Analis: Rupiah Tak Akan Melemah Sampai Rp 15.000/US$

Tito Bosnia & Monica Wareza, CNBC Indonesia
13 March 2018 18:53
Analis menilai pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sampai ke level Rp 15.000/ US$ tidak berpotensi terjadi dalam jangka pendek dan menengah.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Analis menilai pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sampai ke level Rp 15.000/ US$ tidak berpotensi terjadi dalam jangka pendek hingga jangka menengah. Pasalnya, secara fundamental Indonesia masih bagus dari sisi jumlah cadangan devisa dan neraca perdagangan yang sehat.

Analis Bank Mandiri Reni Putri mengatakan pelemahan rupiah tidak akan sampai ke level tersebut. Saat ini, menurutnya, Bank Indonesia (BI) sudah mengambil langkah intervensi, termasuk ketika rupiah mencapai Rp 13.800 beberapa waktu lalu.


"Katalis pelemahan rupiah ini justru dari eksternal. Untuk jangka pendek pertemuan FOMC [Federal Open Market Committee bank sentral AS, Federal Reserve] pada 22 Maret mendatang akan menunjukkan berapa besar agresivitas The Fed. Tapi dampak ini juga tidak akan membuat rupiah sampai ke Rp 15.000," kata Reni kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/3).

Jika pelemahan rupiah hingga nilai tersebut terjadi maka kondisi perekonomian Indonesia akan terganggu. Perdagangan ekspor Indonesia akan mengalami dampak yang cukup besar.

Selain itu, aliran dana asing keluar Indonesia (capital outflow) akan semakin meningkat sehingga menyebabkan daya saing Indonesia dengan negara-negara lainnya akan semakin melemah, ujarnya. Hal ini terjadi karena nilai tukar sudah tak bersaing lagi karena terlalu lemah.

Sebelumnya, lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings pada hari Selasa (13/3/2018) mengatakan pelemahan rupiah ke level Rp 15.000/ US$ patut diwaspadai.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan perkiraan pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS tersebut tidak beralasan mengingat faktor fundamental ekonomi Indonesia yang menguat.


Hal tersebut terlihat dari kondisi fiskal dan moneter Indonesia yang terus membaik, dimulai dari pertumbuhan ekonomi yang terus menguat, inflasi yang terjaga hingga defisit anggaran yang rendah, yaitu 2,49% tahun lalu.

"Saya pikir sangat tidak beralasan, potensi ke Rp 15 ribu per dolar itu sangat jauh. Faktor fundamental kita cukup kuat, dilihat dari indikator tingkat makro dan kesehatan sistem keuangan kita yang kuat dan stabil", ujar Josua saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (13/2/2018).

Josua menambahkan kondisi pelemahan rupiah terhadap greenback tersebut diperkirakan hanya bersifat sementara mengingat BI dipastikan akan segera melakukan intervensi untuk menjaga kestabilan mata uang rupiah.

"BI pastinya akan memposisikan diri untuk menjaga kestabilan mata uang rupiah. Seperti yang dilakukan BI saat cadangan devisa Indonesia di bulan Februari turun, BI sangat aktif di valas untuk melakukan stabilisasi agar pelemahan rupiah ini tidak berlanjut", tambah Josua.

Rupiah tercatat mengalami depresiasi sebesar 1,5% sepanjang tahun 2018.
(prm) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular