
BI : Perang Dagang Bisa Turunkan Ekonomi RI 0,02%
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
27 March 2018 14:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional bisa terkena imbas buruk apabila perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China benar-benar terjadi pada tahun ini.
Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo memperkirakan, perang dagang antara AS dan China bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,02%.
"Bisa dikatakan kecil sekali 0,02%. Ini efek satu tahun. Dampaknya ke semua negara kalau trade war berlangsung," kata Dody usai menjalani fit and proper test Deputi Gubernur BI di gedung parlemen, Selasa (27/3/2018).
Menurut Dody, tidak akan ada yang diuntungkan dari perang dagang. Retaliasi, sambung dia, hanya akan membuat volume perdagangan global menurun, sehingga berimbas terhadap perekonomian dunia secara keseluruhan.
"Pertumbuhan ekonomi dunia akan turun, dan secara keseluruhan perdagangan dunia akan melambat," katanya.
BI memandang, tekanan eksternal saat ini memang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah. Namun menurutnya, fundamental ekonomi domestik masih cukup mengkompensasi pergerakan nilai tukar dari gejolak eksternal.
"Domestiknya tidak dibuat melemah. Indikator kita masih bagus, cadangan devisa masih belum turun dan dalam level tinggi. Cadangan devisa pasti turun karena digunakan [intervensi pasar]. Tapi ini konteksnya jaga confidence," jelasnya.
(dru) Next Article PDB 2019 Hanya Tumbuh 5,02%, Ekonom Sebut Hal Ini Penyebabnya
Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo memperkirakan, perang dagang antara AS dan China bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,02%.
"Bisa dikatakan kecil sekali 0,02%. Ini efek satu tahun. Dampaknya ke semua negara kalau trade war berlangsung," kata Dody usai menjalani fit and proper test Deputi Gubernur BI di gedung parlemen, Selasa (27/3/2018).
"Pertumbuhan ekonomi dunia akan turun, dan secara keseluruhan perdagangan dunia akan melambat," katanya.
BI memandang, tekanan eksternal saat ini memang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah. Namun menurutnya, fundamental ekonomi domestik masih cukup mengkompensasi pergerakan nilai tukar dari gejolak eksternal.
"Domestiknya tidak dibuat melemah. Indikator kita masih bagus, cadangan devisa masih belum turun dan dalam level tinggi. Cadangan devisa pasti turun karena digunakan [intervensi pasar]. Tapi ini konteksnya jaga confidence," jelasnya.
(dru) Next Article PDB 2019 Hanya Tumbuh 5,02%, Ekonom Sebut Hal Ini Penyebabnya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular