Harga Minyak, Batu Bara, dan Emas Kompak Melemah Awal Pekan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 March 2018 13:10
Alhasil, pekan lalu harga minyak global mampu mencatatkan performa mingguan positif, dimana hanya minyak jenis light sweet mampu menguat 0,48% dalam sepekan.
Foto: REUTERS/Andrew Cullen
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak di awal pekan tertekan, seiring peningkatan aktivitas pengeboran di Amerika Serikat (AS), memberikan indikasi ada peningkatan produksi minyak mentah Negeri Paman Sam dan terjadinya oversupply.

Hingga pukul 12.06 WIB, harga minyak mentah jenis light sweet untuk kontrak pengiriman April 2018 terkoreksi 0,58% ke US$ 61,98/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Mei 2018 melemah 0,6% ke US$ 65,81/barel.

Padahal pada akhir pekan lalu, harga minyak jenis light sweet dan brent sama-sama menguat hampir 2%, masing-masing menjadi sebesar US$ 62,34/barel dan US$ 66,21/barel. Alhasil, pekan lalu harga minyak global mampu mencatatkan performa mingguan positif, dimana hanya minyak jenis light sweet mampu menguat 0,48% dalam sepekan.

Harga Minyak, Batu Bara, dan Emas Kompak Melemah Awal PekanFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Harga minyak pada hari Jumat (16/3) masih disokong oleh berkembangnya tensi di Timur Tengah, dengan terbuka lebarnya kemungkinan AS untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran yang dahulu sempat ditandatangani Presiden Obama.

Namun demikian, secara fundamental, pasar minyak global saat ini menghadapi risiko oversupply, setelah dalam beberapa tahun terakhir mengalami defisit. Menurut laporan Baker Hughes, dalam sepekan hingga tanggal 16 Maret, kilang minyak AS bertambah 4 buah, menjadikan total kilang minyak AS kini sebanyak 800.

Jumlah kilang minyak yang biasa digunakan sebagai indikator awal untuk produksi di masa depan tersebut, jauh lebih banyak dibandingkan satu tahun lalu yang mencatatkan kilang minyak sebanyak 631. Akibatnya, produksi minyak saat ini mencapai 10,38 juta barel per hari (bph), meningkat sekitar 20% sejak pertengahan 2016, dan menyalip negara minyak Arab Saudi.

Hanya Rusia saat ini yang memproduksi minyak lebih banyak dari AS (sekitar 11 juta bph), meskipun produksi AS diprediksikan juga akan menyusul Rusia pada akhir tahun ini. Meroketnya produksi AS, ditambah kuatnya produksi di Kanada dan Brazil, menekan usaha negara-negara Timur Tengah yang mendominasi OPEC dalam mengurangi produksi minyak hingga akhir tahun 2018.

Dari bursa domestik, harga saham emiten sektor perminyakan pada penutupan sesi I masih bergerak mixed. Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) terkoreksi 1,22% ke 1.215, PT Elnusa Tbk (ELSA) turun 0,43% ke 466, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) menguat 3,53% ke 88, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menguat 3,36% ke 246.

Dari komoditas batu bara, harga batu bara ICE Newcastle masih terus melanjutkan tren pelemahannya dalam tiga pekan terakhir. Harga batu bara pada akhir pekan lalu tercatat sebesar US$ 97,15/ton, melemah 0,71% dari hari sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan harga tertinggi di tahun ini yang mencapai 109 pada tanggal 29 Januari, harga batu bara telah melemah nyaris 11%.

Harga Minyak, Batu Bara, dan Emas Kompak Melemah Awal PekanFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Kontraksi harga batu bara masih dipicu oleh kekhawatiran akan berkembangnya perang dagang China dan AS. Seperti diketahui, AS menetapkan tarif impor bagi barang-barang impor asal China dengan nilai mencapai US$ 30 miliar.

Dari sisi permintaan, konsumsi batu bara China juga diperkirakan akan melemah tahun ini, karena sudah cukup tinggi kenaikannya tahun lalu, ditambah pemerintah Negeri Tirai Bambu juga akan memperbaiki masalah over-kapasitas terutama pada industri baja dan semen.

Korea Selatan juga dikabarkan menangguhkan lima pembangkit listrik berbahan bakar batu bara selama Maret-Juni 2018. Namun demikian, permintaan batu bara masih bisa kembali menguat dalam jangka panjang, khususnya dari Negeri Paman Sam.

Misalnya saja, kebijakan tarif impor baja dan aluminium yang baru bisa memicu produksi baja lokal, yang pada akhirnya mendorong permintaan batu bara sebagai bahan bakar.

Dari bursa domestik, mayoritas saham batu bara mampu rebound setelah tertekan hampir di sepanjang pekan lalu. Hingga penutupan sesi I, harga saham PT PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat 1,41% ke 288, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 0,71% ke 2.830, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tumbuh 0,98% ke 2.060, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melemah 2,07% ke 27.250.

Dari komoditas emas, hingga pukul 12.00 WIB, harga emas terkoreksi tipis 0,07% ke US$ 1.311,2/troy ounce, seiring dengan indeks dolar AS yang bergerak menguat. Penguatan dolar AS masih dipicu oleh keyakinan investor akan dinaikkanya suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar pada hari Selasa waktu setempat.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Lagi, Cadangan AS Hantui Harga Minyak, Batu Bara Masih Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular