
Dipimpin Penguatan Saham Bank, IHSG Sesi I Naik 0,62%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 April 2018 12:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,62% pada akhir sesi 1 ke level 6.284,56 poin. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham regional yang juga ditransaksikan di zona hijau.
Indeks Nikkei naik 0,46%, indeks Shanghai naik 0,62%, indeks Hang Seng naik 1,32%, indeks Strait Times naik 0,29%, indeks Kospi naik 0,13%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,16%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,09 triliun, dengan volume sebanyak 4,24 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 247.067 kali. Nilai transaksi per akhir sesi 1 hari ini relatif sama dengan kemarin yang sebesar Rp 3,11 triliun.
Secara sektoral, penguatan IHSG nampak jelas didorong oleh saham-saham sektor jasa keuangan. Sektor jasa keuangan menguat hingga 1,03% dan memberi kontribusi sebesar 18,6 poin dari total kenaikan IHSG yang sebesar 38,4 poin. Penguatan sektor jasa keuangan tak lain dipicu oleh kenaikan harga saham-saham emiten perbankan yang masuk dalam kategori BUKU IV.
Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat 2,65%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 1,65%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 1,13%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 0,99%.
Investor masih percaya diri dalam melakukan aksi beli, lantaran mereka percaya kestabilan rupiah akan terus dijaga oleh Bank Indonesia. Kesiapan bank sentral dalam melakukan stabilisasi nilai tukar sebelumnya terlihat dari posisi cadangan devisa per akhir Maret yang turun menjadi US$ 126 miliar, dari yang sebelumnya US$ 128,06 pada akhir Februari.
Dari sisi eksternal, sentimen dapat dikatakan sangat mendukung bagi investor dalam melakukan aksi beli. Adalah pidato dari Presiden China Xi Jinping yang memberikan suntikan energi bagi pasar saham. Dalam pidatonya di Boao Forum, Xi mengungkapkan rencananya untuk semakin membuka perekonomian China kepada dunia.
Guna mewujudkan hal tersebut, China berencana untuk menurunkan bea impor bagi mobil dan produk-produk lainnya secara signifikan. Lebih lanjut, China juga akan memberikan kepastian hukum terkait dengan kepemilikan kekayaan intelektual dari perusahaan asing yang berinvestasi di negaranya, serta memperbaiki iklim investasi bagi perusahaan asing.
Hal tersebut lantas diartikan sebagai sesuai yang positif bagi pelaku pasar. Pasalnya, tekat China untuk menurunkan bea impor lantas menghapus kekhawatiran pelaku pasar bahwa perang dagang akan terjadi antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yakni China dan AS.
Ketakutan pelaku pasar bahwa Xi akan mengeluarkan pernyataan yang keras terhadap AS seperti yang sudah dilakukan oleh anggota pemerintahannya nyatanya tak terbukti.
Sejuknya pidato Xi juga berimbas kepada harga minyak mentah dunia. Sampai dengan akhir perdagangan sesi 1, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 0,66% ke level US$ 63,84/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 0,57% menjadi US$ 69,04/barel.
Sebelumnya, penguatan harga minyak masih terbatas seiring investor yang masih mewaspadai rilis data cadangan minyak AS. Data dari American Petroleum Institute akan dirilis pada esok dini hari (11/4/2018) pukul 03.30 WIB, sementara data resmi dari pemerintah AS akan dirilis besok malam pukul 21.30 WIB. Berdasarkan konsensus yang dihimpun Reuters, cadangan minyak AS diprediksikan meningkat moderat sekitar 200.000 barel dalam sepekan hingga tanggal 6 April.
Merespon hal tersebut, harga saham emiten-emiten sektor pertambangan yang berada dalam sub-sektor minyak dan gas diperdagangkan menguat: PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 1,63%, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) naik 1,22%, dan PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 1,35%.
Tak hanya emiten pertambangan minyak, harga saham emiten pertambangan batu bara pun menguat, seiring naiknya harga batu bara. Pada perdagangan kemarin (9/4/2018), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman April 2018 naik 0,32% menjadi US$ 94,2/metrik ton.
Saham-saham emiten pertambangan batu bara yang mencatatkan kenaikan harga diantaranya: PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+1,93%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+2,1%), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (+1,25%).
(hps) Next Article Saham Bank & Migas Diburu, IHSG Menguat Tipis di Sesi I
Indeks Nikkei naik 0,46%, indeks Shanghai naik 0,62%, indeks Hang Seng naik 1,32%, indeks Strait Times naik 0,29%, indeks Kospi naik 0,13%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,16%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,09 triliun, dengan volume sebanyak 4,24 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 247.067 kali. Nilai transaksi per akhir sesi 1 hari ini relatif sama dengan kemarin yang sebesar Rp 3,11 triliun.
Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat 2,65%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 1,65%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 1,13%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 0,99%.
Investor masih percaya diri dalam melakukan aksi beli, lantaran mereka percaya kestabilan rupiah akan terus dijaga oleh Bank Indonesia. Kesiapan bank sentral dalam melakukan stabilisasi nilai tukar sebelumnya terlihat dari posisi cadangan devisa per akhir Maret yang turun menjadi US$ 126 miliar, dari yang sebelumnya US$ 128,06 pada akhir Februari.
Dari sisi eksternal, sentimen dapat dikatakan sangat mendukung bagi investor dalam melakukan aksi beli. Adalah pidato dari Presiden China Xi Jinping yang memberikan suntikan energi bagi pasar saham. Dalam pidatonya di Boao Forum, Xi mengungkapkan rencananya untuk semakin membuka perekonomian China kepada dunia.
Guna mewujudkan hal tersebut, China berencana untuk menurunkan bea impor bagi mobil dan produk-produk lainnya secara signifikan. Lebih lanjut, China juga akan memberikan kepastian hukum terkait dengan kepemilikan kekayaan intelektual dari perusahaan asing yang berinvestasi di negaranya, serta memperbaiki iklim investasi bagi perusahaan asing.
Hal tersebut lantas diartikan sebagai sesuai yang positif bagi pelaku pasar. Pasalnya, tekat China untuk menurunkan bea impor lantas menghapus kekhawatiran pelaku pasar bahwa perang dagang akan terjadi antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yakni China dan AS.
Ketakutan pelaku pasar bahwa Xi akan mengeluarkan pernyataan yang keras terhadap AS seperti yang sudah dilakukan oleh anggota pemerintahannya nyatanya tak terbukti.
Sejuknya pidato Xi juga berimbas kepada harga minyak mentah dunia. Sampai dengan akhir perdagangan sesi 1, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 0,66% ke level US$ 63,84/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 0,57% menjadi US$ 69,04/barel.
Sebelumnya, penguatan harga minyak masih terbatas seiring investor yang masih mewaspadai rilis data cadangan minyak AS. Data dari American Petroleum Institute akan dirilis pada esok dini hari (11/4/2018) pukul 03.30 WIB, sementara data resmi dari pemerintah AS akan dirilis besok malam pukul 21.30 WIB. Berdasarkan konsensus yang dihimpun Reuters, cadangan minyak AS diprediksikan meningkat moderat sekitar 200.000 barel dalam sepekan hingga tanggal 6 April.
Merespon hal tersebut, harga saham emiten-emiten sektor pertambangan yang berada dalam sub-sektor minyak dan gas diperdagangkan menguat: PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 1,63%, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) naik 1,22%, dan PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 1,35%.
Tak hanya emiten pertambangan minyak, harga saham emiten pertambangan batu bara pun menguat, seiring naiknya harga batu bara. Pada perdagangan kemarin (9/4/2018), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman April 2018 naik 0,32% menjadi US$ 94,2/metrik ton.
Saham-saham emiten pertambangan batu bara yang mencatatkan kenaikan harga diantaranya: PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+1,93%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+2,1%), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (+1,25%).
(hps) Next Article Saham Bank & Migas Diburu, IHSG Menguat Tipis di Sesi I
Most Popular