Valuasi Tinggi, Kinerja 10 Saham Big Cap Kurang Diapresasi

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
07 March 2018 11:19
Valuasi saham yang dinilai sudah tinggi, menyebabkan minat investor untuk mengakumulasi beli saham-saham tersebut menjadi terbatas.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja 10 saham berkapitalisasi paling besar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kurang diapresiasi investor dari awal tahun hingga perdagangan kemarin, Selasa (06/03/2018). Valuasi saham yang dinilai sudah tinggi, menyebabkan minat investor untuk mengakumulasi beli saham-saham tersebut menjadi terbatas.

Berdasarkan data BEI, 10 saham tersebut mayoritas terkoreksi, dimana saham PT Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk (TLKM) tercatat mengalami koreksi paling tinggi. Demikian pula saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang juga mengalami koreksi hingga 7,32%.

Sementara, saham berkapitalisasi paling besar yang tercatat naik dibubukan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang kenaikannya hanya 4%. Lalu saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 2,47%. 

Kenaikan harga saham berkapitalisasi besartersebut rerata lebih rendah dibandingkan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 2,72%. Selengkapnya, kinerja 10 saham berkapitalisasi besar tersebut terlampir di tabel di bawah ini.

Valuasi Tinggi, Kinerja 10 Saham Big Cap Kurang DiapresasiFoto: CNBC Indonesia

Menurut Kepala Riset PT Mega Capital Indonesia Danny Eugene, valuasi saham-saham berkapitalisasi besar sudah relatif mahal karena kenaikan harga sepanjang 2017. "Saya melihatnya satu hal, dari pertengahan tahun lalu hingga awal tahun ini terjadi kenaikan saham yang cukup besar pada saham emiten big capitalization. Valuasi PE (price to earning) ratio rata-rata sudah di atas 15 kali, sehingga wajar kenaikan harga saham awal tahun ini belum maksimal", ujar Danney Eugene, saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (7/3/2018).

Senada dengan Danny, Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menambahkan, kinerja harga saham berkapitalisasi besar tidak maksimal awal tahun ini, karena valuasi yang tinggi.

"Biasanya jenuh beli, ada saham perbankan yang saat ini terkoreksi itu juga hal yang wajar. Kalau saya lihat price to earning ratio nya sudah tinggi, jadi wajarl kalau terkoreksi, pelaku pasar masih menunggu", tambah Nafan.

Nafa memperkirakan pada kuartal III 2017, performa harga saham emiten berkapitalisasi besar akan bergerak ke arah positif. Pemicunya, ada beberapa peristiwa besar di dalam negeri yang berpotensi meningkatkan kinerja emiten. Peristiwa-peristiwa tersebut, antara lain pemilihan kepala daerah (Pikada), pertemuan IMF di Bali dan Asian Games.

"Pengaruhnya misalnya ke Telkom ini, di tahun politik otomatis pendapatan meningkat karena penggunaan jaringan komunikasi yang meningkat saat tahun politik. Selain itu, acara IMF dan Asian Games itu juga jadi tren positif", tambah Nafan.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular