
Pelemahan Rupiah (Tidak) Sesuai 'Fundamental Ekonomi'?
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 March 2018 16:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhir-akhir ini melemah terhadap beberapa mata uang utama di pasar dunia, hingga analis S&P Global Ratings menilai rupiah bisa menyentuh level psikologis Rp 15.000 per dolar AS. Namun, Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan itu hanya sementara dan tak mencerminkan "fundamental ekonomi nasional" yang masih kuat.
Apakah pelemahan yang sekarang terjadi itu bisa dijustifikasi, atau "tidak mencerminkan fundamental ekonomi" seperti klaim BI dan beberapa ekonom? Berikut ulasan CNBC Indonesia dengan mengacu pada kurs rupiah terhadap dolar Singapura.
Nilai tukar dolar Singapura dalam setahun terakhir menguat 3,22% terhadap rupiah, dari kisaran Rp 9.500 menjadi kisaran Rp 10.400 per dolar Singapura. Pelemahan kurs yang terus terjadi ini memengaruhi mereka yang gemar belanja di negara tetangga itu, atau mereka yang bisnisnya terkait dengan aktivitas ekspor dan impor.
Tiap poin pelemahan rupiah berarti perlu adanya dana lebih besar untuk membeli barang atau jasa di luar negeri, meski pada titik lain memberikan keuntungan ekstra bagi para eksportir.
Secara fundamental, pelemahan kurs rupiah akan menekan daya beli kita di negara tetangga tersebut. Sebagai contoh, jika pada Maret tahun lalu kita hanya perlu menyisihkan Rp 950.000 dari gaji di Indonesia untuk membeli barang di Singapura seharga S$100, kini kita harus menyiapkan duit Rp 1.040.000 untuk membeli barang yang sama ketika berkunjung ke sana.
Untuk mengukur beralasan atau tidaknya pergerakan kurs rupiah terhadap dolar Singapura, kita bisa melihat dari setidaknya empat faktor fundamental yang memengaruhi posisi kurs dua mata uang, yakni: kekuatan neraca perdagangan, perbedaan tingkat inflasi, perbedaaan tingkat suku bunga, dan kestabilan ekonomi-politik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Apakah pelemahan yang sekarang terjadi itu bisa dijustifikasi, atau "tidak mencerminkan fundamental ekonomi" seperti klaim BI dan beberapa ekonom? Berikut ulasan CNBC Indonesia dengan mengacu pada kurs rupiah terhadap dolar Singapura.
Nilai tukar dolar Singapura dalam setahun terakhir menguat 3,22% terhadap rupiah, dari kisaran Rp 9.500 menjadi kisaran Rp 10.400 per dolar Singapura. Pelemahan kurs yang terus terjadi ini memengaruhi mereka yang gemar belanja di negara tetangga itu, atau mereka yang bisnisnya terkait dengan aktivitas ekspor dan impor.
Secara fundamental, pelemahan kurs rupiah akan menekan daya beli kita di negara tetangga tersebut. Sebagai contoh, jika pada Maret tahun lalu kita hanya perlu menyisihkan Rp 950.000 dari gaji di Indonesia untuk membeli barang di Singapura seharga S$100, kini kita harus menyiapkan duit Rp 1.040.000 untuk membeli barang yang sama ketika berkunjung ke sana.
Untuk mengukur beralasan atau tidaknya pergerakan kurs rupiah terhadap dolar Singapura, kita bisa melihat dari setidaknya empat faktor fundamental yang memengaruhi posisi kurs dua mata uang, yakni: kekuatan neraca perdagangan, perbedaan tingkat inflasi, perbedaaan tingkat suku bunga, dan kestabilan ekonomi-politik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Page
Kekuatan Dagang Sangat Menentukan
Pages
Most Popular