Newsletter

Semoga Kuartal II Membawa Kedamaian...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 April 2018 05:55
Semoga Kuartal II Membawa Kedamaian...
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
  • IHSG menguat 0,78% pada perdagangan akhir pekan lalu.
  • Bursa Asia bergerak positif sepanjang pekan lalu.
  • Wall Street ditutup hijau pada perdagangan akhir pekan lalu.
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada perdagangan terakhir jelang libur panjang. IHSG menjalani periode berat sepanjang kuartal I-2018. 

Pada perdagangan pekan lalu, IHSG berakhir menguat 0,78% ke 6.188,99 poin. Sejak awal perdagangan, IHSG terus meluncur ke bawah dan bertahan di teritori negatif. Hingga akhirnya IHSG tancap gas pada 30 menit akhir perdagangan dan berhasil finis di zona hijau. 

Saham ASII, SMBR, dan CPIN jadi pendorong utama IHSG. Sementara yang menjadi pemberat antara lain adalah BMRI, INKP, dan SMMA. 

Sedangkan sepanjang perdagangan pekan lalu, saham-saham yang menjadi top gainers antara lain HELI (184,45%), PKPK (116,84%), dan JSKY (87,5%). Saham-saham yang menjadi top losers pada perdagangan pekan lalu di antaranya INTD (-29,17%), RBMS (-28,64%), dan PNSE (-27,05%). 

Pekan lalu, IHSG melalui periode roller coaster. IHSG selama perdagangan minggu lalu terkoreksi 0,35%. Bahkan indeks LQ45 berkurang sampai 1,16%. 

Penyebabnya lebih karena faktor global. Sepertinya kekhawatiran terhadap perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China belum sepenuhnya reda.  

Walaupun AS dan China sudah memulai proses negosiasi, tetapi belum ada kesepakatan yang ditandatangani kedua belah pihak. Jika salah satu pihak merasa tidak puas nantinya dalam proses negosiasi, bukan tak mungkin mereka kembali memasang sikap protektif. 

Kemudian, tensi geopolitik dunia kembali memanas
. Ratusan diplomat Rusia diusir oleh berbagai negara seperti AS, Kanada, sampai Ukraina terkait dugaan keterlibatan Moskow dalam pembunuhan mantan mata-matanya di Inggris. Rusia sudah mengumumkan aksi balasan dengan mengusir sebanyak 60 diplomat AS dari negaranya serta menutup konsulat AS di St. Petersburg.

Di Spanyol, kondisi memanas pasca kepolisian wilayah Jerman menahan mantan Presiden Katalunya, Carles Puigdemont. Penangkapan ini datang menyusul surat perintah
dari Pengadilan Tinggi Spanyol.  

Tak hanya Puidgemont, surat perintah penangkapan juga diterbitkan untuk 12 orang lainnya dengan dakwaan pemberontakan atas keterlibatan mereka dalam upaya percobaan kemerdekaan Katalunya tahun lalu. Para pendukung gerakan separatis yang tak terima dengan penangkapan mantan pemimpinnya itu melakukan aksi protes di jalanan Katalunya. 

Sementara dari dalam negeri, nampaknya ada kekhawatiran pelaku pasar terhadap terpilihnya Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI). Perry dikenal sebagai sosok yang pro-growth dan berkali-kali menyatakan bahwa ada ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit melalui efisiensi. 

Investor sepertinya mencermati hal ini dan khawatir laba bank akan tergerus kala didorong untuk menurunkan suku bunga kredit. Saham-saham emiten perbankan pun ramai dilepas oleh pelaku pasar, termasuk asing. 

Sementara sepanjang kuartal I-2018, IHSG mencatat minus 2,62%. Kuartal I sepertinya menjadi periode berat bagi IHSG, karena berbagai sentimen negatif (khususnya eksternal) yang datang tanpa ampun. Kenaikan suku bunga global, perang dagang, dan berbagai berita buruk datang dari luar untuk menghantam IHSG.  

Bursa saham regional terlihat lebih beruntung dibanding IHSG. Sepanjang pekan lalu, Nikkei 225 meroket 4,1%, Kospi menguat 1,2%, dan SSEC naik 0,5%. 

Salah satu isu yang membantu penguatan bursa Asia adalah hawa perdamaian di Semenanjung Korea. Pyongyang dan Seoul sepakat untuk melakukan pertemuan pada 27 April, yang salah satunya akan membahas denuklirisasi. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memang sudah berkomitmen untuk melakukan hal tersebut. 

Namun senada dengan IHSG, bursa saham Asia pun kurang bertaji sepanjang kuartal I. Nikkei 225 tersungkur 5,76%, SSEC terpangkas 4,18%, dan Kospi berkurang 0,62%. Sentimen yang mempengaruhi pun sama. 

Pasar kini berharap kuartal II akan membawa lebih banyak kedamaian...
Dari Wall Street, tiga indeks utama menguat cukup signifikan pada perdagangan akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average DJIA naik 1,07%, S&P 500 bertambah 1,38%, dan Nasdaq plus 1,64%. 

Saham-saham teknologi kembali menguat setelah sempat menjadi biang kerok koreksi. Harga saham Intel naik 5%, kemudian Cicso Systems menguat 2,95%, serta Amazon bertambah 1,1%.  

Wall Street juga terbantu rilis data yang kurang menggembirakan. Belanja konsumen din AS periode Februari hanya tumbuh marjinal 0,2%, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini sejalan dengan ekspektasi pasar, tidak ada kejutan. 

Data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang sering menjadi rujukan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed juga masih di angka 1,6%. Belum mencapai target The Fed yang sebesar 2%. 

Rilis data ini seakan memberi konfirmasi bahwa The Fed juga tidak akan memberi kejutan dengan menaikkan suku bunga empat kali sepanjang 2018. Pelaku pasar sudah memperhitungkan ada tiga kali kenaikan, dan sejauh ini tanda-tanda untuk lebih dari itu masih sangat lirih (meski tidak bisa dibilang tidak ada). 

Ini membuat setidaknya satu ketidakpastian berkurang. The Fed kemungkinan besar masih pada rencana awal yaitu kenaikan Federal Funds Rate sebanyak tiga kali selama 2018. Kenaikan pertama sudah dilakukan pada bulan lalu sehingga tersisa dua kali lagi, yang diperkirakan jatuh pada Juni dan Desember. 

Investor dibuat dag-dig-dug oleh pergerakan Wall Street sepanjang kuartal I ini. Mengawali 2018 dengan kuat, Wall Street kemudian mengalami periode berat hingga pernah terkoreksi sampai 4%.  

'Tabungan' penguatan sejak awal tahun pun semakin tergerus. Kini, DJIA sudah terkoreksi 2,49% sejak awal tahun. Sementara S&P 500 melemah 1,11%, tetapi Nasdaq masih surplus 2,89%. 

Badai bertubi-tubi menerpa bursa saham New York. Mulai dari isu suku bunga, perang dagang, hingga kebocoran data digital menjadi sentimen negatif. 

Selepas kuartal I yang penuh onak dan duri, investor kini menyongsong kuartal II dengan rasa was-was yang belum sepenuhnya berkurang. Pengetatan kebijakan moneter di AS dan sejumlah negara maju menjadi isu yang masih perlu diwaspadai. Belum lagi kebijakan proteksionis yang semakin kental pengaruhnya dalam perdagangan dunia.

Tantangannya masih cukup berat... Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah hal yang bisa membuat IHSG melanjutkan penguatan. Pertama adalah penguatan Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu. Biasanya kabar baik dari Wall Street akan menjadi sentimen positif di Asia, termasuk Indonesia. 

Kedua adalah rilis data inflasi. Pelaku pasar memperkirakan inflasi domestik periode Maret 2018 masih 'jinak', di mana konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia berada di angka 0,12% bulanan dan 3,32% tahunan.


Bila data inflasi sesuai dengan ekspektasi, maka akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Inflasi yang terkendali bisa menjadi suntikan energi untuk saham-saham barang konsumsi, manufaktur, sampai keuangan. 


Ketiga, sejumlah emiten juga masih melakukan pelaporan pada hari ini seperti MPPA, SMRA, MAPI, BBRI, DSNG, SULI, dan LPKR. Bila ada kabar positif, maka diharapkan bisa menjadi tambahan semangat bagi IHSG. 

Keempat, harga komoditas juga sepertinya bisa mendukung penguatan IHSG. Harga minyak akhir pekan lalu naik cukup tinggi, dan sepanjang minggu kemarin harga minyak light sweet bertambah 1% sementara brent menguat 1,97%. 

Kenaikan harga si emas hitam dipicu oleh kepatuhan anggota OrganisasiNegara-negara Eksportir Minyak (OPEC) dalam memangkas produksi. Bahkan negara non OPEC seperti Rusia pun sepakat melakukan hal serupa. Langkah ini terbukti bisa mendongkrak harga minyak yang sempat terpuruk. 

Namun, kenaikan harga minyak bisa terganggu oleh melimpahnya pasokan dari AS. Pekan lalu, stok minyak Negeri Paman Sam bertambah 1,6 juta barel dan produksinya menembus rekor baru yaitu mencapai 10,43 barel/hari.  

Kelima, perkembangan nilai tukar dolar AS pun bisa suportif terhadap IHSG. Kepercayaan terhadap dolar AS kini sedang menurun. Ini terlihat dari data Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyebutkan cadangan devisa global dalam greenback pada kuartal IV-2017 adalah US$ 6,28 triliun atau 62,7%. Porsi tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal IV-2009. 

Pemulihan ekonomi yang kini lebih merata (tidak hanya di AS) menjadi alasan utama pelemahan dolar AS dalam beberapa waktu belakangan. Sinyal pengetatan moneter yang semakin jelas di Asia dan bahkan Eropa membuat investor punya pilihan untuk menempatkan dana, sehingga tidak lagi terkonsentrasi ke AS. Ini menyebabkan tekanan terhadap dolar AS, yang pada 2015-2016 sempat seakan menguat sendirian. 

Pelemahan dolar AS bisa dimanfaatkan oleh rupiah untuk mencetak apresiasi. Bila rupiah terapresiasi, maka bisa menjadi bensin untuk laju IHSG. 

Sementara hal-hal yang bisa menjadi  risiko bagi IHSG adalah bila data inflasi tidak sesuai ekspektasi. Ketika inflasi ternyata cukup tinggi, maka bisa menjadi sentimen negatif. Apalagi jelang Ramadan-Idul Fitri, data inflasi akan menentukan kinerja emiten. 

Kemudian, meski sudah sering diterpa koreksi hingga mencapai 2,62% sejak awal tahun,valuasi IHSG masih tergolong mahal dibandingkan bursa saham kawasan. Price to Earnings Ratio (P/E) IHSG saat ini berada di 17,42 kali. 

Sebagai gambaran, Straits Times punya P/E 11,4 kali, KLCI 16,82 kali, SETi 16,81 kali, Nikkei 15,48 kali, Hang Seng 12,34 kali, SSEC 14,16 kali, dan Kospi 12,1 kali. Tingginya valuasi IHSG membuat kemungkinan koreksi masih terbuka. Berikut agenda yang dijadwalkan untuk hari ini:
  • Earnings release MPPA.
  • Earnings release SMRA.
  • Earnings release MAPI.
  • Earnings release LPKR.
  • Dividen BBRI.
  • Penandatanganan nota kesepahaman antara BI dengan Real Estat Indonesia (09:00 WIB).
  • RUPS Tahunan DSNG (10:00 WIB).
  • RUPS Tahunan SULI (10:30 WIB).
  • Rilis data inflasi Maret 2018 (11:00 WIB).
  • Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengadakan rapat koordinasi membahas Light Rail Transit (11:00 WIB). Dilanjutkan dengan rapat tentang Bandara Kertajati (16:00 WIB).
  • Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengadakan rapat koordinasi membahas dana abadi pendidikan (13:00 WIB).
  • Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan jajarannya menggelar konferensi pers tentang insentif investasi (14:00 WIB). 
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:

Indeks Close% Change% YtD
IHSG6,188.990.78(2.62)
LQ451,005,680.54(8.49)
DJIA24,103.111.07(2.49)
CSI3003,898.770.12(3.28)
Hang Seng30,093.380.240.58
Nikkei 22521,454.301.40(5.76)
Strait Times3,427.971.340.74

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata Uang Close% Change % YoY
USD/IDR13,7560.083.30
EUR/USD1.230.1615.47
GBP/USD1.400.0011.75
USD/CHF0.95(0.30)(4.78)
USD/CAD1.290.07(3.64)
USD/JPY106.26(0.15)(4.57)
AUD/USD0.770.010.62

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  

Komoditas Close % Change % YoY
Minyak WTI (USD/barel)64.940.8728.34
Minyak Brent (USD/barel)70.271.0631.42
Emas (USD/troy ons)1,324.000.005.68
CPO (MYR/ton)2,380.000.08(16.84)
Batu bara (USD/ton)91.200.911.90
Tembaga (USD/pound)3,020.8416.00
Nikel (USD/ton)13,253.000.0035.44
Timah (USD/ton)21,100.001.015.24
Karet (JPY/kg)184.005.20(33.81)
Kakao (USD/ton)2,556.00(1.58)21.31
 
Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara: 

Tenor Yield (%)
 5Y5.93
10Y6.67
15Y6.87
20Y7.34
30Y7.49
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: 

IndikatorTingkat
Kurs (29 Maret 2018)Rp 13,756/US$
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY)5.07%
Inflasi (Februari 2018 YoY)3.18%
Defisit anggaran (APBN 2018)-2.19% PDB
Transaksi berjalan (2017)-1.7% PDB
Neraca pembayaran (2017)US$ 11.6 miliar
Cadangan devisa (Februari 2017)US$ 128.06 miliar


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular