Mencari Peruntungan di Akhir Pekan, IHSG Dibuka Menguat Tipis

Hidayat Setiaji & Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
16 March 2018 09:03
Pasar saham domestik hari ini masih belum menemukan titik arah pergerakan seperti halnya pasar saham Asia.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan menguat tipis 0,02% ke level 6.322,26 poin. Pasar saham domestik hari ini masih belum menemukan titik arah pergerakan seperti halnya pasar saham Asia.

Pada perdagang pagi ini, bursa saham Asia mayoritas sedang terkoreksi. Indeks Nikkei turun 0,36%, indeks Hang Seng turun 0,37%, indek Kospi terkoreksi 0,45%, indeks Shanghai Composite naik 0,01%, dan indeks Straits Times turun 0,12%.

Dari pasar saham AS, pada penutupan perdagangan dini hari tadi di Wall Street, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,47% sementara S&P 500 melemah tipis 0,08% dan Nasdaq juga terkoreksi 0,2%.
 
Awalnya Wall Street berjalan dengan optimisme setelah rilis data klaim pengangguran AS. Data klaim tunjangan pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 10 Maret menunjukkan penurunan sebanyak 4.000 menjadi 226.000. Ini menunjukkan penambahan lapangan kerja.
 
Wall Street juga mendapat angin segar dari pernyataan Peter Navarro, penasihat perdagangan internasional Gedung Putih. Dalam wawancara dengan CNBC, Navarro mengatakan pengenaan bea masuk di AS tidak perlu dibalas oleh negara lain sehingga menimbulkan perang dagang.

Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah faktor yang bisa membuat IHSG berbalik arah ke zona hijau. Pertama adalah "tabungan" kenaikan IHSG sepanjang 2018 yang sudah habis dan menjadi minus menjadikan harga aset menjadi lebih murah. Ini bisa dimanfaatkan investor untuk kembali berburu saham dan akan mendorong kenaikan IHSG.
 
Kedua adalah harga komoditas, terutama minyak. Harga si emas hitam mulai merangkak naik setelah terkoreksi akibat kekhawatiran melimpahnya pasokan minyak AS. Ini bisa menjadi angin segar bagi emiten pertambangan yang tengah mengalami tekanan jual.
 
Namun kenaikan harga minyak masih rapuh, karena bagaimanapun pasokan minyak AS cukup melimpah. Pada pekan kedua Maret, cadangan minyak Negeri Paman Sam bertambah 5 juta barel, lebih tinggi dari estimasi pasar yaitu 2 juta barel.
 
Namun ada pula hal-hal yang bisa membuat IHSG kembali terperosok ke teritori negatif. Pertama tentu perkembangan di Wall Street, di mana dua dari tiga indeks utama mengalami pelemahan. Ini bisa menjadi sentimen negatif bagi bursa Asia, yang kemudian menular ke Indonesia.
 
Kedua adalah perkembangan dolar AS. Greenback yang sempat dalam mode defensif selama berhari-hari kembali menguat setelah investor investor kembali ke mata uang ini untuk mengamankan posisi jelang pertemuan The Federal Reserve/The Fed pada 21 Maret waktu setempat.
 
The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan ini, dan bila itu terjadi maka dolar AS akan terapresiasi. Oleh karena itu, investor mencari mata uang itu sekarang, sebelum nanti harganya naik.
 
Penguatan dolar akan berimbas ke pelemahan rupiah. Padahal rupiah sudah tertekan dari sisi perdagangan akibat defisit neraca perdagangan. Ini bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG.
 
Jelang pertemuan The Fed, investor asing juga sulit diharapkan untuk menopang IHSG. investor asing sepertinya akan cenderung bermain aman dengan menghindari aset-aset yang berisiko. Ini juga bisa menjadi pemberat IHSG.
 
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja menggelar rapat koordinasi membahas Kawasan Ekonomi Khusus (14.00 WIB).  
  • Rilis pembacaan akhir data inflasi zona Eropa (Eurozone) periode Februari 2018 (17.00).
  • Rilis data penerbitan izin pembangunan hunian baru AS periode Februari 2018 (19.30).
  • Rilis data pertumbuhan produksi industrial AS periode Februari 2018 (20.15).

(hps) Next Article Masih Terpengaruh Sentimen Tarif Impor AS, IHSG Dibuka Turun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular