
Suriah Memanas, Harga Minyak Naik ke Titik Tertinggi di 2018
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 April 2018 10:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak naik signifikan pada penutupan perdagangan kemarin, seiring dengan memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah. Namun, meningkatnya cadangan minyak Amerika Serikat (AS) membatasi penguatan harga si emas hitam.
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juni 2018 menguat 1,43% ke US$72,06/barel. Sementara itu, light sweet kontrak pengiriman Mei 2018 juga naik 2% ke US$66,82/barel. Keduanya mampu mencapai level tertinggi di tahun ini.
Perkembangan konflik Suriah menjadi faktor psikologis yang mendorong kenaikan harga minyak. Presiden AS Donald Trump mengancam akan meluncurkan serangan rudal ke Suriah. Sikap Trump ini diambil setelah duta besar Rusia untuk Lebanon mengatakan kepada wartawan setempat bahwa Rusia akan menembak jatuh rudal-rudal AS yang menyasar Suriah.
"Rusia berjanji untuk menembak jatuh semua rudal yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia karena mereka [rudal] akan datang dengan baik dan baru dan 'cerdas'! Anda tidak seharusnya berteman dengan Binatang yang Membunuh Menggunakan Gas yang membunuh orang-orangnya dan menikmatinya!" kicau Trump di media sosial Twitter.
Sebagai catatan, sikap AS ini menyusul adanya dugaan serangan senjata kimia oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang membunuh puluhan orang di daerah pemberontak akhir pekan lalu. Perkembangan ini lantas bisa mendorong AS keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran, yang merupakan pendukung pemerintahan al-Assad. Artinya, sanksi terhadap Iran bisa kembali diterapkan sehingga memukul industri minyak di Negeri Persia.
Namun demikian, dari sisi fundamental, US Energy Information Administration (EIA) kemarin melaporkan bahwa cadangan minyak AS meningkat sebesar 3,3 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 6 April. Capaian itu jauh melampaui ekspektasi analis yang memprediksi penurunan sebesar 189.000 barel.
Hal itu lantas membatasi penguatan harga minyak. Sebagai catatan, kemarin Brent sebenarnya mampu menguat hingga menyentuh level US$ 73,09/barel, yang merupakan rekor tertinggi sejak November 2014. Namun demikian, harga Brent cenderung melemah setelah itu hingga ditutup di level US$ 72,06/barel.
Pagi ini, sepertinya sentimen ketegangan di Suriah masih mampu unggul dari sentimen peningkatan cadangan minyak AS. Hingga pukul 09.39 WIB, harga minyak jenis brent masih bergerak naik sebesar 0,26% ke US$72,25/barel, sementara light sweet juga menguat sebesar 0,36% ke US$67,06/barel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juni 2018 menguat 1,43% ke US$72,06/barel. Sementara itu, light sweet kontrak pengiriman Mei 2018 juga naik 2% ke US$66,82/barel. Keduanya mampu mencapai level tertinggi di tahun ini.
![]() |
Perkembangan konflik Suriah menjadi faktor psikologis yang mendorong kenaikan harga minyak. Presiden AS Donald Trump mengancam akan meluncurkan serangan rudal ke Suriah. Sikap Trump ini diambil setelah duta besar Rusia untuk Lebanon mengatakan kepada wartawan setempat bahwa Rusia akan menembak jatuh rudal-rudal AS yang menyasar Suriah.
Sebagai catatan, sikap AS ini menyusul adanya dugaan serangan senjata kimia oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang membunuh puluhan orang di daerah pemberontak akhir pekan lalu. Perkembangan ini lantas bisa mendorong AS keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran, yang merupakan pendukung pemerintahan al-Assad. Artinya, sanksi terhadap Iran bisa kembali diterapkan sehingga memukul industri minyak di Negeri Persia.
Namun demikian, dari sisi fundamental, US Energy Information Administration (EIA) kemarin melaporkan bahwa cadangan minyak AS meningkat sebesar 3,3 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 6 April. Capaian itu jauh melampaui ekspektasi analis yang memprediksi penurunan sebesar 189.000 barel.
Hal itu lantas membatasi penguatan harga minyak. Sebagai catatan, kemarin Brent sebenarnya mampu menguat hingga menyentuh level US$ 73,09/barel, yang merupakan rekor tertinggi sejak November 2014. Namun demikian, harga Brent cenderung melemah setelah itu hingga ditutup di level US$ 72,06/barel.
Pagi ini, sepertinya sentimen ketegangan di Suriah masih mampu unggul dari sentimen peningkatan cadangan minyak AS. Hingga pukul 09.39 WIB, harga minyak jenis brent masih bergerak naik sebesar 0,26% ke US$72,25/barel, sementara light sweet juga menguat sebesar 0,36% ke US$67,06/barel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular