Harga Minyak Naik, Namun Harga Komoditas Tambang Turun

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 March 2018 10:12
Padahal kemarin harga minyak global sama-sama terkoreksi sekitar 1%.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak light sweet kontrak pengiriman Mei 2018 hingga pukul 09.02 WIB, menguat sebesar 1,17% ke US$65,05/barel, sementara brent kontrak pengiriman Mei 2018 juga tumbuh 1,04% ke US$ 69,63/barel. Padahal kemarin harga minyak global sama-sama terkoreksi sekitar 1%.

Penguatan harga minyak disokong oleh komentar dari Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih yang menyatakan bahwa OPEC akan melanjutkan koordinasinya dengan Rusia dan negara produsen minyak non-OPEC lainnya untuk membatasi pasokan minyak global pada tahun 2019.

Sebelumnya, OPEC (dipimpin secara de facto oleh Saudi Arabia) dan negara produsen minyak non-OPEC (dipimpin Rusia), sepakat untuk memotong 1,8 juta barel per hari (bph) produksi minyak global hingga akhir tahun ini. Keinginan Saudi Arabia untuk memperpanjang kesepakatan tersebut hingga 2019 nampaknya menjadi sentimen positif untuk harga minyak pagi ini.

Penguatan harga minyak nampaknya belum mampu diikuti dengan harga batu bara. ICE Newcastle Futures kemarin melanjutkan pelemahannya, dengan melemah tipis 0,46% ke US$ 96,70/ton. Harga komoditas tambang unggulan Indonesia lainnya juga kompak ditutup melemah kemarin: nikel turun 2,01% ke US$ 13.154/ton, timah terkoreksi 0,69% ke US$ 20.900/ton, dan harga tembaga turun 1,20% ke US$ 3,012/pound. Sentimen perang dagang China dan Amerika Serikat (AS) nampaknya masih membebani harga komoditas tambang.

Dari komoditas agrikultur, harga Crude Palm Oil (CPO) untuk kontrak pengiriman Juni 2018 ditutup menguat tipis 0,08% ke MYR 2.450/ton kemarin. Penguatan harga CPO ini sudah terjadi selama 4 hari berturut-turut. Sentimen positif bagi harga CPO masih datang dari kuatnya ekspor Malaysia.

Mengutip AmSpec Agri Malaysia, ekspor produk kelapa sawit Malaysia untuk periode 1-20 Maret meningkat 15,3% ke 913.091 ton secara month to month (MtM). Ekspor produk kelapa sawit Malaysia, produsen kelapa sawit terbesar kedua dunia, memang masih diproyeksikan meningkat dalam beberapa minggu ke depan seiring pemenuhan stok menjelang Bulan Ramadhan yang akan datang pada pertengahan Mei.

Namun demikian, penguatan harga CPO terbatas oleh kuatnya produksi regional di Malaysia. Data produksi yang dirilis oleh Southern Peninsular Palm Oil Millers Association (SPPOMA) menunjukkan bahwa produksi regional untuk periode 1-20 Maret meningkat 36,4% secara month to month (MtM).
(hps) Next Article Waduh! Virus Corona Bikin Permintaan Minyak Global Turun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular