
Yield Obligasi Negara Turun, Minat Investor Sudah Kembali?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 March 2018 11:36

Sepertinya masih terlalu dini untuk mengatakan minat investor (terutama asing) sudah kembali. Belum bisa dipastikan apakah investor benar-benar kembali meminati aset-aset berisiko (risk on).
Pasalnya, serangkaian rilis data penting akan terjadi pada pekan ini yang bisa mempengaruhi arus modal asing. Pertama tentunya ada pertemuan The Federal Reserve/The Fed untuk menetukan suku bunga acuan pada 21 Maret waktu setempat. Pertemuan belum dilakukan pun dolar AS sudah bergerak menguat sejak akhir pekan lalu, yang menyebabkan rupiah sedikit tertekan.
Sambil menunggu pertemuan The Fed, investor cenderung memburu dolar AS. Sejak akhir pekan lalu, mata uang ini bergerak menguat karena tingginya minat pelaku pasar.
Ketika suku bunga acuan AS naik, maka greenback (teorinya) akan menguat karena tekanan inflasi mata uang ini akan terjangkar oleh kenaikan suku bunga. Oleh karena itu, investor mengoleksi dolar AS sebelum harganya naik ketika suku bunga dinaikkan. Tingginya permintaan membuat dolar AS menguat terlebih dulu, mendahului kenaikan suku bunga (kalau terjadi).
Kedua, masih terkait suku bunga, Bank Sentral Inggris (BoE) juga akan melakukan pertemuan pada 22 Maret. Seperti halnya The Fed, BoE juga kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Namun, mengutip Reuters, pelaku pasar memperkirakan BoE baru akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan Mei. Kemungkinannya sekitar 70%.
Kenaikan suku bunga di negara-negara maju tentunya membuat instrumen di sana semakin menarik. Sudah aman, menarik pula.
Ini tentunya bisa menyebabkan perpidahan dana dari negara-negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Yield obligasi di AS sudah mulai naik, mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan. Ini bisa menjadi pemanis bagi investor untuk menempatkan dananya di sana.
Oleh karena itu masih ada risiko besar yang menghantui pasar SBN. Minat investor terhadap instrumen ini bisa berbalik kapan saja, mengingat perkembangan yang begitu besar yang akan terjadi pada pekan ini.
(aji/hps)
Sambil menunggu pertemuan The Fed, investor cenderung memburu dolar AS. Sejak akhir pekan lalu, mata uang ini bergerak menguat karena tingginya minat pelaku pasar.
![]() |
Kedua, masih terkait suku bunga, Bank Sentral Inggris (BoE) juga akan melakukan pertemuan pada 22 Maret. Seperti halnya The Fed, BoE juga kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Namun, mengutip Reuters, pelaku pasar memperkirakan BoE baru akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan Mei. Kemungkinannya sekitar 70%.
Kenaikan suku bunga di negara-negara maju tentunya membuat instrumen di sana semakin menarik. Sudah aman, menarik pula.
Ini tentunya bisa menyebabkan perpidahan dana dari negara-negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Yield obligasi di AS sudah mulai naik, mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan. Ini bisa menjadi pemanis bagi investor untuk menempatkan dananya di sana.
![]() |
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular