
Anjlok 2,03%, IHSG Dihajar Luar Dalam
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 March 2018 17:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,03% pada perdagangan hari Rabu (07/03/2018) ke level 6.368,27 poin. Seluruh sektor saham kompak ditutup melemah, dipimpin sektor pertambangan yang anjlok hingga 3,56%.
IHSG tak melemah sendirian hari ini. Seluruh bursa saham utama di kawasan Asia kompak ditutup di zona merah: indeks Nikkei melemah 0,77%, indeks Shanghai melemah 0,55% indeks Hang Seng melemah 1,03%, indeks Strait Times melemah 1,18%, indeks Kospi melemah 0,4%, indeks SET (Thailand) melemah 0,97%, dan indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI melemah 0,57%.
Faktor Eksternal
Berbagai faktor menjadi penyebab anjloknya IHSG hari ini. Dari sisi eksternal, potensi perang dagang kembali mencuat pasca Gary Cohn selaku penasihat ekonomi dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengundurkan diri dari posisinya. Mantan petinggi Goldman Sachs tersebut dipaksa angka kaki dari gedung putih pasca Trump berkukuh untuk menerapkan kebijakan pengenaan bea masuk untuk baja dan aluminium masing-masing sebesar 25% dan 10%.
Seperti diketahui, Cohn merupakan salah satu sosok yang gencar menyuarakan perlawanan terhadap kebijakan proteksionisme. Mundurnya Cohn lantas dianggap pelaku pasar bahwa Trump bukan hanya menggertak ketika mengumumkan kebijakan tersebut minggu lalu; potensi perang dagang dalam skala global lantas menjadi sangat nyata.
Harga minyak lantas ikut terseret menyusul pengunduran diri Cohn. Jika perang dagang terjadi, pemulihan ekonomi dunia dipastikan terganggu sehingga permintaan atas minyak pun akan turun.
Sentimen negatif bagi harga minyak juga datang dari rilis data cadangan minyak mentah AS oleh American Petroleum Institute pada hari Selasa waktu setempat. Cadangan minyak mentah AS pada minggu lalu diketahui bertambah sebesar 5,67 juta barel untuk minggu yang berakhir pada 2 Maret. Padahal, kenaikan cadangan pada minggu yang berakhir pada 23 Februari lalu hanya sebesar 3 juta barel. Data resmi dari U.S. Energy Information Administration (EIA) baru akan diumumkan pada malam ini.
Sampai dengan penutupan perdagangan IHSG, harga minyak mentah jenis WTI turun 1,04% ke level US$ 61,59/barel, sementara brent turun 0,81% ke level US$ 64,98/barel.
Beberapa saham sektor pertambangan sub-sektor minyak dan gas yang melemah signifikan diantaranya: PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) turun 8,21%, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) turun 6,78%, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) turun 3,53%, dan PT Benakat Integra Tbk (BIPI) turun 5,43%.
Faktor Domestik
Dari dalam negeri, harga saham emiten-emiten batu bara dibuat babak belur oleh rencana pemerintah yang akan harga batu bara untuk kebutuhan dalam negeri.
Walaupun hal tersebut bisa berdampak positif terhadap daya beli masyarakat dikarenakan tarif listrik tidak akan berfluktuasi secara signifikan, pendapatan dari emiten-emiten batu bara yang menyuplai ke PLN dipastikan akan tertekan.
Beberapa saham emiten batu bara yang mengalami koreksi signifikan diantaranya: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terkoreksi 7,3%, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) terkoreksi 7,02%, dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terkoreksi sebesar 6,33%.
Sektor barang konsumsi yang merupakan sektor dengan bobot terbesar kedua dalam kapitalisasi pasar IHSG melemah hingga 3,07%, dipicu oleh turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Survei yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen pada bulan Februari menurun menjadi 122,5 dari yang sebelumnya 126,1 pada bulan Januari.
Melemahnya IKK bulan lalu disebabkan oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya: Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) turun menjadi 112,2, dari yang sebelumnya 114,8, sementara Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) turun menjadi 132,8, dari yang sebelumnya 137,4.
Nilai IKE dan IEK yang masih berada di atas angka 100 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya masih optimis terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini dan untuk enam bulan ke depan, walaupun tidak seoptimis bulan Januari.
Sentimen negatif bagi sektor barang konsumsi juga datang dari rilis laporan keuangan tahunan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) yang kurang memuaskan. Sepanjang 2017, laba bersih perusahaan produsen rokok tersebut turun sebesar 0,7% menjadi Rp 12,67 triliun, dari yang sebelumnya Rp 12,76 triliun pada tahun 2016. Harga saham HMSP ditutup turun 4,25% ke level Rp 4.510/saham.
Ambil Untung
Terlepas dari anjloknya IHSG hari ini, ada satu hal positif yang perlu diperhatikan oleh pelaku pasar: IHSG masih mencatatkan imbal hasil sebesar 0,2% secara year-to-date (YTD), lebih baik dari beberapa bursa saham negara tetangga yang mencatatkan imbal hasil negatif.
Perlu diingat juga, pada tahun lalu penguatan IHSG yang sebesar 19,99% merupakan yang terbesar ketiga di Asia Tenggara, setelah Vietnam dan Filipina. Jadi, dapat dikatakan bahwa kondisi yang saat ini dialami IHSG sesungguhnya masih relatif baik jika dibandingkan dengan yang terjadi di negara-negara tetangga.
(hps) Next Article Selamat, IHSG Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Masa!
IHSG tak melemah sendirian hari ini. Seluruh bursa saham utama di kawasan Asia kompak ditutup di zona merah: indeks Nikkei melemah 0,77%, indeks Shanghai melemah 0,55% indeks Hang Seng melemah 1,03%, indeks Strait Times melemah 1,18%, indeks Kospi melemah 0,4%, indeks SET (Thailand) melemah 0,97%, dan indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI melemah 0,57%.
Faktor Eksternal
Berbagai faktor menjadi penyebab anjloknya IHSG hari ini. Dari sisi eksternal, potensi perang dagang kembali mencuat pasca Gary Cohn selaku penasihat ekonomi dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengundurkan diri dari posisinya. Mantan petinggi Goldman Sachs tersebut dipaksa angka kaki dari gedung putih pasca Trump berkukuh untuk menerapkan kebijakan pengenaan bea masuk untuk baja dan aluminium masing-masing sebesar 25% dan 10%.
Harga minyak lantas ikut terseret menyusul pengunduran diri Cohn. Jika perang dagang terjadi, pemulihan ekonomi dunia dipastikan terganggu sehingga permintaan atas minyak pun akan turun.
Sentimen negatif bagi harga minyak juga datang dari rilis data cadangan minyak mentah AS oleh American Petroleum Institute pada hari Selasa waktu setempat. Cadangan minyak mentah AS pada minggu lalu diketahui bertambah sebesar 5,67 juta barel untuk minggu yang berakhir pada 2 Maret. Padahal, kenaikan cadangan pada minggu yang berakhir pada 23 Februari lalu hanya sebesar 3 juta barel. Data resmi dari U.S. Energy Information Administration (EIA) baru akan diumumkan pada malam ini.
Sampai dengan penutupan perdagangan IHSG, harga minyak mentah jenis WTI turun 1,04% ke level US$ 61,59/barel, sementara brent turun 0,81% ke level US$ 64,98/barel.
Beberapa saham sektor pertambangan sub-sektor minyak dan gas yang melemah signifikan diantaranya: PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) turun 8,21%, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) turun 6,78%, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) turun 3,53%, dan PT Benakat Integra Tbk (BIPI) turun 5,43%.
Faktor Domestik
Dari dalam negeri, harga saham emiten-emiten batu bara dibuat babak belur oleh rencana pemerintah yang akan harga batu bara untuk kebutuhan dalam negeri.
Walaupun hal tersebut bisa berdampak positif terhadap daya beli masyarakat dikarenakan tarif listrik tidak akan berfluktuasi secara signifikan, pendapatan dari emiten-emiten batu bara yang menyuplai ke PLN dipastikan akan tertekan.
Beberapa saham emiten batu bara yang mengalami koreksi signifikan diantaranya: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terkoreksi 7,3%, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) terkoreksi 7,02%, dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terkoreksi sebesar 6,33%.
Sektor barang konsumsi yang merupakan sektor dengan bobot terbesar kedua dalam kapitalisasi pasar IHSG melemah hingga 3,07%, dipicu oleh turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Survei yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen pada bulan Februari menurun menjadi 122,5 dari yang sebelumnya 126,1 pada bulan Januari.
Melemahnya IKK bulan lalu disebabkan oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya: Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) turun menjadi 112,2, dari yang sebelumnya 114,8, sementara Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) turun menjadi 132,8, dari yang sebelumnya 137,4.
Nilai IKE dan IEK yang masih berada di atas angka 100 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya masih optimis terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini dan untuk enam bulan ke depan, walaupun tidak seoptimis bulan Januari.
Sentimen negatif bagi sektor barang konsumsi juga datang dari rilis laporan keuangan tahunan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) yang kurang memuaskan. Sepanjang 2017, laba bersih perusahaan produsen rokok tersebut turun sebesar 0,7% menjadi Rp 12,67 triliun, dari yang sebelumnya Rp 12,76 triliun pada tahun 2016. Harga saham HMSP ditutup turun 4,25% ke level Rp 4.510/saham.
Ambil Untung
Terlepas dari anjloknya IHSG hari ini, ada satu hal positif yang perlu diperhatikan oleh pelaku pasar: IHSG masih mencatatkan imbal hasil sebesar 0,2% secara year-to-date (YTD), lebih baik dari beberapa bursa saham negara tetangga yang mencatatkan imbal hasil negatif.
Perlu diingat juga, pada tahun lalu penguatan IHSG yang sebesar 19,99% merupakan yang terbesar ketiga di Asia Tenggara, setelah Vietnam dan Filipina. Jadi, dapat dikatakan bahwa kondisi yang saat ini dialami IHSG sesungguhnya masih relatif baik jika dibandingkan dengan yang terjadi di negara-negara tetangga.
![]() |
(hps) Next Article Selamat, IHSG Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Masa!
Most Popular