
Kenaikan Suku Bunga The Fed Sudah Diantisipasi, IHSG Reli
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
22 March 2018 11:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan dewan gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, diperkirakan akan berdampak positif bagi indeks harga saham gabungan (IHSG).
Sentimen positif tersebut muncul setelah pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell yang menyatakan perkiraaan kenaikan suku bunga The Fed yang naik setidaknya dua kali lagi.
Menurut Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee, pernyataan Powell tersebut memberikan angin positif bagi pelaku pasar karena kenaikan suku bunga acuan The Fed sesuai dengan perkiraan selama ini.
"Karena naiknya diperkirakan hanya tiga kali, kemungkinan pelemahan pasar tidak akan terlalu signifikan. Jadi ekspektasi dari pelaku pasar benar dengan kenaikan tiga kali tersebut. Namun kalau misalnya naik sampai empat kali baru bisa menyebabkan bursa regional terkoreksi dalam," ujar Hans saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (22/3/2018).
Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menambahkan keputusan The Fed tersebut memberikan antusiasme dari pelaku pasar global untuk terjun ke pasar modal. Karena lepasnya kekhawatiran market dari perkiraan terjadinya capital outflow pada negara-negara emerging market.
Termasuk antusiasme investor global untuk membeli saham dalam negeri saat perdagangan hari ini, yang terbukti dengan menguatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 0,30% ke level 6.331,98 poin.
"Kan kekhawatiran di awal negara-negara emerging market (negara berkembang) itu akan mengalami capital outflow namun tidak begitu ya akhirnya. Apalagi kalau dari IHSG sendiri juga didukung oleh fundamental utama dalam negeri sehingga pelaku saham modal asing tertarik untuk investasi ke Indonesia," tambah Nafan.
Menurut para analis, saat ini sentimen global dari proteksionisme Presiden AS Donald Trump dirasa lebih memberikan dampak negatif dibandingkan dengan kenaikan suku bunga The Fed.
Pelaku pasar saat ini masih terus khawatir dengan rencana politik luar negeri AS ke depannya, menyusul pengunduran diri penasihat ekonomi Trump, dipecatnya Menteri Luar Negeri AS, hingga rencana pembatasan tarif impor bagi China yang lebih besar.
"Justru yang lebih membuat koreksi lebih kepada kebijakan proteksionisme Trump akhir-akhir ini yang memberikan sentimen negatif kepada pasar," tambah Hans.
Namun, saat ini para pelaku usaha pasar juga masih khawatir dengan rencana The Fed kedepannya apabila tahun ini menaikkan suku bunganya lebih dari tiga kali.
Hal tersebut juga tercantum dalam pernyataan Powell yang menyatakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga tahunannya setidaknya tiga kali. Hal tersebut dapat membuat pelemahan di berbagai bursa global.
"Pelaku pasar ekspektasi kan tiga kali, namun kalau nanti kedepannya jadi empat kali itu bisa berdampak pada pasar yang terkoreksi dalam. Sehingga masih menunggu juga keputusan dari state (AS) kedepannya seperti apa," tambah Hans.
(roy/roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Sentimen positif tersebut muncul setelah pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell yang menyatakan perkiraaan kenaikan suku bunga The Fed yang naik setidaknya dua kali lagi.
Menurut Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee, pernyataan Powell tersebut memberikan angin positif bagi pelaku pasar karena kenaikan suku bunga acuan The Fed sesuai dengan perkiraan selama ini.
Termasuk antusiasme investor global untuk membeli saham dalam negeri saat perdagangan hari ini, yang terbukti dengan menguatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 0,30% ke level 6.331,98 poin.
"Kan kekhawatiran di awal negara-negara emerging market (negara berkembang) itu akan mengalami capital outflow namun tidak begitu ya akhirnya. Apalagi kalau dari IHSG sendiri juga didukung oleh fundamental utama dalam negeri sehingga pelaku saham modal asing tertarik untuk investasi ke Indonesia," tambah Nafan.
Menurut para analis, saat ini sentimen global dari proteksionisme Presiden AS Donald Trump dirasa lebih memberikan dampak negatif dibandingkan dengan kenaikan suku bunga The Fed.
Pelaku pasar saat ini masih terus khawatir dengan rencana politik luar negeri AS ke depannya, menyusul pengunduran diri penasihat ekonomi Trump, dipecatnya Menteri Luar Negeri AS, hingga rencana pembatasan tarif impor bagi China yang lebih besar.
"Justru yang lebih membuat koreksi lebih kepada kebijakan proteksionisme Trump akhir-akhir ini yang memberikan sentimen negatif kepada pasar," tambah Hans.
Namun, saat ini para pelaku usaha pasar juga masih khawatir dengan rencana The Fed kedepannya apabila tahun ini menaikkan suku bunganya lebih dari tiga kali.
Hal tersebut juga tercantum dalam pernyataan Powell yang menyatakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga tahunannya setidaknya tiga kali. Hal tersebut dapat membuat pelemahan di berbagai bursa global.
"Pelaku pasar ekspektasi kan tiga kali, namun kalau nanti kedepannya jadi empat kali itu bisa berdampak pada pasar yang terkoreksi dalam. Sehingga masih menunggu juga keputusan dari state (AS) kedepannya seperti apa," tambah Hans.
(roy/roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular