Kalau Dolar AS Rp 15.000, IHSG Bisa Turun ke 4.500

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
13 March 2018 17:23
Bahkan diprediksi nilai tukar rupiah bisa terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga mencapai Rp 15.000/dolar AS.
Foto: REUTERS/Thomas Mukoya
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini sedang berad pada periode yang sangat volatile. Bahkan diprediksi nilai tukar rupiah bisa terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga mencapai Rp 15.000/dolar AS.

Menurut catatan sejarah, rupiah terakhir kali menyentuh level itu saat krisis moneter 1998. Pada tahun 2015, rupiah pun sempat melemah, dan kasusnya agak mirip dengan kondisi saat ini, yakni ketika Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) menormalisasi suku bunga acuan AS.

Sepanjang 2015, rupiah terdepresiasi sebesar 11,35% terhadap dolar AS, dengan mencapai titik terendah di Rp 14.695/dolar AS pada September 2015. Pada periode tersebut (akhir 2014-akhir September 2015), IHSG anjlok hingga 21,2%.

IHSG bahkan menyentuh level 4.120,50 pada tanggal 28 September 2015, padahal di awal tahun 2015 masih bergerak di kisaran 5.200-an.

Jika kini rupiah bergerak menuju Rp 15.000/dolar AS, akankah pelemahan bursa saham kembali terjadi secara signifikan? Tim Riset CNBC Indonesia coba menjawabnya dengan analisis regresi sederhana. Data yang digunakan adalah data historis IHSG dan nilai tukar rupiah di pasar spot dari tanggal 2 Januari 2015 sampai 12 Maret 2018.

Berikut persamaan hasil regresi linier yang diperoleh:
Foto: Rupiah
Dimana:
y = Indeks Harga Saham Gabungan
x = Nilai Tukar Rupiah (Rp/dolar AS)

Berdasarkan persamaan di atas, apabila nilai tukar rupiah mencapai Rp 15.000/dolar AS, maka IHSG dapat anjlok hingga 4.526,345. Apabila dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan hari ini di level 6.412,85, maka nilai IHSG dapat anjlok hingga 29,42%.

Namun demikian, kita tidak bisa hanya menginterpretasi hasil regresi linier hanya dari persamaannya, dimana perlu dilihat juga variabel hasil regresi lainnya seperti R-squared dan P-value (Probability Value). Berikut hasil lengkap regresi linier dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yang digunakan:

Foto: Rupiah

Berdasarkan hasil regresi tersebut bahwa nilai P-value (nilai Prob.) variabel indenden "Rupiah"adalah sebesar 0, yang berarti variasi nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap variabel IHSG.

Namun demikian, nilai R-squared hanya sebesar 0,08, yang berarti variasi nilai tukar rupiah hanya mampu menjelaskan 8% dari variasi IHSG dalam periode 2015-saat ini. Artinya, 92% pergerakan IHSG sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel selain Rupiah, misalnya harga komoditas, kinerja perusahaan, kemampuan bayar utang luar negeri perusahaan, dsb.


Kesimpulannya, meskipun hanya mampu menjelaskan sebesar 8% dari pergerakan IHSG, kenyataannya rupiah tetap berpengaruh signifikan terhadap IHSG, sehingga apabila memang rupiah melemah hingga Rp 15.000/dolar AS, sudah pasti IHSG pasti terkoreksi.

Hal itu disebabkan pelemahan rupiah akan mempengaruhi berbagai macam indikator ekonomi lainnya, seperti kemampuan bayar utang luar negeri korporasi, perdagangan internasional, Non-Performing Loan (NPL) , bahkan hingga pertumbuhan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular