
Awal Pekan IHSG Ditutup Menguat Signifikan 1,05%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 March 2018 16:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,05% pada perdagangan awal pekan ke level 6.500,69 poin. Sembilan sektor saham ditutup naik, dipimpin sektor pertambangan yang menguat hingga 2,43%, sementara satu sektor lainnya yaitu agrikultur ditutup melemah 0,19%.
Transaksi berlangsung relatif sepi yaitu senilai Rp 8 triliun dengan volume transaksi sebanyak 9,01 miliar. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 405.288 kali. Sebanyak 235 saham mencatatkan kenaikan harga, 111 saham melemah, sementara 208 lainnya tidak mencatatkan perubahan harga.
Penguatan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa saham regional yang juga mengakhiri hari di zona hijau: indeks Nikkei menguat 1,65%, indeks Shanghai menguat 0,58% indeks Hang Seng menguat 1,93%, indeks Strait Times menguat 1,57%, indeks Kospi menguat 1%, indeks SET (Thailand) menguat 1,21%, dan indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI menguat 0,94%.
Penguatan bursa saham regional dipicu oleh positifnya pergerakan Wall Street pada Jumat (9/3) silam. Walaupun penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian AS pada bulan Februari tercatat jauh lebih tinggi dibandingkan ekspektasi (313.000 vs. 205.000), kenaikan gaji yang lebih lemah dari perkiraan telah membuat pelaku pasar yakin bahwa the Federal Reserve belum akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini.
Pada bulan lalu, gaji per jam bagi karyawan di luar sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 0,1% MoM, dibawah perkiraan analis yang sebesar 0,2% MoM. Pertumbuhan gaji yang belum terlalu kuat ini mengindikasikan bahwa tekanan terhadap inflasi AS juga belum akan terlalu tinggi, sehingga Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) mungkin hanya akan melakukan normalisasi suku bunga sebanyak 3 kali pada tahun ini, seperti yang direncanakan.
Ketakutan atas perang dagang dalam skala global mulai mereda, pasca Presiden AS Donald Trump membuka ruang untuk mengecualikan Australia dari daftar negara yang ekspor baja dan aluminiumnya dikenakan bea masuk.
Dari dalam negeri, saham emiten-emiten pertambangan terkerek naik oleh penguatan harga minyak mentah. Pada perdagangan hari ini, minyak WTI sempat naik menyentuh titik tertingginya di level US$ 62,33/barel, sementara brent menyentuh titik tertingginya di level US$ 65,86/barel. Namun, kini harga minyak telah kembali ke zona merah.
Selain itu, kebijakan penetapan batas atas harga jual batu bara untuk kepentingan dalam negeri nampak sudah di price-in oleh pelaku pasar, sehingga ruang penguatan menjadi terbuka. Pada hari ini, saham-saham emiten pertambangan batu bara kompak menguat: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 2,3%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 3,81%, PT Harum Energy Tbk (HRUM) naik 3,65%, dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 0,68%.
Investor asing mencatatkan beli bersih senilai Rp 111,03 miliar. PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 173,14 miliar), PT Bank mandiri Tbk/BMRI (Rp 85,9 miliar), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (Rp 59,87 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper/INKP (Rp 49,06 miliar), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 30,85 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak diburu oleh investor asing.
(hps) Next Article Sentimen Domestik Kurang 'Nendang', Reli IHSG Akhirnya Putus
Transaksi berlangsung relatif sepi yaitu senilai Rp 8 triliun dengan volume transaksi sebanyak 9,01 miliar. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 405.288 kali. Sebanyak 235 saham mencatatkan kenaikan harga, 111 saham melemah, sementara 208 lainnya tidak mencatatkan perubahan harga.
Penguatan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa saham regional yang juga mengakhiri hari di zona hijau: indeks Nikkei menguat 1,65%, indeks Shanghai menguat 0,58% indeks Hang Seng menguat 1,93%, indeks Strait Times menguat 1,57%, indeks Kospi menguat 1%, indeks SET (Thailand) menguat 1,21%, dan indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI menguat 0,94%.
Pada bulan lalu, gaji per jam bagi karyawan di luar sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 0,1% MoM, dibawah perkiraan analis yang sebesar 0,2% MoM. Pertumbuhan gaji yang belum terlalu kuat ini mengindikasikan bahwa tekanan terhadap inflasi AS juga belum akan terlalu tinggi, sehingga Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) mungkin hanya akan melakukan normalisasi suku bunga sebanyak 3 kali pada tahun ini, seperti yang direncanakan.
Ketakutan atas perang dagang dalam skala global mulai mereda, pasca Presiden AS Donald Trump membuka ruang untuk mengecualikan Australia dari daftar negara yang ekspor baja dan aluminiumnya dikenakan bea masuk.
Dari dalam negeri, saham emiten-emiten pertambangan terkerek naik oleh penguatan harga minyak mentah. Pada perdagangan hari ini, minyak WTI sempat naik menyentuh titik tertingginya di level US$ 62,33/barel, sementara brent menyentuh titik tertingginya di level US$ 65,86/barel. Namun, kini harga minyak telah kembali ke zona merah.
Selain itu, kebijakan penetapan batas atas harga jual batu bara untuk kepentingan dalam negeri nampak sudah di price-in oleh pelaku pasar, sehingga ruang penguatan menjadi terbuka. Pada hari ini, saham-saham emiten pertambangan batu bara kompak menguat: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 2,3%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 3,81%, PT Harum Energy Tbk (HRUM) naik 3,65%, dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 0,68%.
Investor asing mencatatkan beli bersih senilai Rp 111,03 miliar. PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 173,14 miliar), PT Bank mandiri Tbk/BMRI (Rp 85,9 miliar), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (Rp 59,87 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper/INKP (Rp 49,06 miliar), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 30,85 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak diburu oleh investor asing.
(hps) Next Article Sentimen Domestik Kurang 'Nendang', Reli IHSG Akhirnya Putus
Most Popular