
Penguatan IHSG Tertahan Sentimen Perang Dagang
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 April 2018 13:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis sebesar 0,03% hingga penutupan sesi I ke level 6.230,87 poin. IHSG sempat menguat hingga titik tertingginya ke level 6.250,14 poin, sebelum berangsur-angsur turun.
Transaksi lagi-lagi berlangsung sepi yaitu senilai Rp 2,65 triliun dengan volume sebanyak 4,75 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 211.533 kali.
Tujuh sektor saham ditransaksikan menguat, dipimpin oleh sektor industri dasar dan kimia yang menguat sebesar 0,55%, sementara tiga sektor lainnya yaitu properti, real estate, dan konstruksi bangunan (-0,02%), aneka industri (-0,39%), serta jasa keuangan (-0,32%) mengakhiri sesi 1 di zona merah.
Saham-saham yang berkontribusi paling signifikan terhadap penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,32%), PT Bank OCBC Nisp Tbk/NISP (+7,77%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,22%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+2,78%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+1,52%).
Terbatasnya penguatan IHSG dipicu oleh sentimen eksternal yang masih belum mendukung. Pemerintahan AS kini telah resmi mengumumkan daftar barang impor asal China yang akan dikenakan bea masuk baru.
Bea masuk sebesar 25% tersebut menargetkan sekitar 1.300 produk, utamanya yang memiliki teknologi tinggi seperti satelit komunikasi, semikonduktor, dan baterai jenis lithium.
Upaya itu dilakukan untuk menekan Beijing agar mengubah kebijakannya yang sering merugikan perusahaan AS yaitu dengan mencuri kekayaan intelektual perusahaan asal negeri paman sam yang berinvestasi di China.
Produk-produk yang dikenakan bea masuk adalah yang diuntungkan oleh praktek tidak fair tersebut. Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) menjadwalkan sesi dengar pendapat publik mengenai bea impor itu pada 15 Mei mendatang.
China lagi-lagi merespon dengan keras kebijakan ini dengan mengancam untuk membalas tindakan itu dengan menargetkan produk kedelai, pesawat terbang, dan alat berat asal AS.
Sebelumnya, China telah benar-benar mengeluarkan kebijakan balasan atas aksi proteksionisme AS (bea masuk baja dan aluminium) dengan mengenakan bea masuk terhadap 128 barang impor AS senilai US$ 3 miliar, termasuk daging babi dan buah-buahan.
Jika aksi balasan jilid 2 benar-benar dilancarkan oleh China, investor lantas patut waspada karena dapat dikatakan perang dagang sudah benar-benar terjadi.
Kemudian, kuatnya penjualan mobil di AS kembali menimbulkan kekhawatiran atas kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve yang lebih agresif dari perkiraan. Sepanjang bulan Maret, penjualan mobil di AS mencapai 13,4 juta unit, lebih tinggi dari ekspektasi yang sebesar 13,1 juta unit.
Sentimen eksternal yang kurang kondusif juga tercermin dari pergerakan bursa saham regional yang berada di zona merah: indeks Hang Seng turun 0,21%, indeks Strait Times turun 0,59%, indeks Kospi turun 1,31%, indeks SET (Thailand) turun 0,92%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 0,18%.
(hps/hps) Next Article Saham Bank & Migas Diburu, IHSG Menguat Tipis di Sesi I
Transaksi lagi-lagi berlangsung sepi yaitu senilai Rp 2,65 triliun dengan volume sebanyak 4,75 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 211.533 kali.
Tujuh sektor saham ditransaksikan menguat, dipimpin oleh sektor industri dasar dan kimia yang menguat sebesar 0,55%, sementara tiga sektor lainnya yaitu properti, real estate, dan konstruksi bangunan (-0,02%), aneka industri (-0,39%), serta jasa keuangan (-0,32%) mengakhiri sesi 1 di zona merah.
Terbatasnya penguatan IHSG dipicu oleh sentimen eksternal yang masih belum mendukung. Pemerintahan AS kini telah resmi mengumumkan daftar barang impor asal China yang akan dikenakan bea masuk baru.
Bea masuk sebesar 25% tersebut menargetkan sekitar 1.300 produk, utamanya yang memiliki teknologi tinggi seperti satelit komunikasi, semikonduktor, dan baterai jenis lithium.
Upaya itu dilakukan untuk menekan Beijing agar mengubah kebijakannya yang sering merugikan perusahaan AS yaitu dengan mencuri kekayaan intelektual perusahaan asal negeri paman sam yang berinvestasi di China.
Produk-produk yang dikenakan bea masuk adalah yang diuntungkan oleh praktek tidak fair tersebut. Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) menjadwalkan sesi dengar pendapat publik mengenai bea impor itu pada 15 Mei mendatang.
China lagi-lagi merespon dengan keras kebijakan ini dengan mengancam untuk membalas tindakan itu dengan menargetkan produk kedelai, pesawat terbang, dan alat berat asal AS.
Sebelumnya, China telah benar-benar mengeluarkan kebijakan balasan atas aksi proteksionisme AS (bea masuk baja dan aluminium) dengan mengenakan bea masuk terhadap 128 barang impor AS senilai US$ 3 miliar, termasuk daging babi dan buah-buahan.
Jika aksi balasan jilid 2 benar-benar dilancarkan oleh China, investor lantas patut waspada karena dapat dikatakan perang dagang sudah benar-benar terjadi.
Kemudian, kuatnya penjualan mobil di AS kembali menimbulkan kekhawatiran atas kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve yang lebih agresif dari perkiraan. Sepanjang bulan Maret, penjualan mobil di AS mencapai 13,4 juta unit, lebih tinggi dari ekspektasi yang sebesar 13,1 juta unit.
Sentimen eksternal yang kurang kondusif juga tercermin dari pergerakan bursa saham regional yang berada di zona merah: indeks Hang Seng turun 0,21%, indeks Strait Times turun 0,59%, indeks Kospi turun 1,31%, indeks SET (Thailand) turun 0,92%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 0,18%.
(hps/hps) Next Article Saham Bank & Migas Diburu, IHSG Menguat Tipis di Sesi I
Most Popular