
Harga Komoditas Tambang Topang Kinerja IHSG Sesi I
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
22 March 2018 11:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak pada penutupan perdagangan hari Rabu (21/3) kembali menguat signifikan dan mencetak rekor tertingi sejak awal Februari. Kemarin, harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Mei 2018 ditutup menguat 2,79% ke US$ 65,17/barel, sementara brent untuk kontrak Mei 2018 juga naik 3,04% ke US$ 69,47/barel.
Hingga pukul 11.13 WIB hari ini, si emas hitam bergerak mixed. Harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Mei 2018 menguat 0,05% ke US$ 65,20/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Mei 2018 sudah terkoreksi 0,03% ke US$ 69,45/barel.
Beberapa sentimen positif menyokong penguatan harga minyak. Pertama, energi positif datang dari pasar mata uang, dimana dolar AS melemah seiring The Fed yang memberikan sinyal untuk peningkatan suku bunga acuan sebanyak tiga kali sepanjang tahun 2018. Investor nampaknya sudah melalukan antisipasi terhadap rencana tiga kali kenaikan tersebut.
Selama The Federal Reserve/The Fed menyesuaikan suku bunga sesuai dengan perkiraan, maka investor akan cenderung melepas dolar AS.
Kedua, Energy Information Administration (EIA) melaporkan cadangan minyak AS turun 2,6 juta barel selama sepekan hingga 16 Maret, di bawah ekspektasi pasar yang meramalkan kenaikan sebesar 2,6 juta barel.
Ketiga, komitmen anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) untuk mengurangi produksi minyaknya hingga akhir 2018 juga masih kuat. Tercatat, pengurangan produksi bulan ini mencapai 138%.
Meski demikian, produksi minyak AS yang memecahkan rekor baru sebesar 10,4 juta barel per hari (bph) pekan lalu berpotensi dapat mengganggu reli harga minyak. Bila tidak diimbangi kenaikan permintaan, pasokan yang melimpah akan menghambat apresiasi harga si emas hitam.
Dari bursa domestik, harga saham emiten sektor perminyakan hingga pukul 11.20 mayoritas bergerak menguat tersuntik energi positif penguatan harga minyak. Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) menguat 3,45% ke 1.350, PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 1,67% ke 486, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) menguat 1,16% ke 87, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) tidak mengalami perubahan di 268.
Penguatan harga minyak nampaknya belum mampu diikuti dengan harga batu bara. ICE Newcastle Futures kemarin ditutup melemah tipis 0,2% ke US$ 97,15/ton. Selama bulan ini, harga batu bara sudah melemah 6,81%. Permintaan untuk batu bara memang masih terindikasi lemah seiring berakhirnya musim dingin di negara-negara Belahan Bumi Utara, selain juga dipengaruhi kebijakan Negeri Tirai Bambu yang sedang memperbaiki masalah over-kapasitas pada industri semen dan baja.
Dari bursa domestik, saham batu bara berkapitalisasi besar mayoritas masih menguat hingga pukul 11.20 WIB. Harga saham PT PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 0,68% ke 292, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 1,74% ke 2.930, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 0,49% ke 2.050, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menanjak 1,97% ke 28.450.
Di sisi lain, harga komoditas tambang unggulan Indonesia lainnya kompak ditutup menguat kemarin. Nikel naik 0,04% ke US$ 13.424/ton, timah menguat 1,59% ke US$ 21.045/ton, dan harga tembaga tumbuh 0,76% ke US$ 3,0485/pound. Harga tembaga sendiri berhasil rebound setelah melemah 4 hari berturut-turut.
Dari komoditas emas, hingga pukul 11.07 WIB, harga si logam mulia bergerak menguat 0,67% ke US$ 1.330,30/troy ounce, melanjutkan penguatan hari sebelumnya yang naik sebesar 0,73%. Pergerakan emas masih dipengaruhi oleh melunaknya dolar AS. Hingga pukul 11.16 WIB, indeks dolar AS, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap 6 mata uang dunia, melemah 0,14% ke 89,53.
(hps/hps) Next Article Dalam Sepekan Harga Minyak dan Batu Bara Tertekan
Hingga pukul 11.13 WIB hari ini, si emas hitam bergerak mixed. Harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Mei 2018 menguat 0,05% ke US$ 65,20/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Mei 2018 sudah terkoreksi 0,03% ke US$ 69,45/barel.
Beberapa sentimen positif menyokong penguatan harga minyak. Pertama, energi positif datang dari pasar mata uang, dimana dolar AS melemah seiring The Fed yang memberikan sinyal untuk peningkatan suku bunga acuan sebanyak tiga kali sepanjang tahun 2018. Investor nampaknya sudah melalukan antisipasi terhadap rencana tiga kali kenaikan tersebut.
Kedua, Energy Information Administration (EIA) melaporkan cadangan minyak AS turun 2,6 juta barel selama sepekan hingga 16 Maret, di bawah ekspektasi pasar yang meramalkan kenaikan sebesar 2,6 juta barel.
Ketiga, komitmen anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) untuk mengurangi produksi minyaknya hingga akhir 2018 juga masih kuat. Tercatat, pengurangan produksi bulan ini mencapai 138%.
Meski demikian, produksi minyak AS yang memecahkan rekor baru sebesar 10,4 juta barel per hari (bph) pekan lalu berpotensi dapat mengganggu reli harga minyak. Bila tidak diimbangi kenaikan permintaan, pasokan yang melimpah akan menghambat apresiasi harga si emas hitam.
Dari bursa domestik, harga saham emiten sektor perminyakan hingga pukul 11.20 mayoritas bergerak menguat tersuntik energi positif penguatan harga minyak. Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) menguat 3,45% ke 1.350, PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 1,67% ke 486, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) menguat 1,16% ke 87, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) tidak mengalami perubahan di 268.
Penguatan harga minyak nampaknya belum mampu diikuti dengan harga batu bara. ICE Newcastle Futures kemarin ditutup melemah tipis 0,2% ke US$ 97,15/ton. Selama bulan ini, harga batu bara sudah melemah 6,81%. Permintaan untuk batu bara memang masih terindikasi lemah seiring berakhirnya musim dingin di negara-negara Belahan Bumi Utara, selain juga dipengaruhi kebijakan Negeri Tirai Bambu yang sedang memperbaiki masalah over-kapasitas pada industri semen dan baja.
Dari bursa domestik, saham batu bara berkapitalisasi besar mayoritas masih menguat hingga pukul 11.20 WIB. Harga saham PT PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 0,68% ke 292, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 1,74% ke 2.930, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 0,49% ke 2.050, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menanjak 1,97% ke 28.450.
Di sisi lain, harga komoditas tambang unggulan Indonesia lainnya kompak ditutup menguat kemarin. Nikel naik 0,04% ke US$ 13.424/ton, timah menguat 1,59% ke US$ 21.045/ton, dan harga tembaga tumbuh 0,76% ke US$ 3,0485/pound. Harga tembaga sendiri berhasil rebound setelah melemah 4 hari berturut-turut.
Dari komoditas emas, hingga pukul 11.07 WIB, harga si logam mulia bergerak menguat 0,67% ke US$ 1.330,30/troy ounce, melanjutkan penguatan hari sebelumnya yang naik sebesar 0,73%. Pergerakan emas masih dipengaruhi oleh melunaknya dolar AS. Hingga pukul 11.16 WIB, indeks dolar AS, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap 6 mata uang dunia, melemah 0,14% ke 89,53.
(hps/hps) Next Article Dalam Sepekan Harga Minyak dan Batu Bara Tertekan
Most Popular