Investor Asing Tarik Dana Rp 22,3 T dari Saham dan Obligasi

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
14 March 2018 10:35
Pelesapan aset terbesar tercatat atas portofolio saham.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Dari awal tahun hingga kemarin investor asing lepas kepemilikan saham dan obligasi dengan nilai akumulatif Rp 22,3 triliun. Pelesapan aset terbesar tercatat atas portofolio saham.

Dari awal tahun hingga penutupan perdagangan kemarin nilai jual investor asing mencapai Rp 15,03 triliun. Sementara pada periode yang sama investor asing juga sudah melepas kepemilikannya di obligasi negara sebesar Rp 7,27 triliun.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, di Selasa (13/3/2018), asing masih memburu SBN di awal tahun 2018. Kepemilikan asing terus meningkat hingga mencapai Rp 880,2 triliun pada 23 Januari, namun setelah itu asing cenderung melepas kepemilikannya.


Merespons akumulasi jual investor asing tersebut, Presiden Direktur Maybank Kim Eng Sekuritas, perusahaan sekuritas asal Singapura, Wilianto mengatakan bahwa investor asing yang keluar saat ini bukan berarti mereka menilai Indonesia sedang berada dalam kondisi yang kurang baik. Langkah investor asing tersebut merupakan langkah untuk rebalancing portofolio antara aset yang dinvestasikan di Indonesia dan negara lain.

"Mungkin mereka invest di Indonesia lebih banyak dari seharusnya, mungkin juga mereka lagi mengurangi karena mereka harus invest di negara lain yang menurut mereka sekarang ini momennya lagi bagus," kata Wilianto di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (13/3).

Dia juga menilai bahwa momen politik yang akan dilalui Indonesia juga tidak berpengaruh besar pada pandangan investor asing dalam menanamkan sahamnya di dalam negeri. Bahkan, saat ini lembaga rating juga tengah dalam proses upgrade rating Indonesia, hal ini juga menjadi salah satu daya tarik asing untuk tetap bertahan di Indonesia.

Sedangkan sentiment negatif aksi jual obligasi negara oleh asing diperkirakan karena investor masih terus berhati-hati dengan perkembangan ekonomi global yang masih tidak pasti. Hal tersebut membuat investor kurang berminat membeli aset-aset berisiko dan memilih instrumen yang relatif aman. 

Risiko utama yang menghantui pasar obligasi domestik adalah aura kenaikan suku bunga, terutama di negara-negara maju. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) hampir pasti akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan ini. Sepanjang 2018, The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan tiga kali.
(hps) Next Article Sempat Tertekan, IHSG Kembali Menghijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular