
Sindiran Presiden Jokowi Picu Koreksi Saham Bank
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 March 2018 11:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham perbankan beguguran setelah Presiden Joko Widodo menyindir bank-bank yang cenderung bermain aman. Aksi jual terjadi pada saham-saham bank BUKU IV merupakan pemicu dari pelemahan sektor jasa keuangan.
Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,65%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,56%, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) turun 1,33%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 2,27%.
Presiden Joko Widodo menilai bank-bank dianggap bermain terlalu aman dalam menyalurkan kredit. "Risiko paling gawat kalau tidak berani mengambil risiko. Itu yang saya lihat di 2017. Tadi Pak Ketua OJK sampaikan pertumbuhan kredit 8,24%. Saya ingat waktu kita berkumpul di sini, saat itu target 9% sampai 12%. Kalau saya diberi angka itu, saya ambil 12%," kata Jokowi dalam pertemuan dengan para bankir kemarin (15/3/2018).
Ini mendorong IHSG pada perdagangan hari terakhir di awal pekan. Setelah kemarin anjlok hingga 0,95%, pada hari ini (16/3/2018) IHSG melemah sebesar 0,66%. Padahal, bursa saham utama di kawasan regional tak ada yang terkoreksi hingga 0,5%.
Kejatuhan IHSG dipicu oleh pelemahan indeks sektor jasa keuangan yang turun hingga 0,72%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.
Seperti diketahui, pertumbuhan kredit perbankan pada tahun lalu hanya menyentuh level 8,24%, lebih rendah dibandingkan target yang dipatok sebesar 9-12%. Pada tahun ini, ketua OJK Wimboh Santoso mengatakan bahwa target kredit sebesar 12% pada tahun ini dapat dicapai dengan mudah oleh perbankan.
Sindiran dari Jokowi ini direspon negatif oleh investor. Pasalnya, sepanjang tahun lalu bank telah bersusah payah menekan rasio kredit bermasalah (NPL) yang sempat meroket sepanjang 2015 dan 2016.
Jika saat ini bank ditekan untuk menyalurkan kredit secara agresif, bukan tidak mungkin rasio NPL akan kembali naik, mengingat kondisi ekonomi pada saat ini belum dapat sepenuhnya dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari rupiah yang terus-menerus berada dalam tekanan, pertumbuhan ekspor-impor yang tak mencapai ekspektasi, hingga pelemahan daya beli masyarakat.
Jika NPL kembali melonjak, dipastikan kinerja keuangan bank akan sangat tertekan, mengingat bank akan mengalokasikan pencadangan kerugian yang tak sedikit jumlahnya.
Ambil Untung
Di sisi lain, pelaku pasar memanfaatkan momen ini untuk dijadikan 'alasan' keluar dari pasar dan merealisasikan keuntungan. Jika dihitung sejak akhir 2016 sampai dengan penutupan perdagangan kemarin (15/3/2018), indeks sektor jasa keuangan telah naik hingga 43,7%, didorong oleh kenaikan harga saham bank-bank buku IV. Imbal hasil sektor jasa keuangan merupakan yang tertinggi dibandingkan sembilan sektor saham lainnya dan juga mengungguli imbal hasil IHSG pada periode yang sama sebesar 19,35%.
Akibatnya, aksi ambil untung menjadi rawan dilakukan kapan saja, seperti yang dibuktikan pada hari ini.
Dijual Asing
Aksi jual saham-saham perbankan pada hari ini banyak dimotori oleh investor asing. Dari deretan teratas daftar saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing, 3 diantaranya merupakan saham bank BUKU IV: BBRI dilepas Rp 83,26 miliar, BMRI dilepas Rp 70,4 miliar, dan BBNI dilepas Rp 16,87 miliar.
(hps/hps) Next Article IHSG Sempat Anjlok 1,24% Menyusul Aksi Jual Saham BUMN
Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,65%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,56%, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) turun 1,33%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 2,27%.
Presiden Joko Widodo menilai bank-bank dianggap bermain terlalu aman dalam menyalurkan kredit. "Risiko paling gawat kalau tidak berani mengambil risiko. Itu yang saya lihat di 2017. Tadi Pak Ketua OJK sampaikan pertumbuhan kredit 8,24%. Saya ingat waktu kita berkumpul di sini, saat itu target 9% sampai 12%. Kalau saya diberi angka itu, saya ambil 12%," kata Jokowi dalam pertemuan dengan para bankir kemarin (15/3/2018).
Kejatuhan IHSG dipicu oleh pelemahan indeks sektor jasa keuangan yang turun hingga 0,72%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.
Seperti diketahui, pertumbuhan kredit perbankan pada tahun lalu hanya menyentuh level 8,24%, lebih rendah dibandingkan target yang dipatok sebesar 9-12%. Pada tahun ini, ketua OJK Wimboh Santoso mengatakan bahwa target kredit sebesar 12% pada tahun ini dapat dicapai dengan mudah oleh perbankan.
Sindiran dari Jokowi ini direspon negatif oleh investor. Pasalnya, sepanjang tahun lalu bank telah bersusah payah menekan rasio kredit bermasalah (NPL) yang sempat meroket sepanjang 2015 dan 2016.
Jika saat ini bank ditekan untuk menyalurkan kredit secara agresif, bukan tidak mungkin rasio NPL akan kembali naik, mengingat kondisi ekonomi pada saat ini belum dapat sepenuhnya dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari rupiah yang terus-menerus berada dalam tekanan, pertumbuhan ekspor-impor yang tak mencapai ekspektasi, hingga pelemahan daya beli masyarakat.
Jika NPL kembali melonjak, dipastikan kinerja keuangan bank akan sangat tertekan, mengingat bank akan mengalokasikan pencadangan kerugian yang tak sedikit jumlahnya.
Ambil Untung
Di sisi lain, pelaku pasar memanfaatkan momen ini untuk dijadikan 'alasan' keluar dari pasar dan merealisasikan keuntungan. Jika dihitung sejak akhir 2016 sampai dengan penutupan perdagangan kemarin (15/3/2018), indeks sektor jasa keuangan telah naik hingga 43,7%, didorong oleh kenaikan harga saham bank-bank buku IV. Imbal hasil sektor jasa keuangan merupakan yang tertinggi dibandingkan sembilan sektor saham lainnya dan juga mengungguli imbal hasil IHSG pada periode yang sama sebesar 19,35%.
Akibatnya, aksi ambil untung menjadi rawan dilakukan kapan saja, seperti yang dibuktikan pada hari ini.
Dijual Asing
Aksi jual saham-saham perbankan pada hari ini banyak dimotori oleh investor asing. Dari deretan teratas daftar saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing, 3 diantaranya merupakan saham bank BUKU IV: BBRI dilepas Rp 83,26 miliar, BMRI dilepas Rp 70,4 miliar, dan BBNI dilepas Rp 16,87 miliar.
(hps/hps) Next Article IHSG Sempat Anjlok 1,24% Menyusul Aksi Jual Saham BUMN
Most Popular