Siap-Siap Buru Saham Sektor Barang Konsumsi!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 April 2018 18:18
IHSG telah terkoreksi 2,6% ke level 6.188,99 secara year-to-date (YTD).
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun ini telah menjadi tahun yang berat bagi IHSG. Secara year-to-date (YTD) sampai dengan penutupan perdagangan hari Kamis (29/3/2018), IHSG telah terkoreksi sebesar 2,6% ke level 6.188,99.

Sektor saham barang konsumsi yang sering dianggap defensif pun bahkan tak luput dari sasaran. Sepanjang tahun ini, sektor terebut telah terkoreksi sebesar 9,69%, terburuk ketiga dari 10 sektor saham yang ada.

Siap-Siap Buru Saham Sektor Barang Konsumsi!

Salah satu penyebab anjloknya indeks saham sektor barang konsumsi adalah penguatannya yang sudah begitu signifikan sepanjang tahun lalu. Sepanjang 2017, sektor barang konsumsi menguat hingga 23%, terbaik ketiga dari 10 sektor saham yang ada. Akibatnya, aksi ambil untung memang menjadi rawan dilakukan. 



Kemudian, sepanjang tahun ini sektor barang konsumsi terus-menerus diterpa sentimen negatif. Survei penjualan ritel yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel pada bulan Januari turun sebesar 1,8% secara year-on-year (YoY). Padahal, pada periode yang sama tahun 2017, pertumbuhannya mencapai 6,3% YoY.

Hal ini menandakan bahwa pelemahan daya beli masyarakat Indonesia masih terjadi sampai dengan tahun ini.
  

Pelemahan penjualan paling besar terjadi pada komponen makanan, minuman & tembakau. Pada bulan Januari, penjualannya hanya tumbuh sebesar 2% YoY, turun dari capaian Januari 2017 yang sebesar 7,3% YoY.

Padahal, komponen tersebut merupakan kebutuhan yang paling dasar bagi kelangsungan hidup manusia. Jika pertumbuhan konsumsi komponen yang paling dasar saja melambat, bisa dibayangkan yang akan terjadi dengan barang-barang non-primer kedepannya.
 

Kemudian, survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang juga dilakukan oleh BI menunjukkan bahwa IKK bulan Februari menurun menjadi 122,5 dari yang sebelumnya 126,1 pada bulan Januari.

Melemahnya IKK bulan Februari disebabkan oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya: Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) turun menjadi 112,2, dari yang sebelumnya 114,8, sementara Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) turun menjadi 132,8, dari yang sebelumnya 137,4.
 

Nilai IKE dan IEK yang masih berada di atas angka 100 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya masih optimis terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini dan untuk enam bulan ke depan, walaupun tidak seoptimis bulan Januari. 

RIlis data inflasi bisa jadi penyelamat
Lantas, tekanan terhadap harga saham emiten barang konsumsi bisa mereda pada hari Senin nanti (2/4/2018), seiring dengan rilis data inflasi periode Maret 2018.

Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, inflasi bulanan (month to month/MoM) diperkirakan sebesar 0,12%. Sementara inflasi tahunan (year on year/YoY) berada di angka 3,32%.
 

Proyeksi inflasi secara bulanan untuk bulan Maret melambat dari capaian bulan Februari yang sebesar 0,17% MoM, disebabkan bulanan disebabkan oleh panen raya yang membuat harga pangan relatif terjaga. 

"Kami memperkirakan inflasi masih terkendali pada Maret. Ada beberapa harga kebutuhan pokok yang naik seperti minyak goreng, daging ayam, telur ayam, tepung, susu, cabai merah, sampai bawang putih. Namun ada pula yang harganya turun, misalnya beras, kedelai, dan sayur-mayur," papar Juniman, Ekonom Maybank Indonesia. 

Nah, jika ternyata data inflasi tercatat lebih tinggi dari perkiraan dan hal tersebut disebabkan oleh dorongan harga pada komponen bahan makanan ataupun makanan jadi, investor dimungkinkan kembali memburu saham-saham barang konsumsi.

Pasalnya, hal tersebut dapat menjadi sebuah sinyal bangkitnya daya beli masyarakat Indonesia.
 

Pemulihan daya beli masyarakat Indonesia merupakan hal yang sangat penting untuk segera terjadi, mengingat tak lama lagi momen bulan puasa dan Lebaran akan segera tiba.

Jika daya beli masyarakat tak segera pulih dan momen penting tersebut pada akhirnya terlewatkan begitu saja, nampaknya sudah tak ada lagi harapan bagi saham-saham barang konsumsi untuk rebound.
 Melansir Reuters, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi bulan maret pada pukul 11:00 WIB


(ray/ray) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular