
Penjualan Ritel Turun, Saham Sektor Barang Konsumsi Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 March 2018 11:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal pekan ini dibuka dengan penguatan, sampai dengan beritea ini diturunkan kenaikannya mencapai 0,55%. Secara sektoral, semua indeks saham diperdagangkan menguat kecuali sektor konsumsi yang melemah sebesar 0,13%.
Pelemahan tersebut nampak disebabkan oleh lemahnya penjualan ritel pada Januari silam. Dalam survei penjualan ritel yang dirilis Bank Indonesia pada hari Jumat lalu, penjualan barang-barang ritel pada Januari turun 1,8% secara tahunan (year-on-year/YoY). Padahal, pada periode yang sama tahun 2017, pertumbuhannya mencapai 6,3% YoY. Hal ini menandakan pelemahan daya beli masih terjadi sampai tahun ini.
Pelemahan penjualan paling besar terjadi pada komponen makanan, minuman & tembakau. Pada bulan Januari, penjualannya hanya tumbuh sebesar 2% YoY, turun dari capaian Januari 2017 yang sebesar 7,3% YoY.
Akibatnya, pelaku pasar melakukan aksi jual terhadap saham-saham sektor barang konsumsi, utamanya yang bergerak dalam sektor makanan dan minuman, serta tembakau: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) turun 0,83%, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) turun 0,68%, dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 2,2%. Bahkan, GGRM merupakan saham dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG sampai saat ini.
Ramadhan Membawa Berkah
Namun, konsumsi masyarakat Indonesia diharapkan meningkat dalam waktu dekat. Pasalnya, indeks ekspektasi penjualan untuk periode 3 bulan yang akan datang (bagian dari surei indeks penjualan ritel) naik menjadi 142,2 poin, jauh lebih tinggi dibandingkan nilai Desember 2017 yang hanya sebesar 118,7 poin.
Adanya kehadiran bulan puasa dan lebaran pada Mei-Juni mendatang nampak akan mendongkrak penjualan barang-barang ritel. Terlebih, konsumen terlihat optimis bahwa tekanan harga akan mereda dalam periode Februari-April. Hal ini terlihat dari indeks ekspektasi harga yang melandai menjadi 155,1 poin, dari yang sebelumnya 158,2 poin pada bulan Desember.
Jadi, saham-saham barang konsumsi masih berpeluang menguat menjelang bulan puasa dan lebaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Pelemahan tersebut nampak disebabkan oleh lemahnya penjualan ritel pada Januari silam. Dalam survei penjualan ritel yang dirilis Bank Indonesia pada hari Jumat lalu, penjualan barang-barang ritel pada Januari turun 1,8% secara tahunan (year-on-year/YoY). Padahal, pada periode yang sama tahun 2017, pertumbuhannya mencapai 6,3% YoY. Hal ini menandakan pelemahan daya beli masih terjadi sampai tahun ini.
Pelemahan penjualan paling besar terjadi pada komponen makanan, minuman & tembakau. Pada bulan Januari, penjualannya hanya tumbuh sebesar 2% YoY, turun dari capaian Januari 2017 yang sebesar 7,3% YoY.
Namun, konsumsi masyarakat Indonesia diharapkan meningkat dalam waktu dekat. Pasalnya, indeks ekspektasi penjualan untuk periode 3 bulan yang akan datang (bagian dari surei indeks penjualan ritel) naik menjadi 142,2 poin, jauh lebih tinggi dibandingkan nilai Desember 2017 yang hanya sebesar 118,7 poin.
Adanya kehadiran bulan puasa dan lebaran pada Mei-Juni mendatang nampak akan mendongkrak penjualan barang-barang ritel. Terlebih, konsumen terlihat optimis bahwa tekanan harga akan mereda dalam periode Februari-April. Hal ini terlihat dari indeks ekspektasi harga yang melandai menjadi 155,1 poin, dari yang sebelumnya 158,2 poin pada bulan Desember.
Jadi, saham-saham barang konsumsi masih berpeluang menguat menjelang bulan puasa dan lebaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular