
Antisipasi Tiga Kabar Penggerak Pasar Dunia Pekan Depan
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
08 April 2018 14:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar saham pada pekan depan berpeluang menyaksikan kenaikan volatilitas pergerakan, menyusul munculnya beberapa sentimen yang berpeluang menekan bursa negara berkembang, termasuk Indonesia.
Berikut ini beberapa sentimen di perekonomian dunia yang gaungnya, menurut proyeksi tim riset CNBC Indonesia, bisa memengaruhi psikologi investor dalam melakukan perdagangan di pasar modal.
Pertama, Federal Reserve kian dekat dengan rencana penaikan suku bunga acuannya karena seluruh anggota dewan bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut menyuarakan dukungan atas kebijakan tersebut.
Presiden Fed Chicago Charles Evans, yang dikenal paling dovish atau paling resisten terhadap kenaikan suku bunga, menyatakan bahwa inflasi AS akan mencapai target yang dipatok The Fed pada 2%, sehingga kenaikan Fed Fend Rate bertahap dimungkinkan terjadi.
"Kebijakan fiskal telah secara begitu rupa mendukung pertumbuhan lanjutan sehingga kebutuhan kebijakan moneter akomodatif menjadi lebih kecil dari sebelumnya," tutur Evans sebagaimana dikutip Reuters.
Kedua, perang dagang diprediksi kian memanas setelah pada Jumat (6/4) kemarin China mengingatkan bahwa pihaknya menyiapkan "serangan balasan yang garang" terhadap AS jika negara adidaya tersebut mengesahkan rencana Presiden Donald Trump mengenakan tarif tambahan senilai US$100 miliar terhadap produk impor asal China.
Merespons balasan China atas kebijakan tarifnya baru-baru ini, Trump pada Kamis memerintahkan administrasinya untuk mengidentifikasi tarif tambahan untuk dikenakan ke produk China lainnya, menaikkan skala konfrontasi perdagangan kedua negara.
Ketiga, munculnya klaim pemberontak Suriah atas serangan kimia yang dilakukan oleh pemerinta Bashar Assad berpeluang mengundang campur tangan militer AS secara sepihak ke wilayah konflik tersebut.
Campur tangan tersebut akan membuat krisis kian meruncing karena Rusia jauh-jauh hari telah mengancam akan membalas serangan NATO yang mengancam posisi pasukannya di Suriah. Serangan itu juga bisa memicu aksi balasan oleh kubu pendukung pemerintahan Bashar seperti Hizbullah, sehingga meningkatkan eskalasi krisis dan mengancam pasokan minyak dunia.
Akibatnya, harga energi utama dunia tersebut berpeluang naik dalam jangka pendek karena faktor psikologis.
(ags/ags) Next Article Simak! 4 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan
Berikut ini beberapa sentimen di perekonomian dunia yang gaungnya, menurut proyeksi tim riset CNBC Indonesia, bisa memengaruhi psikologi investor dalam melakukan perdagangan di pasar modal.
Pertama, Federal Reserve kian dekat dengan rencana penaikan suku bunga acuannya karena seluruh anggota dewan bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut menyuarakan dukungan atas kebijakan tersebut.
"Kebijakan fiskal telah secara begitu rupa mendukung pertumbuhan lanjutan sehingga kebutuhan kebijakan moneter akomodatif menjadi lebih kecil dari sebelumnya," tutur Evans sebagaimana dikutip Reuters.
Kedua, perang dagang diprediksi kian memanas setelah pada Jumat (6/4) kemarin China mengingatkan bahwa pihaknya menyiapkan "serangan balasan yang garang" terhadap AS jika negara adidaya tersebut mengesahkan rencana Presiden Donald Trump mengenakan tarif tambahan senilai US$100 miliar terhadap produk impor asal China.
Merespons balasan China atas kebijakan tarifnya baru-baru ini, Trump pada Kamis memerintahkan administrasinya untuk mengidentifikasi tarif tambahan untuk dikenakan ke produk China lainnya, menaikkan skala konfrontasi perdagangan kedua negara.
Ketiga, munculnya klaim pemberontak Suriah atas serangan kimia yang dilakukan oleh pemerinta Bashar Assad berpeluang mengundang campur tangan militer AS secara sepihak ke wilayah konflik tersebut.
Campur tangan tersebut akan membuat krisis kian meruncing karena Rusia jauh-jauh hari telah mengancam akan membalas serangan NATO yang mengancam posisi pasukannya di Suriah. Serangan itu juga bisa memicu aksi balasan oleh kubu pendukung pemerintahan Bashar seperti Hizbullah, sehingga meningkatkan eskalasi krisis dan mengancam pasokan minyak dunia.
Akibatnya, harga energi utama dunia tersebut berpeluang naik dalam jangka pendek karena faktor psikologis.
(ags/ags) Next Article Simak! 4 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan
Most Popular