Tak Tertahan, Obligasi RI Tertekan Selama 10 Hari Berturut

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 May 2019 17:46
bersamaan dengan sentimen negatif di pasar keuangan global yang tidak putus-putus.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali ditutup terkoreksi dan menggenapkan koreksi hari ke-10 berturut turut. 

Koreksi sudah terjadi sejak 22 April, sepekan setelah pilpres berlangsung, bersamaan dengan sentimen negatif di pasar keuangan global yang tidak putus-putus. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 6,5 basis poin (bps) menjadi 8,42%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Yield Obligasi Negara Acuan 6 Mei'19 
SeriJatuh tempoYield 3 Mei'19 (%)Yield 6 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 3 Mei'19
FR00775 tahun7.4427.4723.007.4579
FR007810 tahun7.8727.9315.907.9449
FR006815 tahun8.3578.4226.508.4531
FR007920 tahun8.4118.4423.108.4951
Avg movement4.62
Sumber: Refinitiv  

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 0,92 poin (0,38%) menjadi 244,39 dari posisi kemarin 245,31. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 540 bps, melebar dari posisi kemarin 531 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,52% dari posisi kemarin 2,55%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 960,12 triliun SBN, atau 38,33% dari total beredar Rp 2.505 triliun berdasarkan data per 3 Mei.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 66,87 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya turun 1% dan 0,28%. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami China, India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Afsel. 

Di negara maju, pasar obligasi yang menguat adlaah pasar bund di Jerman, gilt di Inggris, dan pasar US Treasury di AS.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang 
  
NegaraYield 3 Mei'19 (%)Yield 6 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.8958.8950.00
China3.4053.378-2.70
Jerman0.020.012-0.80
Perancis0.3660.370.40
Inggris1.221.217-0.30
India7.3967.392-0.40
Jepang-0.044-0.0350.90
Malaysia3.8193.8-1.90
Filipina5.855.819-3.10
Rusia8.148.184.00
Singapura2.2532.207-4.60
Thailand2.492.48-1.00
Amerika Serikat2.532.523-0.70
Afrika Selatan8.618.585-2.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Prestasi Dalam Negeri, Angkat Obligasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular