukkan minat investor sedang tinggi.
Pasar SBN terbantu oleh kabar gembira dari Moody's. Lembaga pemeringkat Moody's menaikkan rating utang Indonesia dari Baa3 ke Baa2.
Menurut Moody's, Indonesia berhasil menerapkan kebijakan ekonomi yang efektif sehingga mendukung stabilitas makro ekonomi. Selain itu, Indonesia juga dinilai berhasil membangun ketahanan sektor keuangan serta konsisten dalam kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati (prudent).
Kabar ini langsung membawa optimisme pelaku pasar. Apalagi pasar SBN, karena sejatinya rating yang diberikan adalah untuk surat utang.
Ditambah lagi pasar saham ternyata kurang merespons kenaikan rating. Pada penutupan Sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) malah terkoreksi 0,03%. Investor asing membukukan jual bersih Rp 141,9 miliar.
Apalagi situasi di luar kurang mendukung. Otoritas Moneter Singapura (MAS) memperketat kebijakan moneter, pertama dalam enam tahun terakhir. Ini membuat Singapura menjadi menarik sehingga perhatian investor mengarah ke Negeri Singa.
Perkembangan geopolitik di Timur Tengah juga ternyata belum sepenuhnya melegakan. Masih ada risiko tensi di Suriah kembali meninggi.
Kemarin, Perdana Menteri Inggris Theresa May memanggil jajaran kabinet untuk rapat membahas perkembangan di Suriah. Menurut May, penggunaan senjata kimia di Suriah sangat mengkhawatirkan.
"Kabinet sepakat bahwa dibutuhkan aksi untuk mengatasi krisis kemanusiaan dan mencegah penggunaan senjata kimia lebih lanjut oleh rezim Presiden Bashar al-Assad," sebut Juru Bicara Perdana Menteri Inggris, seperti dikutip dari Reuters.
May akan berkoordinasi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk merumuskan langkah selanjutnya. Namun, tidak disebutkan secara tegas apakah akan ada operasi militer.
Bila ketegangan di Suriah terus meruncing, maka akan melebar ke perseteruan AS vs Rusia. Negeri Beruang Merah merupakan pendukung Presiden al-Assad.
"Bayangkan apabila misil AS menembak pesawat Rusia atau sebaliknya. Kira-kira apa yang terjadi selanjutnya?" tegas Pemimpin Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn.
Masih tingginya ketidakpastian membuat investor kembali memasang mode risk on, menghindari aset-aset berisiko. Pasar saham pun ditinggalkan dan ada pengalihan dana ke pasar obligasi yang lebih menjajikan ketenangan.
Ditambah lagi ada kenaikan rating dari Moody's. Pasar SBN akan semakin seksi di mata investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Tak Tertahan, Obligasi RI Tertekan Selama 10 Hari Berturut
Pada Jumat (13/4/2018), imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,575%. Turun dibandingkan kemarin yaitu 6,583%.
![]() |
Penurunan yield berarti harga instrumen ini naik. Harga SBN 10 tahun saat ini berada di 96,711%, sementara kemarin ada di 96,662%. Kenaikan harga menunjukkan minat investor sedang tinggi.
![]() |
Pasar SBN terbantu oleh kabar gembira dari Moody's. Lembaga pemeringkat Moody's menaikkan rating utang Indonesia dari Baa3 ke Baa2.
Menurut Moody's, Indonesia berhasil menerapkan kebijakan ekonomi yang efektif sehingga mendukung stabilitas makro ekonomi. Selain itu, Indonesia juga dinilai berhasil membangun ketahanan sektor keuangan serta konsisten dalam kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati (prudent).
Kabar ini langsung membawa optimisme pelaku pasar. Apalagi pasar SBN, karena sejatinya rating yang diberikan adalah untuk surat utang.
Ditambah lagi pasar saham ternyata kurang merespons kenaikan rating. Pada penutupan Sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) malah terkoreksi 0,03%. Investor asing membukukan jual bersih Rp 141,9 miliar.
Apalagi situasi di luar kurang mendukung. Otoritas Moneter Singapura (MAS) memperketat kebijakan moneter, pertama dalam enam tahun terakhir. Ini membuat Singapura menjadi menarik sehingga perhatian investor mengarah ke Negeri Singa.
Perkembangan geopolitik di Timur Tengah juga ternyata belum sepenuhnya melegakan. Masih ada risiko tensi di Suriah kembali meninggi.
Kemarin, Perdana Menteri Inggris Theresa May memanggil jajaran kabinet untuk rapat membahas perkembangan di Suriah. Menurut May, penggunaan senjata kimia di Suriah sangat mengkhawatirkan.
"Kabinet sepakat bahwa dibutuhkan aksi untuk mengatasi krisis kemanusiaan dan mencegah penggunaan senjata kimia lebih lanjut oleh rezim Presiden Bashar al-Assad," sebut Juru Bicara Perdana Menteri Inggris, seperti dikutip dari Reuters.
May akan berkoordinasi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk merumuskan langkah selanjutnya. Namun, tidak disebutkan secara tegas apakah akan ada operasi militer.
Bila ketegangan di Suriah terus meruncing, maka akan melebar ke perseteruan AS vs Rusia. Negeri Beruang Merah merupakan pendukung Presiden al-Assad.
"Bayangkan apabila misil AS menembak pesawat Rusia atau sebaliknya. Kira-kira apa yang terjadi selanjutnya?" tegas Pemimpin Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn.
Masih tingginya ketidakpastian membuat investor kembali memasang mode risk on, menghindari aset-aset berisiko. Pasar saham pun ditinggalkan dan ada pengalihan dana ke pasar obligasi yang lebih menjajikan ketenangan.
Ditambah lagi ada kenaikan rating dari Moody's. Pasar SBN akan semakin seksi di mata investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Tak Tertahan, Obligasi RI Tertekan Selama 10 Hari Berturut
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular