
Tidak Ada yang 'Spesial' Dalam Pembagian Dividen BTN
gita rossiana, CNBC Indonesia
24 March 2018 10:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak ada yang spesial dalam pembagian dividen PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk pada tahun buku 2017. Padahal bank-bank BUMN sebelumnya, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memberikan dividen spesial dengan kisaran 10-15% dari laba bersih.
Direktur Utama BTN Maryono mengungkapkan, dalam Rapat Umum Pemegang Saham tahun buku 2017, pihaknya menyetujui pembagian dividen sebesar 20% dari laba bersih atau senilai Rp 605,49 miliar. Sedangkan sisanya atau Rp 2,42 triliun digunakan sebagai laba ditahan.
Maryono menegaskan, tidak ada dividen spesial dalam tahun buku 2017 dikarenakan perseroan mengemban amanat untuk menyukseskan program sejuta rumah.
"Backlog perumahan di Indonesia masih sangat besar atau sekitar 11,4 juta rumah, kami sangat konsen terhadap hal itu dan Kementerian BUMN ingin membantu untuk mempercepat penurunan backlog tersebut," ucap dia.
Lagipula, harga saham BTN sudah naik 105% pada 2017. Dengan nilai tersebut, pemegang saham bisa mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan pembagian dividen.
Di sisi lain, Direktur BTN Iman Nugroho Soeko menjelaskan, rata-rata pertumbuhan kredit BTN di kisaran 20% sehingga perseroan membutuhkan tambahan modal untuk melakukan ekspansi tersebut.
"Pemegang saham juga menyetujui pemberian dividen tersebut dan mendukung target BTN untuk program sejuta rumah," papar dia.
Berbeda dengan bank-bank BUMN yang lain yang pertumbuhan kreditnya lebih kecil atau 10-11% sehingga modal mereka jauh lebih besar. "Daripada modal nganggur, lebih baik dibagi dividen," ujar dia.
Senada dengan Maryono, Iman juga mengungkapkan, harga saham BTN meningkat pesat sebesar 105% pada 2017. Dengan nilai tersebut, walaupun BTN membagikan dividen dalam jumlah kecil, namun capital gain yang diperoleh pemegang saham jauh lebih besar.
"Walaupun kami tidak kasih dividen, senang karena capital gain-nya besar sehingga kami usulkan 20%, jadi bukan berarti Kementerian BUMN pilih kasih," terang dia.
Sebagai informasi, Per Februari 2018 bank dengan kode saham BBTN ini mencatatkan posisi penyaluran kredit sebesar Rp 197,45 triliun atau tumbuh 18, 89% dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 166,08 triliun.
Selain kredit, DPK Bank BTN juga tumbuh kencang seiring dengan makin banyaknya program tabungan, diantaranya Super Untung Jaman Now. Posisi Per Februari 2018 DPK Bank BTN menembus Rp 189,26 triliun atau tumbuh sekitar 20,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 156,56 triliun.
"Dengan pencapaian tersebut, aset kami juga melejit 19,52% dibandingkan Februari tahun lalu menjadi sebesar Rp 254,65 triliun," kata Maryono.
(dru) Next Article Tekan Biaya Dana, BTN Kejar Aset Rp 400 Triliun
Direktur Utama BTN Maryono mengungkapkan, dalam Rapat Umum Pemegang Saham tahun buku 2017, pihaknya menyetujui pembagian dividen sebesar 20% dari laba bersih atau senilai Rp 605,49 miliar. Sedangkan sisanya atau Rp 2,42 triliun digunakan sebagai laba ditahan.
Maryono menegaskan, tidak ada dividen spesial dalam tahun buku 2017 dikarenakan perseroan mengemban amanat untuk menyukseskan program sejuta rumah.
Lagipula, harga saham BTN sudah naik 105% pada 2017. Dengan nilai tersebut, pemegang saham bisa mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan pembagian dividen.
Di sisi lain, Direktur BTN Iman Nugroho Soeko menjelaskan, rata-rata pertumbuhan kredit BTN di kisaran 20% sehingga perseroan membutuhkan tambahan modal untuk melakukan ekspansi tersebut.
"Pemegang saham juga menyetujui pemberian dividen tersebut dan mendukung target BTN untuk program sejuta rumah," papar dia.
Berbeda dengan bank-bank BUMN yang lain yang pertumbuhan kreditnya lebih kecil atau 10-11% sehingga modal mereka jauh lebih besar. "Daripada modal nganggur, lebih baik dibagi dividen," ujar dia.
Senada dengan Maryono, Iman juga mengungkapkan, harga saham BTN meningkat pesat sebesar 105% pada 2017. Dengan nilai tersebut, walaupun BTN membagikan dividen dalam jumlah kecil, namun capital gain yang diperoleh pemegang saham jauh lebih besar.
"Walaupun kami tidak kasih dividen, senang karena capital gain-nya besar sehingga kami usulkan 20%, jadi bukan berarti Kementerian BUMN pilih kasih," terang dia.
Sebagai informasi, Per Februari 2018 bank dengan kode saham BBTN ini mencatatkan posisi penyaluran kredit sebesar Rp 197,45 triliun atau tumbuh 18, 89% dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 166,08 triliun.
Selain kredit, DPK Bank BTN juga tumbuh kencang seiring dengan makin banyaknya program tabungan, diantaranya Super Untung Jaman Now. Posisi Per Februari 2018 DPK Bank BTN menembus Rp 189,26 triliun atau tumbuh sekitar 20,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 156,56 triliun.
"Dengan pencapaian tersebut, aset kami juga melejit 19,52% dibandingkan Februari tahun lalu menjadi sebesar Rp 254,65 triliun," kata Maryono.
(dru) Next Article Tekan Biaya Dana, BTN Kejar Aset Rp 400 Triliun
Most Popular