
Harga Minyak Menguat Terbatas, Batu Bara dan Emas Melemah
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
12 March 2018 12:59

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak masih memperpanjang tren penguatannya pada awal pekan ini meskipun masih sangat terbatas. Hingga pukul 12.00 WIB, harga minyak mentah jenis light sweet untuk kontrak pengiriman April 2018 tercatat sebesar US$ 62,07/barel, menguat 0,05% dari hari sebelumnya. Sementara itu, harga minyak jenis brent untuk kontrak pengiriman Mei 2018 menguat 0,08% ke US$ 65,54/barel.
Menjelang akhir pekan lalu, harga minyak sempat tertekan menyusul cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) diumumkan meningkat hingga 2,4 juta barel. Produksi minyak mingguan AS selama sepekan hingga 2 Maret 2018 pun berhasil mencetak rekor baru di angka 10,37 juta barel per hari.
(gus/gus) Next Article Harga Minyak dan Emas Menguat, Batu Bara Mulai Menurun
![]() |
Menjelang akhir pekan lalu, harga minyak sempat tertekan menyusul cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) diumumkan meningkat hingga 2,4 juta barel. Produksi minyak mingguan AS selama sepekan hingga 2 Maret 2018 pun berhasil mencetak rekor baru di angka 10,37 juta barel per hari.
Kencangnya produksi shale oil AS tersebut membuat US Energy Information Administration (EIA) menaikkan proyeksi produksi minyak mentah AS pada kuartal IV 2018 menjadi rata-rata 11,17 juta barel per hari pada awal pekan lalu. Padahal bulan lalu, estimasi EIA hanya sebesar 11,04 juta per hari. Pernyataan EIA itu lantas membuat harga minyak terkoreksi lebih dari 2% (baik untuk jenis light sweet dan brent) pada hari Rabu (7/3).
Namun demikian, harga minyak kembali mendapatkan momentum sejak akhir pekan lalu, dengan kembali menguat sekitar 3%. Energi positif datang dari rencana pertemuan Kim Jong Un dengan Trump yang juga turut memperkuat bursa regional. Pada awal pekan ini, beberapa sentimen positif mampu menjaga harga minyak tetap stabil.
Pertama, ekonomi AS mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk 313.000 orang pada bulan lalu, angka tertinggi dalam 1,5 tahun. Hal itu menjadi sinyal bagi industri perminyakan akan meningkatnya permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Kedua, Baker Hughes menyatakan bahwa aktivitas pengeboran minyak turun sebanyak 4 kilang, menjadi 796, pada pekan lalu.
Penurunan ini merupakan pertama kalinya dalam 2 bulan terakhir. Namun demikian, aktivitas pengeboran AS masih jauh lebih tinggi dari tahun lalu yang mencatatkan kilang minyak aktif sebanyak 617. Masih tingginya jumlah kilang minyak tersebut, ditambah ekspektasi produksi minyak AS yang masih sangat kuat hingga akhir 2018, diprediksikan masih akan menahan penguatan harga minyak ke depan. Dari bursa domestik, harga saham emiten sektor perminyakan di penutupan sesi I hari ini, mayoritas masih ditutup menguat.
Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) menguat 3,31% ke 1.405, PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,50% ke 492, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) tumbuh 2,33% ke 88, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menguat 2,52% ke 244. Dari komoditas batu bara, harga batu bara ICE Newcastle masih menunjukkan tren penurunan sejak minggu terakhir Februari.
Harga batu bara sempat menunjukkan penguatan hingga US$ 105,65/ton pada tanggal 22 Februari, namun pada perdagangan tanggal 9 Maret harga batu bara sudah anjlok ke US$ 102/ton. Pada akhir pekan lalu, harga batu bara ditutup di US$ 99,4/ton, atau melemah 3,40% secara mingguan. Angka ini adalah yang terendah di sepanjang tahun ini.
Kontraksi harga batu bara memang masih didorong oleh kebijakan pemerintah China yang memperkenalkan standar energi terbarukan dan mewajibkan seluruh Produsen Pembangkit Independen China (IPPs) untuk menetapkan 15% dari total pembangkit listrik portofolio untuk energi terbarukan hingga 2020.
Konsumsi China juga masih diperkirakan melemah karena tahun lalu sudah cukup tinggi kenaikannya, ditambah pemerintah China juga akan memperbaiki masalah over-kapasitas terutama pada industri baja dan semen. Sementara itu, rencana pemberlakuan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump yang dikhawatirkan memicu perang dagang juga nampaknya turut menekan harga batu bara di pekan lalu.
Namun demikian, dari bursa domestik, harga saham emiten sektor batu bara mayoritas ditutup di zona hijau pada penutupan sesi I IHSG. Investor nampaknya mulai melakukan akumulasi, setelah pada pekan lalu harga saham sektor ini jatuh akibat penetapan batas harga batu bara untuk kepentingan pembangkit listrik domestik.
Saham PT PT Bumi Resources Tbk menguat 0,68% ke 298, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 5,19% ke 3.040, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tumbuh 1,38% ke 2.200, dan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 3,69% ke 28.125. Dari komoditas lainnya, harga emas melemah tipis 0,02% ke US$ 1.323,7/ troy ounce hingga pukul 12.00 WIB. Pelemahan itu terjadi akibat Dolar AS yang bergerak melemah seiring investor yang kembali berani untuk mengoleksi aset-aset berisiko (risk on) seiring positifnya data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam. **
![]() |
Namun demikian, harga minyak kembali mendapatkan momentum sejak akhir pekan lalu, dengan kembali menguat sekitar 3%. Energi positif datang dari rencana pertemuan Kim Jong Un dengan Trump yang juga turut memperkuat bursa regional. Pada awal pekan ini, beberapa sentimen positif mampu menjaga harga minyak tetap stabil.
Pertama, ekonomi AS mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk 313.000 orang pada bulan lalu, angka tertinggi dalam 1,5 tahun. Hal itu menjadi sinyal bagi industri perminyakan akan meningkatnya permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Kedua, Baker Hughes menyatakan bahwa aktivitas pengeboran minyak turun sebanyak 4 kilang, menjadi 796, pada pekan lalu.
Penurunan ini merupakan pertama kalinya dalam 2 bulan terakhir. Namun demikian, aktivitas pengeboran AS masih jauh lebih tinggi dari tahun lalu yang mencatatkan kilang minyak aktif sebanyak 617. Masih tingginya jumlah kilang minyak tersebut, ditambah ekspektasi produksi minyak AS yang masih sangat kuat hingga akhir 2018, diprediksikan masih akan menahan penguatan harga minyak ke depan. Dari bursa domestik, harga saham emiten sektor perminyakan di penutupan sesi I hari ini, mayoritas masih ditutup menguat.
Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) menguat 3,31% ke 1.405, PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,50% ke 492, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) tumbuh 2,33% ke 88, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menguat 2,52% ke 244. Dari komoditas batu bara, harga batu bara ICE Newcastle masih menunjukkan tren penurunan sejak minggu terakhir Februari.
Harga batu bara sempat menunjukkan penguatan hingga US$ 105,65/ton pada tanggal 22 Februari, namun pada perdagangan tanggal 9 Maret harga batu bara sudah anjlok ke US$ 102/ton. Pada akhir pekan lalu, harga batu bara ditutup di US$ 99,4/ton, atau melemah 3,40% secara mingguan. Angka ini adalah yang terendah di sepanjang tahun ini.
![]() |
Kontraksi harga batu bara memang masih didorong oleh kebijakan pemerintah China yang memperkenalkan standar energi terbarukan dan mewajibkan seluruh Produsen Pembangkit Independen China (IPPs) untuk menetapkan 15% dari total pembangkit listrik portofolio untuk energi terbarukan hingga 2020.
Konsumsi China juga masih diperkirakan melemah karena tahun lalu sudah cukup tinggi kenaikannya, ditambah pemerintah China juga akan memperbaiki masalah over-kapasitas terutama pada industri baja dan semen. Sementara itu, rencana pemberlakuan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump yang dikhawatirkan memicu perang dagang juga nampaknya turut menekan harga batu bara di pekan lalu.
Namun demikian, dari bursa domestik, harga saham emiten sektor batu bara mayoritas ditutup di zona hijau pada penutupan sesi I IHSG. Investor nampaknya mulai melakukan akumulasi, setelah pada pekan lalu harga saham sektor ini jatuh akibat penetapan batas harga batu bara untuk kepentingan pembangkit listrik domestik.
Saham PT PT Bumi Resources Tbk menguat 0,68% ke 298, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 5,19% ke 3.040, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tumbuh 1,38% ke 2.200, dan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 3,69% ke 28.125. Dari komoditas lainnya, harga emas melemah tipis 0,02% ke US$ 1.323,7/ troy ounce hingga pukul 12.00 WIB. Pelemahan itu terjadi akibat Dolar AS yang bergerak melemah seiring investor yang kembali berani untuk mengoleksi aset-aset berisiko (risk on) seiring positifnya data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam. **
(gus/gus) Next Article Harga Minyak dan Emas Menguat, Batu Bara Mulai Menurun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular