
Internasional
Musuh Terbesar Trump adalah Dirinya Sendiri
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 April 2018 14:34

San Francisco, CNBC Indonesia - Sejauh yang pasar saham tahu, saat ini Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump adalah musuh terburuk untuk dirinya sendiri.
Trump yang beberapa kali membanggakan catatan reli Wall Street setelah kemenangannya dalam pemilu presiden tahun 2016, kini mulai dituding sebagai penyebab gencarnya aksi jual di bursa saham AS hari Senin (2/4/2018) yang diyakini investor masih akan berlanjut.
Dilansir dari Reuters, aksi jual itu disebabkan oleh kekhawatiran banyak investor akan terjadinya perang dagang setelah China menerapkan tarif terhadap 128 barang asal AS dan rencana Trump yang akan menerapkan tarif baru senilai lebih dari US$50 miliar (sekitar Rp 684 triliun) terhadap barang impor China.
Selain tindakan saling balas tersebut, langkah Trump yang terus-menerus mengritik raksasa e-commerce Amazon.com juga ikut menjadi alasan ketakutan investor. Saat ini Trump merupakan musuh bagi dirinya sendiri karena meskipun ia mengatakan ingin memperbaiki perekonomian, namun nyatanya sikap sang presiden banyak menunjukkan hal sebaliknya.
"Sikap presiden mulai memengaruhi pasar modal," ujar Doug Kass, presiden di Seabreeze Partners Management.
Kekhawatiran investor pada hari Senin mengerucut pada makin dalamnya pelemahan sektor teknologi, yang di beberapa bulan terakhir telah menjadi pendorong reli pasar saham AS dan koreksi dalam indeks S&P 500 di bawah level teknikalnya.
Dalam sebuah cuitan di Twitter, Trump kembali menyudutkan Amazon untuk kedua kalinya dalam tiga hari. Ia mengritik harga pengiriman paket Amazon melalui Layanan Pos Amerika Serikat. Trump menjanjikan perubahan namun belum diketahui apa yang akan dilakukannya.
Harga saham Amazon anjlok 5,2% dan menyebabkan koreksi tajam bagi indeks S&P 500 dan Nasdaq. Saham-saham lain yang berkaitan dengan sektor teknologi, seperti saham Microsoft Corp, Apple Inc, dan juga Facebook, ikut terseret turun.
Sebelumnya, kecemasan investor terhadap perusahaan sektor teknologi juga muncul dari skandal Facebook yang mengalami masalah penyalahgunaan data terhadap 50 juta penggunanya oleh badan konsultasi politik Cambridge Analytica. Skandal itu menimbulkan kecemasan baru bahwa pemeirntah akan mengetatkan pengawasannya terhadap perusahaan sejenis.
"(Satu) faktor utama (penurunan) adalah tindakan Trump terhadap sektor teknologi, yaitu Amazon. ... Hal ini memberi tekanan berat di sektor teknologi secara keseluruhan," ujar Tom di Galoma, managing director di Seaport Global Holdings di New York.
Ke depannya investor akan menerima lebih banyak tekanan untuk melepas saham miliknya, terutama setelah S&P 500 mencatatkan penurunan tajam di bawah level teknis hari Senin. Indeks tersebut ditutup di level 2.582 atau melemah 3,4% sepanjang tahun ini.
Di tahun pertama Trump menjabat sebagai presiden, indeks S&P 500 naik 24%, di tengah janjinya memperkuat ekonomi melalui belanja negara, deregulasi, dan pemangkasan pajak.
Trump sering berkicau di Twitter-nya tentang reli pasar saham yang terjadi tahun lalu. Namun, setelah aksi jual yang parah di bulan Februari, ia mulai membisu.
(prm) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech
Trump yang beberapa kali membanggakan catatan reli Wall Street setelah kemenangannya dalam pemilu presiden tahun 2016, kini mulai dituding sebagai penyebab gencarnya aksi jual di bursa saham AS hari Senin (2/4/2018) yang diyakini investor masih akan berlanjut.
Dilansir dari Reuters, aksi jual itu disebabkan oleh kekhawatiran banyak investor akan terjadinya perang dagang setelah China menerapkan tarif terhadap 128 barang asal AS dan rencana Trump yang akan menerapkan tarif baru senilai lebih dari US$50 miliar (sekitar Rp 684 triliun) terhadap barang impor China.
"Sikap presiden mulai memengaruhi pasar modal," ujar Doug Kass, presiden di Seabreeze Partners Management.
Kekhawatiran investor pada hari Senin mengerucut pada makin dalamnya pelemahan sektor teknologi, yang di beberapa bulan terakhir telah menjadi pendorong reli pasar saham AS dan koreksi dalam indeks S&P 500 di bawah level teknikalnya.
Dalam sebuah cuitan di Twitter, Trump kembali menyudutkan Amazon untuk kedua kalinya dalam tiga hari. Ia mengritik harga pengiriman paket Amazon melalui Layanan Pos Amerika Serikat. Trump menjanjikan perubahan namun belum diketahui apa yang akan dilakukannya.
Harga saham Amazon anjlok 5,2% dan menyebabkan koreksi tajam bagi indeks S&P 500 dan Nasdaq. Saham-saham lain yang berkaitan dengan sektor teknologi, seperti saham Microsoft Corp, Apple Inc, dan juga Facebook, ikut terseret turun.
Sebelumnya, kecemasan investor terhadap perusahaan sektor teknologi juga muncul dari skandal Facebook yang mengalami masalah penyalahgunaan data terhadap 50 juta penggunanya oleh badan konsultasi politik Cambridge Analytica. Skandal itu menimbulkan kecemasan baru bahwa pemeirntah akan mengetatkan pengawasannya terhadap perusahaan sejenis.
"(Satu) faktor utama (penurunan) adalah tindakan Trump terhadap sektor teknologi, yaitu Amazon. ... Hal ini memberi tekanan berat di sektor teknologi secara keseluruhan," ujar Tom di Galoma, managing director di Seaport Global Holdings di New York.
Ke depannya investor akan menerima lebih banyak tekanan untuk melepas saham miliknya, terutama setelah S&P 500 mencatatkan penurunan tajam di bawah level teknis hari Senin. Indeks tersebut ditutup di level 2.582 atau melemah 3,4% sepanjang tahun ini.
Di tahun pertama Trump menjabat sebagai presiden, indeks S&P 500 naik 24%, di tengah janjinya memperkuat ekonomi melalui belanja negara, deregulasi, dan pemangkasan pajak.
Trump sering berkicau di Twitter-nya tentang reli pasar saham yang terjadi tahun lalu. Namun, setelah aksi jual yang parah di bulan Februari, ia mulai membisu.
(prm) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular