
Rabobank: Waspadai Penurunan Harga Kelapa Sawit
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
22 March 2018 17:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Rabobank memprediksi harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia, yakni kelapa sawit, berpotensi tertekan hingga triwulan II tahun ini. Rata-rata harga CPO untuk triwulan II 2018 diprediksikan akan sebesar MYR 2.500/ton, atau turun sekitar 0,87% dari rata-rata harga kelapa CPO di triwulan I 2018.
Tren pelemahan harga CPO juga diestimasi berlanjut hingga triwulan III dan IV 2018, dimana rata-rata harga CPO di triwulan IV tahun ini berada di level MYR 2.400/ton.
Beberapa sentimen negatif memang menghantui harga CPO dalam jangka pendek. Pertama, sentimen negatif datang dari peningkatan tarif impor CPO oleh India. Seperti diketahui, pada awal Maret 2018, pemerintah India mengimplementasikan babak lanjutan dari kenaikan tarif impor CPO.
Tarif impor CPO akan mengalami peningkatan dari 33% ke 48,4%, sementara itu tarif impor dari Refined Bleach Deodorized (RBD) Palm Olein juga meningkat dari 44% ke 59,4%.
Rabobank mengestimasi permintaan CPO dari India akan berkurang akibat kebijakan ini dalam jangka pendek, sehingga menambah tekanan bagi harga CPO.
Kedua, produksi CPO Malaysia dan Indonesia pada bulan Maret 2018 diprediksikan meningkat secara month to month (MtM) akibat faktor musiman.
Berdasarkan Malaysian Palm Oil Board (MPOB), produksi CPO Malaysia pada bulan Februari melemah 15% MtM ke 1,3 juta ton, sementara itu stok CPO nya juga menurun 3% MtM ke 2,5 juta ton. Namun, stok CPO Malaysia tersebut masih 70% lebih banyak dari jumlah tahun lalu.
Senada dengan itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) juga melaporkan bahwa stok CPO Indonesia sebesar 3,6 juta ton pada Januari 2018, turun 10% secara MtM, tapi naik 27% secara year on year (YoY). Rabobank memprediksi stok CPO Indonesia dan Malaysia tetap tinggi pada bulan Maret 2018, seiring dengan peningkatan produksi CPO secara musiman.
Tim Riset CNBC Indonesia juga menambahkan secara historis, pada periode 2013-2017, imbal hasil CPO selalu negatif secara MtM di bulan Maret dan April, kecuali pada Maret 2016 (+8,51%).
Hal tersebut mengindikasikan produksi CPO yang kuat secara musiman di Indonesia dan Malaysia, setidaknya hingga satu bulan ke depan, menguatkan apa yang telah diulas oleh Rabobank.
Oleh karena itu, potensi pelemahan harga CPO ke depan nampaknya memang terbuka lebar. Beberapa emiten sektor perkebunan yang berada dalam sub-sektor kelapa sawit nampaknya bisa dihindari sementara, setidaknya hingga bulan April berakhir.
Namun demikian, Rabobank juga mengidentifikasi bahwa konsumsi yang tinggi selama bulan Ramadhan akan membatasi pelemahan harga CPO di triwulan II 2018. Bulan puasa akan dimulai pada pertengahan bulan Mei tahun ini, dan pada umumnya akan menggenjot permintaan CPO untuk kebutuhan memasak. Rabobank mengestimasi pertumbuhan stok Indonesia dan Malaysia akan melambat di triwulan II 2018, akibat tingginya permintaan ini, yang ujungnya akan mampu menopang harga CPO. **
(hps/hps) Next Article Harga CPO Secara Teknikal Punya Potensi Menguat
Tren pelemahan harga CPO juga diestimasi berlanjut hingga triwulan III dan IV 2018, dimana rata-rata harga CPO di triwulan IV tahun ini berada di level MYR 2.400/ton.
![]() |
Beberapa sentimen negatif memang menghantui harga CPO dalam jangka pendek. Pertama, sentimen negatif datang dari peningkatan tarif impor CPO oleh India. Seperti diketahui, pada awal Maret 2018, pemerintah India mengimplementasikan babak lanjutan dari kenaikan tarif impor CPO.
Rabobank mengestimasi permintaan CPO dari India akan berkurang akibat kebijakan ini dalam jangka pendek, sehingga menambah tekanan bagi harga CPO.
Kedua, produksi CPO Malaysia dan Indonesia pada bulan Maret 2018 diprediksikan meningkat secara month to month (MtM) akibat faktor musiman.
Berdasarkan Malaysian Palm Oil Board (MPOB), produksi CPO Malaysia pada bulan Februari melemah 15% MtM ke 1,3 juta ton, sementara itu stok CPO nya juga menurun 3% MtM ke 2,5 juta ton. Namun, stok CPO Malaysia tersebut masih 70% lebih banyak dari jumlah tahun lalu.
Senada dengan itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) juga melaporkan bahwa stok CPO Indonesia sebesar 3,6 juta ton pada Januari 2018, turun 10% secara MtM, tapi naik 27% secara year on year (YoY). Rabobank memprediksi stok CPO Indonesia dan Malaysia tetap tinggi pada bulan Maret 2018, seiring dengan peningkatan produksi CPO secara musiman.
![]() |
Tim Riset CNBC Indonesia juga menambahkan secara historis, pada periode 2013-2017, imbal hasil CPO selalu negatif secara MtM di bulan Maret dan April, kecuali pada Maret 2016 (+8,51%).
Hal tersebut mengindikasikan produksi CPO yang kuat secara musiman di Indonesia dan Malaysia, setidaknya hingga satu bulan ke depan, menguatkan apa yang telah diulas oleh Rabobank.
Oleh karena itu, potensi pelemahan harga CPO ke depan nampaknya memang terbuka lebar. Beberapa emiten sektor perkebunan yang berada dalam sub-sektor kelapa sawit nampaknya bisa dihindari sementara, setidaknya hingga bulan April berakhir.
Namun demikian, Rabobank juga mengidentifikasi bahwa konsumsi yang tinggi selama bulan Ramadhan akan membatasi pelemahan harga CPO di triwulan II 2018. Bulan puasa akan dimulai pada pertengahan bulan Mei tahun ini, dan pada umumnya akan menggenjot permintaan CPO untuk kebutuhan memasak. Rabobank mengestimasi pertumbuhan stok Indonesia dan Malaysia akan melambat di triwulan II 2018, akibat tingginya permintaan ini, yang ujungnya akan mampu menopang harga CPO. **
(hps/hps) Next Article Harga CPO Secara Teknikal Punya Potensi Menguat
Most Popular