Target PDB China Picu Bursa Regional Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 March 2018 12:45
Pelemahan kinerja bursa regional pada hari ini dipicu pernyataan Perdana Menteri Li Keqiang yang menargetkan ekonomi China untuk tumbuh sekitar 6,5% tahun ini.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama di kawasan regional kompak melemah sampai dengan penutupan sesi I perdagangan IHSG. Pelemahan kinerja bursa regional pada hari ini dipicu pernyataan Perdana Menteri Li Keqiang yang menargetkan ekonomi China untuk tumbuh sekitar 6,5% tahun ini.

Indeks Nikkei turun 0,88%, indeks Shanghai turun 0,16%, indeks Hang Seng turun 1,13%, indeks Strait Times turun 0,73%, indeks Kospi turun 0,68%, indeks SETi (Thailand) turun 0,43%, dan indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI turun 0,82%. Sementara itu, IHSG turun 0,04% ke level 6.579,58 poin.

Selain ketakutan atas potensi perang dagang pasca Trump berencana mengenakan bea masuk untuk baja dan aluminium masing-masing sebesar 25% dan 10%, sentimen negatif bagi bursa saham regional juga datang dari pengumuman target pertumbuhan ekonomi China yang dapat dikatakan mengecewakan.

Pada pertemuan parlemen tahunan yang digelar hari ini (5/3), Perdana Menteri Li Keqiang dalam sambutannya menargetkan ekonomi China tumbuh sekitar 6,5% pada tahun ini. Walaupun target ini sama dengan yang dibuat pada tahun lalu, namun ada satu hal khusus mengapa target kali ini dapat dikatakan mengecewakan, pemerintah China dalam pernyataannya menghilangkan kemungkinan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat lebih tinggi dari perkiraan. Padahal, hal ini termasuk dalam pernyataan mereka tahun lalu.

Hal ini menandakan satu hal yaitu pemerintahan Xi Jinping akan lebih berusaha untuk menciptakan stabilitas keuangan ketimbang mendorong pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin. Guna mewujudkan hal tersebut, defisit anggaran ditetapkan pada angka 2,6% dari PDB, lebih rendah dibandingkan defisit 2 tahun terakhir yang sebesar 3% dari PDB.

Sebagai catatan, rally bursa saham dunia tahun lalu tidak lepas dari ekspektasi atas pertumbuhan ekonomi China yang begitu kuat. Bagaimana tidak, negeri panda itu melaporkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,9% pada tahun 2017, jauh melampaui target pemerintahnya di kisaran 6,5%, serta di atas capaian 2016 yang hanya sebesar 6,7%. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga mengalahkan proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang sebesar 6,2%.

Capaian tersebut lantas menandai percepatan pertumbuhan pertama yang ditorehkan China sejak 2010 silam.

Dengan pemerintah China yang sudah kembali konservatif dalam memasang target pertumbuhan ekonomi, maka dapat dipastikan bahwa kado dari negeri panda bagi bursa saham dunia sudah berakhir. Pelaku pasar kini berharap bahwa target moderat di kisaran 6,5% yang ditetapkan dapat dicapai. Jika tidak, bukan tidak mungkin bursa saham dunia akan terkoreksi semakin dalam. Terlebih, saat ini sentimen negatif bagi bursa saham jauh lebih banyak, melebihi sentimen positif.

TIM CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular