
Investor Asing Lepas Saham, IHSG Masih Bisa Menguat 0,56%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 April 2018 16:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,56% pada ke level 6.360,93 poin. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham regional yang juga ditutup di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,56%, indeks Hang Seng naik 0,55%, indeks Strait Times naik 0,39%, indeks SET (Thailand) naik 0,13%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,48%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,88 triliun dengan volume sebanyak 9,27 miliar saham. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 431.690 kali.
Secara sektoral, penguatan IHSG dipimpin oleh sektor jasa keuangan yang menguat sebesar 0,69% dan memberi kontribusi sebesar 12,7 poin dari total kenaikan IHSG yang sebesar 35,1 poin. Kenaikan harga saham-saham bank yang masuk dalam kategori BUKU IV merupakan motor utama dari penguatan sektor jasa keuangan: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 2,22%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 1,96%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) menguat 1,26%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 0,11%.
Sebagai catatan, sepanjang bulan April (sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, 10/4/2018), sektor jasa keuangan hanya memberikan imbal hasil sebesar 0,16%, terendah dibandingkan sembilan sektor saham lainnya.
Aksi beli tak hanya dilakukan oleh investor domestik, namun juga oleh investor asing: BMRI dikoleksi Rp 33,9 miliar, BBRI dikoleksi Rp 90,02 miliar, dan BBCA dikoleksi Rp 4,28 miliar. Namun secara keseluruhan di seluruh pasar, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 120,83 miliar.
Kondisi eksternal yang mulai kondusif telah menumbuhkan kepercayaan diri investor untuk berburu di pasar saham dengan menyasar saham-saham emiten perbankan yang belum menunjukkan kenaikan yang signifikan sepanjang pekan ini. Investor juga nampak mengambil posisi sebagai antisipasi rilis laporan keuangan emiten perbankan yang tak lama lagi dimulai.
Dari sisi eksternal, sentimen memang dapat dikatakan sangat mendukung bagi investor dalam melakukan aksi beli, yakni terkait dengan pidato Presiden China Xi Jinping di Boao Forum kemarin (10/4/2018). Pada saat itu, Xi mengungkapkan rencananya untuk semakin membuka perekonomian China kepada dunia.
Guna mewujudkan hal tersebut, China berencana untuk menurunkan bea impor bagi mobil dan produk-produk lainnya secara signifikan. Lebih lanjut, China juga akan memberikan kepastian hukum terkait dengan kepemilikan kekayaan intelektual dari perusahaan asing yang berinvestasi di negaranya, serta memperbaiki iklim investasi bagi perusahaan asing.
Hal tersebut lantas diartikan sebagai sesuai yang positif bagi pelaku pasar. Pasalnya, tekat China untuk menurunkan bea impor lantas menghapus kekhawatiran pelaku pasar bahwa perang dagang akan terjadi antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yakni China dan AS.
Ketakutan investor bahwa Xi akan mengeluarkan pernyataan yang keras terhadap AS seperti yang sudah dilakukan oleh anggota pemerintahannya nyatanya tak terbukti.
Bahkan, Presiden AS Donald Trump tak segan memuji pidato Xi tersebut. "Sangat berterima kasih kepada Presiden Xi atas kata-kata yang positif terkait tarif dan halangan-halangan (ekspor) mobil. Juga, pencerahannya atas kekayaan intelektual dan transfer teknologi. Kami akan membuat perkembangan yang baik bersama-sama!" tegas Trump dalam postingannya di media sosial Twitter.
Selain sektor jasa keuangan, sektor industri dasar dan kimia (+1,13%) juga menjadi penopang penguatan IHSG. Jika ditelisik lebih dalam, penguatan sektor tersebut didorong oleh kenaikan harga saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+5,03% menjadi Rp 19.850/saham).
Kinerja pada hari ini lantas menandai penguatan selama 8 hari berturut-turut. Terhitung sejak awal April, imbal hasil saham produsen semen tersebut mencapai 24,1%. Berdasarkan pantauan tim riset CNBC Indonesia, sebenarnya tak ada sentimen khusus yang mendukung penguatan harga saham INTP.
Malahan, harga saham INTP saat ini dapat dikatakan sudah mahal. Mengutip konsensus yang dihimpun oleh Reuters, saat ini median dari target harga saham INTP untuk periode 12 bulan ke depan berada di level Rp 16.850/saham.
Jika dihitung berdasarkan rata-rata, target harga dari para analis berada di level Rp 17.836/saham. Harga saham INTP saat ini lantas sudah jauh lebih tinggi dari target harga tersebut (baik median maupun rata-rata).
(hps) Next Article Aksi Ambil Untung Jadi Pemicu Pelemahan IHSG
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,88 triliun dengan volume sebanyak 9,27 miliar saham. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 431.690 kali.
Secara sektoral, penguatan IHSG dipimpin oleh sektor jasa keuangan yang menguat sebesar 0,69% dan memberi kontribusi sebesar 12,7 poin dari total kenaikan IHSG yang sebesar 35,1 poin. Kenaikan harga saham-saham bank yang masuk dalam kategori BUKU IV merupakan motor utama dari penguatan sektor jasa keuangan: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 2,22%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 1,96%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) menguat 1,26%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 0,11%.
Aksi beli tak hanya dilakukan oleh investor domestik, namun juga oleh investor asing: BMRI dikoleksi Rp 33,9 miliar, BBRI dikoleksi Rp 90,02 miliar, dan BBCA dikoleksi Rp 4,28 miliar. Namun secara keseluruhan di seluruh pasar, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 120,83 miliar.
Kondisi eksternal yang mulai kondusif telah menumbuhkan kepercayaan diri investor untuk berburu di pasar saham dengan menyasar saham-saham emiten perbankan yang belum menunjukkan kenaikan yang signifikan sepanjang pekan ini. Investor juga nampak mengambil posisi sebagai antisipasi rilis laporan keuangan emiten perbankan yang tak lama lagi dimulai.
Dari sisi eksternal, sentimen memang dapat dikatakan sangat mendukung bagi investor dalam melakukan aksi beli, yakni terkait dengan pidato Presiden China Xi Jinping di Boao Forum kemarin (10/4/2018). Pada saat itu, Xi mengungkapkan rencananya untuk semakin membuka perekonomian China kepada dunia.
Guna mewujudkan hal tersebut, China berencana untuk menurunkan bea impor bagi mobil dan produk-produk lainnya secara signifikan. Lebih lanjut, China juga akan memberikan kepastian hukum terkait dengan kepemilikan kekayaan intelektual dari perusahaan asing yang berinvestasi di negaranya, serta memperbaiki iklim investasi bagi perusahaan asing.
Hal tersebut lantas diartikan sebagai sesuai yang positif bagi pelaku pasar. Pasalnya, tekat China untuk menurunkan bea impor lantas menghapus kekhawatiran pelaku pasar bahwa perang dagang akan terjadi antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yakni China dan AS.
Ketakutan investor bahwa Xi akan mengeluarkan pernyataan yang keras terhadap AS seperti yang sudah dilakukan oleh anggota pemerintahannya nyatanya tak terbukti.
Bahkan, Presiden AS Donald Trump tak segan memuji pidato Xi tersebut. "Sangat berterima kasih kepada Presiden Xi atas kata-kata yang positif terkait tarif dan halangan-halangan (ekspor) mobil. Juga, pencerahannya atas kekayaan intelektual dan transfer teknologi. Kami akan membuat perkembangan yang baik bersama-sama!" tegas Trump dalam postingannya di media sosial Twitter.
Selain sektor jasa keuangan, sektor industri dasar dan kimia (+1,13%) juga menjadi penopang penguatan IHSG. Jika ditelisik lebih dalam, penguatan sektor tersebut didorong oleh kenaikan harga saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+5,03% menjadi Rp 19.850/saham).
Kinerja pada hari ini lantas menandai penguatan selama 8 hari berturut-turut. Terhitung sejak awal April, imbal hasil saham produsen semen tersebut mencapai 24,1%. Berdasarkan pantauan tim riset CNBC Indonesia, sebenarnya tak ada sentimen khusus yang mendukung penguatan harga saham INTP.
Malahan, harga saham INTP saat ini dapat dikatakan sudah mahal. Mengutip konsensus yang dihimpun oleh Reuters, saat ini median dari target harga saham INTP untuk periode 12 bulan ke depan berada di level Rp 16.850/saham.
Jika dihitung berdasarkan rata-rata, target harga dari para analis berada di level Rp 17.836/saham. Harga saham INTP saat ini lantas sudah jauh lebih tinggi dari target harga tersebut (baik median maupun rata-rata).
(hps) Next Article Aksi Ambil Untung Jadi Pemicu Pelemahan IHSG
Most Popular