Review Kinerja 2017

MNC Memimpin, Caplok 47% Kue Iklan Emiten Media

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
03 April 2018 18:36
MNC Memimpin, Caplok 47% Kue Iklan Emiten Media
Infografis: Arie Pratama
CNBC Indonesia, Jakarta - Kinerja keuangan emiten media massa dan penyiaran di Indonesia sepanjang tahun lalu tertekan, dengan penurunan total laba bersih. Grup MNC masih memimpin dengan menyumbang nyaris separuh laba bersih emiten-emiten tersebut.

Secara total, sebanyak tujuh emiten media yang telah melaporkan kinerja keuangan membukukan laba bersih senilai Rp 4,67 triliun pada tahun lalu, atau turun 0,5% dari capaian pada periode yang sama 2016 senilai Rp 4,69 triliun.

Berdasarkan kepemilikan, tiga konglomerasi media mengendalikan tujuh emiten di industri tersebut yakni grup MNC, grup Viva, dan grup Emtek.

Sebagai catatan, satu grup lainnya yakni grup Lippo tidak masuk perhitungan karena PT Link Net Tbk belum melaporkan neraca 2017, meski mengoperasikan bisnis media melalui PT First Media Tbk (KBLV). Sementara itu, PT MNC Sky Vision Tbk tidak masuk di daftar karena bisnis konten medianya tidak signifikan.
MNC Memimpin, Caplok 43% Kue Iklan Emiten MediaSumber: Laporan Keuangan 2017

Jika dipetakan berdasarkan kelompok konglomerasi, grup MNC yang dikendalikan Harry Tanoesodibjo memimpin dalam hal perolehan laba bersih, dengan menyumbang Rp 1,95 triliun sepanjang tahun lalu, atau 44% dari total laba bersih ketujuh emiten tersebut.

PT Global Mediacom Tbk (BMTR) memimpin dari sisi pertumbuhan laba bersih, yakni sebesar 142,2%, disusul PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dengan kenaikan 6,1%. Namun dari sisi nilai, MNCN menjadi yang terdepan dengan laba bersih Rp 1,4 triliun, disusul PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dengan laba bersih Rp 1,3 triliun.

Grup Emtek yang dikendalikan oleh keluarga Sariaatmadja berada di posisi kedua dengan capaian yang variatif. Laba bersih PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) tumbuh 4,9% ke Rp 404 miliar, tetapi laba bersih SCMA melemah 11,3%.

Sementara itu, grup Viva yang dikendalikan oleh keluarga Bakrie mencatatkan kinerja terburuk karena kedua emiten media miliknya membukukan penurunan kinerja. Laba bersih PT Visi Media Asia Tbk terpelanting 62,8% menjadi Rp 152 miliar, sedangkan laba bersih PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) turun 14,9% ke Rp 550 miliar.

Penerbit majalah Tempo, yakni PT Tempo Inti Media Tbk menjadi satu-satunya emiten konten media yang masih memikul rugi bersih yakni sebesar Rp 400 juta. Namun, perolehan itu terhitung membaik karena pada 2016 rugi bersih perseroan mencapai Rp 13,6 miliar.
Dari sisi pendapatan iklan, grup MNC lagi-lagi meraja dengan meraup pemasukan iklan senilai total Rp 14 triliun dari dua perusahaan medianya. Angka itu setara dengan 47,4% atau nyaris separuh dari total iklan yang dikumpulkan tujuh emiten media di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Grup Emtek menyusul di posisi kedua dengan total pemasukan iklan sebesar Rp 10 triliun, atau 35% dari total pemasukan iklan ketujuh emiten tersebut. Sementara itu, grup Bakrie berada di posisi ketiga dengan total pemasukan iklan Rp 4,6 triliun, setara 15,9% dari total pemasukan iklan seluruh emiten tersebut.

Ibarat planet Pluto di tata surya, grup Tempo yang tidak memiliki stasiun penyiaran hanya menikmati kue iklan sebesar Rp 154 miliar, atau 0,53% dari sebaran iklan di industri. Itupun belum cukup untuk menyisakan keuntungan bersih di akhir tahun, meski pendapatan naik 23,7%.

Jika dikaji lebih jauh berdasarkan efektivitas capaian iklan per perusahaan media, grup Bakrie tahun lalu membukukan kinerja terbaik dengan pertumbuhan perolehan iklan MDIA sebesar 12,8%, diikuti VIVA sebesar 5,9%. Pemasukan iklan di MDIA menyumbang 100% dari pendapatannya, sedangkan di VIVA menyumbang 94,6%. Dengan kata lain, kinerja grup ini benar-benar merepresentasikan dinamika industri media karena hanya memiliki sumber pemasukan dari bisnis inti (share iklan).

Sebaliknya, grup Emtek tercatat paling buruk dalam hal perolehan iklan, dengan penurunan sebesar 3,7% di SCMA—yang 100% pendapatannya berasal dari iklan. Untung saja, EMTK menutup kemalangan tersebut dengan pertumbuhan iklan sebesar 8,3%.

Namun wajib dicatat, EMTK juga memiliki bisnis non-media seperti teknologi dan investasi. Pemasukan iklan menyumbang 65% dari total pendapatan mereka.

Sementara itu, MNCN yang 98% pendapatannya berasal dari iklan hanya membukukan pertumbuhan pemasukan iklan sebesar 4,9%. Secara grup, kinerja mereka terbantu oleh BMTR yang pemasukan iklannya naik 5,5%. Iklan menyumbang 63% dari pendapatan Global Mediacom.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular