
The Fed Naikkan Bunga, BI: Volatilitas Akan Terjadi
Gita Rosiana, CNBC Indonesia
14 March 2018 11:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menilai pasar akan sedikit mengalami volatilitas setelah The Federal Reserve/The Fed mengumumkan kebijakan suku bunga acuan pada 21 Maret waktu setempat. Namun situasi ini hanya temporer dan pasar akan kembali tenang.
Demikian dijelaskan oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi dalam jumpa pers di gedung BI, Jakarta, Rabu (14/3/2018). Menurutnya, saat ini momentum penting yang dinanti pelaku pasar adalah rapat Federal Open Market Committee yang akan menentukan suku bunga acuan Negeri Paman Sam.
"FOMC meeting itu 21 Maret, pasar akan wait and see. Sebagian dari pasar keuangan sudah mem-priced in, tapi volatilitas akan terjadi. Tidak bisa melihat tidak ada volatilitas," tuturnya.
Namun, tambah Doddy, volatilitas itu tidak akan lama. "Sesuai historis begitu, sesudah diputuskan market akan tenang kembali," sebutnya.
Menurut Doddy, The Fed sepertinya akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan ini. Selama 2018, dia memperkirakan ada tiga kali kenaikan, lebih dari itu kemungkinannya terbatas.
Sejauh ini Doddy melihat data-data perekonomian Negeri Paman Sam belum menunjukkan percepatan yang signifikan. Upah rata-rata per jam lebih rendah daripada diprediksi dan laju inflasi masih sesuai ekspektasi.
"Faktor lain, pendapat The Fed cenderung sedikit hawkish. Tidak berambisi kenaikan suku bunga yang agresif," ujarnya.
Kemudian, lanjut Doddy, kondisi politik AS juga kurang kondusif. Presiden AS Donald Trump baru saja melakukan perubahan di kabinet, dengan mengganti Menteri Luar Negeri dari Rex Tillerson ke Mike Pompeo.
"Memang sempat ada tendensi lebih dari tiga kali. Namun, setelah melihat sesuai ekspektasi, terutama untuk inflasi, tampaknya pasar mereda sehingga kembali ke maksimal tiga kali," kata Doddy.
(aji/aji) Next Article Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, The Fed Pangkas Bunga Acuan!
Demikian dijelaskan oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi dalam jumpa pers di gedung BI, Jakarta, Rabu (14/3/2018). Menurutnya, saat ini momentum penting yang dinanti pelaku pasar adalah rapat Federal Open Market Committee yang akan menentukan suku bunga acuan Negeri Paman Sam.
"FOMC meeting itu 21 Maret, pasar akan wait and see. Sebagian dari pasar keuangan sudah mem-priced in, tapi volatilitas akan terjadi. Tidak bisa melihat tidak ada volatilitas," tuturnya.
Menurut Doddy, The Fed sepertinya akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan ini. Selama 2018, dia memperkirakan ada tiga kali kenaikan, lebih dari itu kemungkinannya terbatas.
Sejauh ini Doddy melihat data-data perekonomian Negeri Paman Sam belum menunjukkan percepatan yang signifikan. Upah rata-rata per jam lebih rendah daripada diprediksi dan laju inflasi masih sesuai ekspektasi.
"Faktor lain, pendapat The Fed cenderung sedikit hawkish. Tidak berambisi kenaikan suku bunga yang agresif," ujarnya.
Kemudian, lanjut Doddy, kondisi politik AS juga kurang kondusif. Presiden AS Donald Trump baru saja melakukan perubahan di kabinet, dengan mengganti Menteri Luar Negeri dari Rex Tillerson ke Mike Pompeo.
"Memang sempat ada tendensi lebih dari tiga kali. Namun, setelah melihat sesuai ekspektasi, terutama untuk inflasi, tampaknya pasar mereda sehingga kembali ke maksimal tiga kali," kata Doddy.
(aji/aji) Next Article Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, The Fed Pangkas Bunga Acuan!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular