
Alasan BI Tetap Netral Saat Kebijakan Moneter Dunia Mengetat
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 March 2018 07:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Sikap netral Bank Indonesia (BI) masih dibutuhkan untuk mendorong perekonomian. Di tengah pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan sejumlah negara, BI justru memilih bersikap netral.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan ini, bank sentral memutuskan untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 4,25%. Keputusan ini disebut masih mendukung pemulihan ekonomi domestik.
"Kami sampaikan stance masih netral, salah satunya karena inflasi Indonesia. Pelonggaran yang sudah dilakukan cukup untuk mendorong ekonomi domestik," kata Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi seusai konferensi pers hasil RDG, Kamis (22/3/2018).
Ada beberapa hal yang membuat bank sentral mempertahankan arah kebijakan moneter netralnya di saat beberapa rekannya di dunia mulai melakukan pengetatan.
Dalam catatan BI, transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial melalui jalur kredit perbankan masih belum optimal. Hal itu terlihat dari permintaan kredit yang belum tinggi dan perilaku bank yang masih selektif dalam menyalurkan kredit baru.
Pada Januari 2018, pertumbuhan kredit tercatat 7,4% year-on-year (yoy), atau lebih rendah dari periode sama bulan sebelumnya yang mencapai 8,2% (yoy). Selain itu, sejak awal periode pelonggaran moneter, suku bunga kredit baru turun 151 basis poin (bps).
Yoga tak memungkiri, dunia saat ini tengah masuk dalam era kebijakan moneter ketat. Hal ini menyusul keputusan bank sentral China yang ikut menaikkan suku bunga acuannya menyusul bank sentral Amerika Serikat (AS).
Belum membuka peluang untuk pengetatan, BI merasa tingkat suku bunga yang dipertahankan di level 4,25% masih cukup akomodatif terutama dalam mendukung pemulihan pertumbuhan ekonomi domestik.
"Kita masuk era tightening. Namun saya rasa dengan suku bunga [BI] yang sekarang, masih cukup akomodatif," jelas Yoga.
(prm) Next Article BI Tidak Tunggu The Fed Naikkan Bunga Lebih Dulu
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan ini, bank sentral memutuskan untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 4,25%. Keputusan ini disebut masih mendukung pemulihan ekonomi domestik.
"Kami sampaikan stance masih netral, salah satunya karena inflasi Indonesia. Pelonggaran yang sudah dilakukan cukup untuk mendorong ekonomi domestik," kata Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi seusai konferensi pers hasil RDG, Kamis (22/3/2018).
Dalam catatan BI, transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial melalui jalur kredit perbankan masih belum optimal. Hal itu terlihat dari permintaan kredit yang belum tinggi dan perilaku bank yang masih selektif dalam menyalurkan kredit baru.
Pada Januari 2018, pertumbuhan kredit tercatat 7,4% year-on-year (yoy), atau lebih rendah dari periode sama bulan sebelumnya yang mencapai 8,2% (yoy). Selain itu, sejak awal periode pelonggaran moneter, suku bunga kredit baru turun 151 basis poin (bps).
Yoga tak memungkiri, dunia saat ini tengah masuk dalam era kebijakan moneter ketat. Hal ini menyusul keputusan bank sentral China yang ikut menaikkan suku bunga acuannya menyusul bank sentral Amerika Serikat (AS).
Belum membuka peluang untuk pengetatan, BI merasa tingkat suku bunga yang dipertahankan di level 4,25% masih cukup akomodatif terutama dalam mendukung pemulihan pertumbuhan ekonomi domestik.
"Kita masuk era tightening. Namun saya rasa dengan suku bunga [BI] yang sekarang, masih cukup akomodatif," jelas Yoga.
(prm) Next Article BI Tidak Tunggu The Fed Naikkan Bunga Lebih Dulu
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular