
Aktivitas Pengeboran Turun, Harga Minyak Tumbuh Positif
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
02 April 2018 11:41

Sementara itu, dari harga emas mampu bergerak menguat 0,47% ke US$ 1.333,50/troy ounce hingga pukul 10.18 WIB hari ini, setelah sepanjang pekan lalu terkoreksi 1,7%. Naiknya harga sang logam mulia dipicu oleh melemahnya indeks dolar AS sebesar 0,21% pada pagi ini.
Pelemahan yang terjadi pada dolar AS tidak lepas dari rilis data Data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang masih di bawah target The Federal Reserve/The Fed. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat masih berada di kisaran 1,6%, masih dibawah target The Fed yaitu 2%.
Rilis data ini seakan memberi konfirmasi bahwa The Fed juga tidak akan memberi kejutan dengan menaikkan suku bunga empat kali sepanjang 2018. Pelaku pasar sudah memperhitungkan ada tiga kali kenaikan, dan sejauh ini tanda-tanda untuk lebih dari itu masih sangat lirih (meski tidak bisa dibilang tidak ada).
Selain itu, resminya China mengenakan bea masuk baru terhadap 128 barang impor dari Amerika Serikat (AS), termasuk daging babi dan buah-buahan, senilai US$3 miliar (Rp 41,2 triliun) juga kembali mengobarkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang, sehingga mendorong investor kembali melirik instrument safe haven seperti emas.
Dari komoditas tambang, pada akhir pekan sebelum libur panjang Jumat Agung, ICE Newcastle Futures melemah 0,26% ke US$ 96,40/ton. Sementara itu, harga komoditas tambang unggulan Indonesia kompak bergerak menguat pada akhir pekan lalu: nikel menguat 1,31% ke di US$ 13.258/ton, timah menguat 1% ke US$ 21.170/ton, dan harga tembaga tumbuh 0,78% ke US$ 3,0255/pound.
Terbukanya dialog antara AS dan China terkait perang dagang pada pekan lalu nampaknya memberikan angin segar bagi harga komoditas barang tambang. Selain itu, sentimen positif lainnya datang dari keputusan AS untuk membebaskan bea impor baja bagi Korea Selatan.
Dari komoditas agrikultur, harga Crude Palm Oil (CPO) untuk kontrak pengiriman Juni 2018 juga ditutup menguat 0,87% ke MYR 2.425/ton pada perdagangan hari Jumat lalu. Di hari yang sama, harga karet juga menguat tipis 0,11%, namun pada pagi ini kembali terkoreksi sebesar 0,80% ke ke JPY 173,5/kg (roy/roy)
Pelemahan yang terjadi pada dolar AS tidak lepas dari rilis data Data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang masih di bawah target The Federal Reserve/The Fed. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat masih berada di kisaran 1,6%, masih dibawah target The Fed yaitu 2%.
![]() |
Rilis data ini seakan memberi konfirmasi bahwa The Fed juga tidak akan memberi kejutan dengan menaikkan suku bunga empat kali sepanjang 2018. Pelaku pasar sudah memperhitungkan ada tiga kali kenaikan, dan sejauh ini tanda-tanda untuk lebih dari itu masih sangat lirih (meski tidak bisa dibilang tidak ada).
Terbukanya dialog antara AS dan China terkait perang dagang pada pekan lalu nampaknya memberikan angin segar bagi harga komoditas barang tambang. Selain itu, sentimen positif lainnya datang dari keputusan AS untuk membebaskan bea impor baja bagi Korea Selatan.
Dari komoditas agrikultur, harga Crude Palm Oil (CPO) untuk kontrak pengiriman Juni 2018 juga ditutup menguat 0,87% ke MYR 2.425/ton pada perdagangan hari Jumat lalu. Di hari yang sama, harga karet juga menguat tipis 0,11%, namun pada pagi ini kembali terkoreksi sebesar 0,80% ke ke JPY 173,5/kg (roy/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular