Isu Perang Dagang China-AS Tak Perlu Ditanggapi Berlebihan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 April 2018 15:00
Isu Perang Dagang China-AS Tak Perlu Ditanggapi Berlebihan
Foto: Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dunia kembali dibuat bergejolak oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Pada sekitar pukul 06:00 WIB hari ini (6/4/2018), Trump memerintahkan United States Trade Representative (USTR) untuk mengkaji kemungkinan mengenakan bea masuk baru bagi senilai US$ 100 miliar produk impor asal China .

Trump menyatakan opsi tersebut diambil sebagai respon dari aksi balasan China yang sebelumnya telah mengumumkan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai US$ 50 miliar. Total, ada 106 produk yang akan dikenakan bea masuk, termasuk kedelai, mobil, pesawat terbang, dan wiski.

Perintah Trump kepada USTR tersebut lantas membuka babak baru dari perselisihan antar kedua negara dalam hal perdagangan. Padahal, sebelumnya tensi sudah mereda pasca Larry Kudlow selaku Penasihat Ekonomi Gedung Putih mengatakan bahwa AS siap bernegosiasi dengan China.

Investor pun kembali dibuat grogi yang pada akhirnya berujung tekanan pada bursa saham regional, termasuk Indonesia. Sampai dengan berita ini diturunkan, IHSG terkoreksi 0,14% ke level 6.174,43 poin.

Namun sejatinya, investor saham tetap harus memandang bursa saham dalam negeri dengan positif, terutama di bulan ini. Melalui tulisan ini, tim riset Indonesia memaparkan hal-hal yang berpotensi membuat bursa saham dalam negeri tetap menguat sepanjang bulan April.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Tak dapat dipungkiri bahwa langkah terakhir dari Donald Trump telah menimbulkan kekhawatiran atas benar-benar terjadinya perang dagang antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yaitu China dan AS.

Namun sejatinya, hal ini masih jauh dari terjadi. Terlepas dari arah kebijakan yang masih saja proteksionis, Trump menegaskan bahwa AS masih terbuka untuk melakukan dialog dengan pemerintah China terkait dengan kebijakan perdagangannya yang kerap dituding merugikan AS.

“Amerika Serikat masih siap untuk mengadakan dialog guna mendukung komitmen kami mencapai kesepakatan dagang yang bebas, adil, dan saling menguntungkan, serta untuk melindungi teknologi dan kekayaan intelektual dari perusahaan dan masyarakat AS,” terang Trump dalam pernyataannya seperti dikutip dari CNBC.

Hal ini lantas mengonfirmasi pernyataan Larry Kudlow selaku Penasihat Ekonomi Gedung Putih mengatakan bahwa AS siap bernegosiasi dengan China. Kudlow belum lama ini mengungkapkan rencana pengenaan bea masuk untuk 1.300 produk China senilai US$ 50 miliar yang diumumkan kemarin mungkin hanya merupakan taktik negosiasi. Oleh karena itu, bisa saja bea masuk terhadap produk-produk tersebut tidak jadi diterapkan.

Jika melihat sosok Trump sendiri yang merupakan seorang pebisnis, rasanya memang sulit dipercaya jika ia akan mengeluarkan kebijakan yang dapat membahayakan negeri dan kekayaan keluarganya sendiri.

"Amerika Serikat masih siap untuk mengadakan dialog guna mendukung komitmen kami mencapai kesepakatan dagang yang bebas, adil, dan saling menguntungkan, serta untuk melindungi teknologi dan kekayaan intelektual dari perusahaan dan masyarakat AS," terang Trump dalam pernyataannya seperti dikutip dari CNBC.

Hal ini lantas mengonfirmasi pernyataan Larry Kudlow selaku Penasihat Ekonomi Gedung Putih mengatakan bahwa AS siap bernegosiasi dengan China. Kudlow belum lama ini mengungkapkan rencana pengenaan bea masuk untuk 1.300 produk China senilai US$ 50 miliar yang diumumkan kemarin mungkin hanya merupakan taktik negosiasi. Oleh karena itu, bisa saja bea masuk terhadap produk-produk tersebut tidak jadi diterapkan.

Jika melihat sosok Trump sendiri yang merupakan seorang pebisnis, rasanya memang sulit dipercaya jika ia akan mengeluarkan kebijakan yang dapat membahayakan negeri dan kekayaan keluarganya sendiri. Selain potensi perang dagang yang masih jauh, ternyata indeks S&P 500 tak pernah mencatatkan imbal hasil negatif sepanjang bulan April. Indeks S&P 500 memang dapat dikatakan relatif lebih penting dibandingkan dua indeks saham utama AS lainnya yaitu Dow Jones dan Nasdaq, mengingat kapitalisasi pasar dan jumlah emitennya yang lebih besar. Biasanya kenaikan indeks S&P 500 akan memberikan suntikan tenaga bagi bursa saham Benua Kuning, termasuk Indonesia di dalamnya.

Secara rata-rata dalam 5 tahun terakhir (2013-2017), indeks S&P 500 memberikan imbal hasil sebesar 0,89% secara month-over-month (MoM) pada bulan April. Bahkan, riset dari Jefferies menunjukkan bahwa ketika imbal hasil indeks S&P 500 pada bulan Maret adalah negatif, rata-rata imbal hasil pada bulan April mencapai hampir 2% MoM. Kebetulan, indeks S&P 500 terkoreksi hingga 2,69% MoM pada bulan lalu, dimana ini merupakan koreksi bulanan terbesar sejak April 2001 silam.

Adalah rilis laporan keuangan atau earnings season kuartal 1 yang seringkali memberi sokongan energi bagi indeks S&P 500. Earnings season kuartal 1 akan dimulai pada tanggal 13 April waktu setempat, diisi oleh nama-nama besar seperti J.P. Morgan Chase, Wells Fargo dan Citigroup.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan rata-rata pertumbuhan laba emiten di Wall Street mencapai 18,4% YoY, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, salah satunya didorong oleh stimulus pengurangan pajak korporasi yang disahkan pada akhir tahun lalu.

Investor di pasar saham Indonesia tentu dapat memanfaatkan momentum dari Negeri Paman Sam tersebut. Sebelumnya, kajian dari tim riset CNBC Indonesia menunjukkan bahwa sektor barang konsumsi merupakan pilihan terbaik pada bulan April bagi para investor.

Rerata dalam 5 tahun terakhir, indeks saham sektor barang konsumsi memberikan imbal hasil sebesar 2,59% MoM, lebih baik jika dibandingkan dengan 9 sektor penghuni IHSG lainnya. Semakin dekatnya bulan Ramadhan (yang biasanya mendongkrak konsumsi) membuat investor gencar memburu saham-saham dari sektor tersebut.

Tim riset CNBC Indonesia lantas menghitung rata-rata imbal hasil dari 5 saham anggota sektor barang konsumsi berkapitalisasi pasar terbesar sepanjang bulan April (secara MoM) selama 5 tahun terakhir. Kelima emiten yang dimaksud adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Hasilnya, saham UNVR memberikan rata-rata imbal hasil yang tertinggi jika dibandingkan dengan 4 saham lainnya, yaitu sebesar 4,89% MoM, jauh mengungguli rata-rata imbal hasil sektornya yang sebesar 2,59% MoM. Di posisi dua, ada saham GGRM dengan rata-rata imbal hasil sebesar 4,14% MoM.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular