
BI Tegaskan Rupiah Masih Lebih Baik dari Negara Tetangga
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
13 March 2018 17:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan meski terdepresiasi, posisi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih relatif lebih baik bila dibandingkan mata uang negara-negara tetangga.
"Di 2017, mata uang kita kuat. Depresiasi hanya 0,7%. Kalau sekarang, 1,5% [year-to-date/ ytd]," kata Agus kepada wartawan hari Selasa (13/2/2018). "Indonesia masih lebih baik dari Filipina dan India."
Data Reuters menunjukkan mata uang India, rupee, terdepresiasi 1,8% di periode yang sama sementara itu dolar Hong Kong melemah 0,4%.
Agus mengatakan kurs rupiah saat ini masih sesuai fundamentalnya dan hal ini masih akan terus terjadi hingga rapat dewan gubernur bank sentral AS, Federal Reserve, tanggal 22 Maret mendatang. The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate, pada rapat tersebut.
"Kami juga ada RDG [Rapat Dewan Gubernur] bulanan. Kalau FFR naik, belum tentu rupiah atau Indonesia lakukan penyesuaian BI rate," ujarnya.
Lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings pada hari Selasa (13/3/2018) mengatakan pelemahan rupiah ke level Rp 15.000/ US$ patut diwaspadai.
Menanggapi hal itu, Agus menegaskan lembaganya tetap fokus menjaga stabilitas nilai tukar.
"Nilai tukar sendiri akan bergantung pada fundamental ekonomi dan bagaimana hubungan rupiah dengan mata uang dunia. Kalau fundamental itu paling utama inflasi terjaga, NPI [Neraca Perdagangan Indonesia] positif, dan pertumbuhan ekonomi yang membaik."
(prm/prm) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
"Di 2017, mata uang kita kuat. Depresiasi hanya 0,7%. Kalau sekarang, 1,5% [year-to-date/ ytd]," kata Agus kepada wartawan hari Selasa (13/2/2018). "Indonesia masih lebih baik dari Filipina dan India."
Data Reuters menunjukkan mata uang India, rupee, terdepresiasi 1,8% di periode yang sama sementara itu dolar Hong Kong melemah 0,4%.
"Kami juga ada RDG [Rapat Dewan Gubernur] bulanan. Kalau FFR naik, belum tentu rupiah atau Indonesia lakukan penyesuaian BI rate," ujarnya.
Lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings pada hari Selasa (13/3/2018) mengatakan pelemahan rupiah ke level Rp 15.000/ US$ patut diwaspadai.
Menanggapi hal itu, Agus menegaskan lembaganya tetap fokus menjaga stabilitas nilai tukar.
"Nilai tukar sendiri akan bergantung pada fundamental ekonomi dan bagaimana hubungan rupiah dengan mata uang dunia. Kalau fundamental itu paling utama inflasi terjaga, NPI [Neraca Perdagangan Indonesia] positif, dan pertumbuhan ekonomi yang membaik."
(prm/prm) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular