
Terimbas Tensi Geopolitik yang Memanas, IHSG Anjlok 0,91%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 April 2018 12:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 0,91% pada akhir sesi I ke level 6.302,84 poin. Saat pembukaan bursa domestik terkoreksi 0,14%, IHSG secara konsisten terus menunjukkan pelemahan.
Sektor barang konsumsi menjadi pemberat utama laju bursa saham domestik pada hari ini. Sektor tersebut terkoreksi sebesar 1,62% dan berkontribusi sebesar 21 poin dari koreksi IHSG yang sebesar 58 poin.
Saham-saham sektor barang konsumsi yang terkoreksi pada perdagangan hari ini diantaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,54%), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk/HMSP (-2,65%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-2,77%), PT Mayora Indah Tbk/MYOR (-1,02%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,38%).
Sepanjang bulan April (sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, 11/4/2018), sektor barang konsumsi telah memberikan imbal hasil sebesar 3,16%. Lantas, sentimen negatif yang datang dari sisi eksternal pada saat ini mendorong investor untuk melakukan aksi ambil untung.
Selain sektor barang konsumsi, sektor jasa keuangan (-0,82%) juga berkontribusi bagi pelemahan IHSG yaitu sebesar 15 poin. Penurunan sektor ini dipicu oleh aksi jual pada saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 1,64%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 1,55%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 0,86%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melemah 0,58%.
Usai isu perang dagang mereda, kini justru isu perang sungguhan yang mencuat. Adalah kembali memanasnya hubungan AS dengan Suriah berikut dengan sekutunya yaitu Rusia dan Iran.
Pada akhir pekan lalu, terjadi serangan gas beracun di Douma, sebuah kota di Suriah yang dikuasai oleh pemberontak. Setidaknya sebanyak 60 orang dinyatakan tewas dan lebih dari 1.000 orang lainnya terluka. Kecurigaan langsung mengarah kepada rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Pasalnya, serangan macam ini bukan kali pertama yang terjadi dibawah pimpinannya.
AS dan beberapa negara sekutunya lantas mempertimbangkan opsi untuk menyerang Suriah sebagai aksi balasan terhadap Presiden Bashar. Namun, Rusia memperkeruh suasana dengan mengancam menembak hancur semua rudal AS yang mengarah ke Suriah. Presiden AS Donald Trump pun seakan mengonfirmasi melalui akun Twitter bahwa serangan (rudal) memang akan terjadi. Ia bahkan menyarankan Rusia untuk bersiap-siap.
"Rusia berjanji untuk menembak jatuh semua misil yang diarahkan ke Suriah. Bersiaplah, Rusia. Mereka (misil) akan datang, baru dan 'pintar'. Anda seharusnya tidak bermitra dengan binatang yang membunuh rakyatnya dengan gas dan menikmatinya!" tegas melalui akun Twitter @realDonaldTrump kemarin (11/4/2018) pukul 17:57 WIB.
Tak cukup sampai disitu, Trump yang nampaknya sedang panas lanjut mengungkapkan bahwa hubungan AS dengan Rusia saat ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah, bahkan lebih buruk dari pada saat perang dingin.
Kemudian, rilis risalah rapat bulan lalu atau minutes of meeting oleh the Federal Reserve juga memberikan tekanan bagi bursa saham. Dalam risalah tersebut, terungkap bahwa seluruh anggota FOMC memandang kondisi ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan terakhir.
"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu.
Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga acuan, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.
Selain investor domestik, aksi jual juga banyak dilakukan oleh investor asing. Baru sampai akhir sesi 1, jual bersih investor asing telah mencapai Rp 281,5 miliar, dua kali lebih besar dari jual bersih sepanjang perdagangan kemarin yang sebesar Rp 120,8 miliar.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Sektor barang konsumsi menjadi pemberat utama laju bursa saham domestik pada hari ini. Sektor tersebut terkoreksi sebesar 1,62% dan berkontribusi sebesar 21 poin dari koreksi IHSG yang sebesar 58 poin.
Saham-saham sektor barang konsumsi yang terkoreksi pada perdagangan hari ini diantaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,54%), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk/HMSP (-2,65%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-2,77%), PT Mayora Indah Tbk/MYOR (-1,02%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,38%).
Selain sektor barang konsumsi, sektor jasa keuangan (-0,82%) juga berkontribusi bagi pelemahan IHSG yaitu sebesar 15 poin. Penurunan sektor ini dipicu oleh aksi jual pada saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 1,64%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 1,55%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 0,86%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melemah 0,58%.
Usai isu perang dagang mereda, kini justru isu perang sungguhan yang mencuat. Adalah kembali memanasnya hubungan AS dengan Suriah berikut dengan sekutunya yaitu Rusia dan Iran.
Pada akhir pekan lalu, terjadi serangan gas beracun di Douma, sebuah kota di Suriah yang dikuasai oleh pemberontak. Setidaknya sebanyak 60 orang dinyatakan tewas dan lebih dari 1.000 orang lainnya terluka. Kecurigaan langsung mengarah kepada rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Pasalnya, serangan macam ini bukan kali pertama yang terjadi dibawah pimpinannya.
AS dan beberapa negara sekutunya lantas mempertimbangkan opsi untuk menyerang Suriah sebagai aksi balasan terhadap Presiden Bashar. Namun, Rusia memperkeruh suasana dengan mengancam menembak hancur semua rudal AS yang mengarah ke Suriah. Presiden AS Donald Trump pun seakan mengonfirmasi melalui akun Twitter bahwa serangan (rudal) memang akan terjadi. Ia bahkan menyarankan Rusia untuk bersiap-siap.
"Rusia berjanji untuk menembak jatuh semua misil yang diarahkan ke Suriah. Bersiaplah, Rusia. Mereka (misil) akan datang, baru dan 'pintar'. Anda seharusnya tidak bermitra dengan binatang yang membunuh rakyatnya dengan gas dan menikmatinya!" tegas melalui akun Twitter @realDonaldTrump kemarin (11/4/2018) pukul 17:57 WIB.
Tak cukup sampai disitu, Trump yang nampaknya sedang panas lanjut mengungkapkan bahwa hubungan AS dengan Rusia saat ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah, bahkan lebih buruk dari pada saat perang dingin.
Kemudian, rilis risalah rapat bulan lalu atau minutes of meeting oleh the Federal Reserve juga memberikan tekanan bagi bursa saham. Dalam risalah tersebut, terungkap bahwa seluruh anggota FOMC memandang kondisi ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan terakhir.
"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu.
Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga acuan, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.
Selain investor domestik, aksi jual juga banyak dilakukan oleh investor asing. Baru sampai akhir sesi 1, jual bersih investor asing telah mencapai Rp 281,5 miliar, dua kali lebih besar dari jual bersih sepanjang perdagangan kemarin yang sebesar Rp 120,8 miliar.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular