Dari New York, Wall Street kembali membawa kabar gembira. Tiga indeks utama masih melanjutkan reli, di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,99%, S&P 500 menguat 0,69%, dan Nasdaq bertambah 0,49%. Ini merupakan penguatan tiga hari beruntun setelah Wall Street seakan akrab dengan koreksi.
Kekhawatiran perang dagang yang mereda masih menjadi katalis bagi penguatan Wall Street. Saham Boeing, yang sebelumnya menjadi biang keladi koreksi, kini menjadi katalis positifnya kinerja Wall Street dengan penguatan 1,3%.
Dengan tensi perang dagang yang semakin menurun, investor di Negeri Paman Sam kini mulai bersiap menghadapi musim laporan keuangan (
earnings season) yang akan segera dimulai. JPMorgan Chase dan sejumlah emiten sektor keuangan akan memulai
earnings season dengan melaporkan kinerja kuartal I-2018 pekan depan.
Pelaku pasar optimistis kinerja emiten akan membaik setelah Presiden AS Donald Trump memberikan stimulus pengurangan pajak badan pada akhir tahun lalu. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan rata-rata pertumbuhan laba emiten di Wall Street mencapai 18,4%, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Namun sebagaimana di Indonesia, transaksi di Wall Street pun kurang semarak. Pada perdagangann hari ini, volume transaksi melibatkan 6,4 miliar unit saham. Jauh di bawah rata-rata perdagangan 20 hari terakhir yaitu 7,3 miliar unit.
Sepertinya investor masih bergerak hati-hati menunggu data angka pengangguran yang akan dirilis Jumat waktu setempat. Pada Maret, konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran AS di 4%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 4,1%.
Penurunan angka pengangguran (bila terjadi) kemungkinan akan melahirkan persepsi Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan leih agresif. Apabila persepsi ini muncul, maka akan menjadi tekanan buat Wall Street. Untuk perdagangan hari ini, penguatan Wall Street bisa menjadi energi positif bagi bursa saham Asia termasuk Indonesia. Biasanya kenaikan maupun koreksi Wall Street akan mewarnai perjalanan bursa saham Benua Kuning.
Selain itu, harga minyak masih dapat berpotensi menjadi bahan bakar penguatan IHSG. Terbukanya pintu negosiasi Washington-Beijing untuk menghindari perang dagang membuat harga si emas hitam bisa melanjutkan penguatan.
Penurunan cadangan minyak AS sebesar 4,6 juta barel juga menjadi dorongan kenaikan harga minyak. Pasokan minyak juga kemungkinan masih ketat kala survei Reuters menunjukkan produksi OPEC pada Maret turun hingga ke titik terendah dalam 11 bulan terakhir. Ini disebabkan penurunan ekspor Angola, terganggunya produksi di Libya, dan penurunan produksi yang lebih parah di Venezuela.
Dari dalam negeri, beberapa emiten akan menggelar RUPS Tahunan pada hari ini yaitu SPDC, BNII, dan WSKT. Bila ada kabar baik dari sana, misalnya kenaikan dividen, maka bisa menjadi tambahan tenaga bagi IHSG.
Namun, sentimen negatif bagi IHSG bisa datang dari rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang kurang memuaskan. Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Maret 2018 di angka 121,6, atau melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 122,5. Meski angka di atas 100 masih menunjukkan optimisme konsumen.
Perlambatan IKK didorong oleh responden yang cenderung pesimistis terhadap ketersediaan lapangan kerja. Selain itu, BI mencatat bahwa sejalan dengan penurunan keyakinan konsumen, responden cenderung menahan pengeluaran dan menambah simpanan.
Hal ini terindikasikan dari stabilnya rata-rata rasio konsumsi terhadap pendapatan yang di angka 63,9%, dan penurunan rasio cicilan terhadap pendapatan menjadi 13,7% (vs 14,4% pada Februari). Sebaliknya, rata-rata rasio simpanan konsumen terhadap pendapatan meningkat menjadi 22,4% dari capaian bulan sebelumnya sebesar 21,7%.
Perkembangan nilai tukar dolar AS juga patut diwaspadai.
Greenback cenderung menguat terhadap mata uang dunia seiring semakin meredanya isu perang dagang. Tanpa perang dagang, maka ekspor AS akan lancar dan pasokan devisa pun terus mengalir sehingga menjadi fondasi penguatan dolar AS.
Apresiasi dolar AS bisa berujung pada depresiasi rupiah. Pelemahan rupiah akan membuat investasi dalam mata uang ini menjadi kurang menarik, dan bisa berakibat pada aksi jual (terutama oleh investor asing).
Selain itu, sentimen negatif bisa datang dari perkembangan imbal hasil (
yield) obligasi negara AS. Kemarin,
yield instrumen tersebut naik ke 2,83% dari hari sebelumnya 2,79%.
Bila
yield obligasi AS masih naik, maka instrumen ini menjadi menarik hati investor dan bisa memicu perpindahan dana ke Negeri Paman Sam. Apalagi
yield obligasi pemerintah Indonesia masih dalam tren turun sehingga selisih (
spread) antara dua instrumen ini semakin menyempit.
Masih dari AS, meski sentimen perang dagang mereda tetapi belum benar-benar hilang. Rilis data terbaru menunjukkan defisit perdagangan AS pada Februari mencapai US$ 57,6 miliar, tertinggi dalam 9,5 tahun terakhir.
Melebarnya defisit perdagangan AS bisa memunculkan kembali semangat proteksionisme di sana. Ditambah lagi defisit perdagangan AS dengan China naik 20,2% sepanjang tahun ini, yang bisa mengobarkan kembali semangat perang dagang.
Isu perang dagang masih perlu dicermati karena perkembangannya begitu dinamis... Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- RUPS Tahunan SPDC (09:00 WIB).
- RUPS Tahunan BNII (14:00 WIB).
- RUPS Tahunan WSKT (14:00 WIB).
- Rilis data cadangan devisa Indonesia periode Maret (12:00).
- Rilis data rata-rata upah per jam AS periode Maret (19:30).
- Rilis data perubahan tenaga kerja non-pertanian AS periode Maret (19:30).
- Rilis data tingkat pengangguran AS periode Maret (19:30).
- Pidato Gubernur Bank of England Mark Carney (22:15).
Berikut perkembangan sejumlah bursa utama:
Indeks | Close | % Change | % YTD |
IHSG | 6,183.23 | 0.42 | (2.71) |
LQ45 | 1,008.46 | 0.48 | (6.57) |
DJIA | 24,505.22 | 0.99 | (0.87) |
CSI300 | 3,855.15 | (0.19) | (4.36) |
Hang Seng | 29,518.69 | (2.19) | (1.34) |
NIKKEI | 21,645.42 | 1.53 | (4.92) |
Strait Times | 3,405.65 | 1.97 | 0.08 |
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
Mata Uang | Close | % Change | % YoY |
USD/IDR | 13,767 | 0.05 | 3.23 |
EUR/USD | 1.22 | (0.28) | 15.03 |
GBP/USD | 1.40 | (0.55) | 12.33 |
USD/CHF | 0.96 | 0.24 | (4.15) |
USD/CAD | 1.27 | (0.08) | (4.91) |
USD/JPY | 107.17 | 0.37 | (3.17) |
AUD/USD | 0.76 | (0.58) | 1.81 |
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Komoditas | Close | % Change | % YoY |
Minyak WTI (USD/barel) | 63.49 | 0.35 | 22.80 |
Minyak Brent (USD/barel) | 68.50 | 0.63 | 24.80 |
Emas (USD/troy ons) | 1,329.24 | (0.30) | 6.26 |
CPO (MYR/ton) | 2,442.00 | 0.58 | (16.05) |
Batu bara (USD/ton) | 93.27 | 0.76 | 4.04 |
Tembaga (USD/pound) | 3.05 | 1.50 | 14.82 |
Nikel (USD/ton) | 13,418.50 | 0.00 | 33.93 |
Timah (USD/ton) | 20,900.00 | (1.42) | 2.83 |
Karet (JPY/kg) | 177.20 | 3.87 | (42.19) |
Kakao (USD/ton) | 2,503.00 | 1.13 | 20.17 |
Berikut perkembangan imbal hasil (
yield) Surat Berharga Negara:
Tenor | Yield (%) |
5Y | 5.93 |
10Y | 6.59 |
15Y | 6.84 |
20Y | 7.24 |
30Y | 7.46 |
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY) | 5.07% |
Inflasi (Maret 2018 YoY) | 3.4% |
Defisit anggaran (APBN 2018) | -2.19% PDB |
Transaksi berjalan (2017) | -1.7% PDB |
Neraca pembayaran (2017) | US$ 11.6 miliar |
Cadangan devisa (Februari 2017) | US$ 128.06 miliar |