
Malaysia Siapkan Tim Khusus Tingkatkan Ekspor CPO ke China
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 April 2018 18:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Industri dan Komoditas Perkebunan Malaysia dikabarkan telah membentuk tim khusus untuk meningkatkan ekspor minyak kelapa sawit ke China. Dikutip dari Malaysian Palm Oil Council (MPOC), kebijakan itu dilakukan seiring dengan keputusan Negeri Tirai Bambu untuk menerapkan tarif 25% terhadap impor minyak kedelai dari Amerika Serikat (AS).
"Kita harus bekerja keras untuk memenuhi kemungkinan peningkatan permintaan untuk minyak kelapa sawit seiring perang dagang yang terjadi antara China dan AS. Minyak kelapa sawit menyumbangkan pendapatan yang besar bagi negara kita", tegas Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan Malaysia Datuk Seri Mah Siew Keong pada konferensi pers di kantor pusat Penang Gerakan pada hari Kamis (5/4/2018).
Seperti diketahui, minyak kelapa sawit adalah kompetitor utama bagi minyak kedelai di sektor minyak nabati. Apabila kenaikan tarif pada impor kedelai terealisasikan, maka ada potensi pergeseran permintaan dari minyak kedelai ke minyak kelapa sawit di China.
"Daripada pergeseran permintaan ke minyak kedelai asal Brazil, konsumen China lebih berpotensi mengganti pola konsumsinya dari minyak kedelai ke minyak kelapa sawit, dimana ada keuntungan harga yang lebih besar dibandingkan dengan impor minyak kedelai dari AS", seperti dikutip dari catatan penelitian PublicInvest.
Mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB), ekspor minyak kelapa sawit dari Malaysia ke China tercatat sebesar 1,92 juta ton pada tahun 2017. Jumlah tersebut menjadikan China sebagai negara terbesar ke-2 yang mengimpor minyak kelapa sawit dari Malaysia, tipis saja di bawah India yang mengimpor sebesar 2,03 juta ton.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Hingga tulisan ini diturunkan, tim CNBC Indonesia masih mengonfirmasi kebijakan yang akan diambil pemerintah Indonesia terkait peluang meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit dari China.
Sejauh ini, pemerintah Indonesia masih berfokus pada proses negosiasi dengan Uni Eropa (EU), terkait dengan keputusan Parlemen Eropa untuk menghentikan penggunaan biofuel berbahan dasar kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan pada 2021.
(roy/roy) Next Article Harga CPO Tinggi, eh Indeks Sektor Agri Malah Melempem
"Kita harus bekerja keras untuk memenuhi kemungkinan peningkatan permintaan untuk minyak kelapa sawit seiring perang dagang yang terjadi antara China dan AS. Minyak kelapa sawit menyumbangkan pendapatan yang besar bagi negara kita", tegas Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan Malaysia Datuk Seri Mah Siew Keong pada konferensi pers di kantor pusat Penang Gerakan pada hari Kamis (5/4/2018).
Seperti diketahui, minyak kelapa sawit adalah kompetitor utama bagi minyak kedelai di sektor minyak nabati. Apabila kenaikan tarif pada impor kedelai terealisasikan, maka ada potensi pergeseran permintaan dari minyak kedelai ke minyak kelapa sawit di China.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Hingga tulisan ini diturunkan, tim CNBC Indonesia masih mengonfirmasi kebijakan yang akan diambil pemerintah Indonesia terkait peluang meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit dari China.
Sejauh ini, pemerintah Indonesia masih berfokus pada proses negosiasi dengan Uni Eropa (EU), terkait dengan keputusan Parlemen Eropa untuk menghentikan penggunaan biofuel berbahan dasar kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan pada 2021.
![]() |
Sebagai catatan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengekspor minyak kelapa sawit sebanyak 3,6 juta ton ke China pada 2017, jauh melampaui capaian Malaysia di periode yang sama. Hal ini mengindikasikan pasar untuk minyak kelapa sawit asal Indonesia yang lebih besar di Negeri Panda, dibandingkan dengan minyak kelapa sawit asal Malaysia
(roy/roy) Next Article Harga CPO Tinggi, eh Indeks Sektor Agri Malah Melempem
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular