S&P Sebut Alokasi Subsidi Bisa Pengaruhi Rating Indonesia
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
13 March 2018 12:56
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga minyak global dapat memicu peningkatan alokasi anggaran untuk subsidi bahan bakar minyak di Indonesia, terutama ketika pemerintah telah berkomitmen untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak dan tarif listrik hingga tahun politik 2019.
Lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings memandang hal ini dapat mempengaruhi peringkat Indonesia dalam jangka panjang jika pemerintah tidak dapat menyeimbangkan perekonomian.
"Fiskal yang memburuk tidak akan mempengaruhi rating dalam jangka pendek. Namun, jika semakin banyak uang dari anggaran dialokasikan untuk subsidi, maka pemasukannya harus datang dari tempat lain agar [pemerintah] bisa terus membayar utang," kata Kim Eng Tan, Senior Director Sovereign Ratings S&P Global Ratings kepada wartawan hari Selasa (13/3/2018).
Ia mengatakan umumnya keseimbangan perekonomian bisa muncul dari infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Hal itulah yang nantinya akan mempengaruhi rating.
Meskipun begitu, Kim memprediksi peringkat Indonesia tidak akan naik atau turun dalam kurun waktu satu sampai dua tahun ke depan.
Namun, proyeksi bisa saja mengikuti perubahan yang terjadi karena peringkat Indonesia juga sangat bergantung pada kinerja perusahaan.
"Rating sangat bergantung pada perusahaan. [...] Jika berbagai perusahaan bergantung sepenuhnya pada pendanaan pemerintah, alhasil utang pemerintah pun akan meningkat. Itu yang kami perhitungkan," kata Kim.
Sebelumnya, Anushka Shah, analis Moody's Investors Service, juga menyebut kebijakan populis pemerintah tersebut sebagai langkah mundur terhadap reformasi yang telah dijalankan sebelumya.
(prm) Next Article Jokowi Tahan Harga BBM dan Listrik, Rating RI Terancam Turun
Lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings memandang hal ini dapat mempengaruhi peringkat Indonesia dalam jangka panjang jika pemerintah tidak dapat menyeimbangkan perekonomian.
"Fiskal yang memburuk tidak akan mempengaruhi rating dalam jangka pendek. Namun, jika semakin banyak uang dari anggaran dialokasikan untuk subsidi, maka pemasukannya harus datang dari tempat lain agar [pemerintah] bisa terus membayar utang," kata Kim Eng Tan, Senior Director Sovereign Ratings S&P Global Ratings kepada wartawan hari Selasa (13/3/2018).
Meskipun begitu, Kim memprediksi peringkat Indonesia tidak akan naik atau turun dalam kurun waktu satu sampai dua tahun ke depan.
Namun, proyeksi bisa saja mengikuti perubahan yang terjadi karena peringkat Indonesia juga sangat bergantung pada kinerja perusahaan.
"Rating sangat bergantung pada perusahaan. [...] Jika berbagai perusahaan bergantung sepenuhnya pada pendanaan pemerintah, alhasil utang pemerintah pun akan meningkat. Itu yang kami perhitungkan," kata Kim.
Sebelumnya, Anushka Shah, analis Moody's Investors Service, juga menyebut kebijakan populis pemerintah tersebut sebagai langkah mundur terhadap reformasi yang telah dijalankan sebelumya.
(prm) Next Article Jokowi Tahan Harga BBM dan Listrik, Rating RI Terancam Turun
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular