
Rupiah dan IHSG Berpotensi Tertekan Pekan Depan
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
04 March 2018 20:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan tertekan pekan depan.
David Sutyanto, Head of Research Ekuator Swarna Sekuritas, memproyeksikan tekanan itu akan berlangsung selama dua minggu ke depan. Hal ini disebabkan pasar masih menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, yang akan berlangsung pertengahan Maret.
Ia memprediksi IHSG akan berada di kisaran 6.520 sampai 6.600 minggu depan.
"FOMC meeting ini pasti akan sangat berpengaruh terhadap rupiah. Jadi, sebelum FOMC meeting ini terjadi, trennya memang masih dalam tekanan," kata David kepada CNBC Indonesia hari Minggu (4/3/2018).
Meskipun begitu, ia berharap Bank Indonesia (BI) bisa mempertahankan nilai tukar rupiah agar tidak melewati level psikologis Rp 14.000 di tengah gejolak global saat ini.
Salah satu cara untuk tidak terpengaruh gejolak global adalah dengan memperkuat ekonomi domestik lewat dorongan terhadap industri berorientasi ekspor, tambahnya.
Sementara itu, Vice President Research Department Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan kecemasan akan keputusan The Fed bukanlah satu-satunya alasan dari situasi tertekan yang melanda pasar saham saat ini.
Berbagai sentimen memang memengaruhi nilai tukar rupiah dan pasar modal, termasuk cadangan devisa negara dan perayaan imlek.
Ia menilai, belum ada lagi alasan penguatan signifikan di indeks dolar AS yang dapat memengaruhi mata uang lain, termasuk rupiah.
"Jadi saya rasa tingkat kebutuhan akan valas [valuta asing] belum ada peningkatan terlalu signifikan. Walaupun dengan tingkat penguatan yang terus-menerus seperti ini, tidak menutup kemungkinan juga USD Index menguat dan rupiah melemah," katanya kepada CNBC Indonesia.
"Kalau masih mekanisme pasar, ikutin saja, enggak perlu intervensi apa-apa," katanya.
William memperkirakan IHSG akan bergerak pada kisaran 6.555 hingga 6.728 hari Senin (5/3/2018).
"IHSG terlihat masih terus berusaha untuk dapat mencetak rekor tertinggi baru kembali, kekuatan naik masih terlihat cukup besar ditunjang oleh masih kuatnya harga komoditas ditambah dengan stabilnya nilai tukar serta fundamental perekonomian yang masih terjaga dengan baik, sehingga daya tarik pasar modal terhadap investor baik domestik maupun luar masih cukup menjanjikan," tulisnya dalam catatan riset yang diterima CNBC Indonesia hari Minggu.
(prm/prm) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
David Sutyanto, Head of Research Ekuator Swarna Sekuritas, memproyeksikan tekanan itu akan berlangsung selama dua minggu ke depan. Hal ini disebabkan pasar masih menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, yang akan berlangsung pertengahan Maret.
Ia memprediksi IHSG akan berada di kisaran 6.520 sampai 6.600 minggu depan.
Meskipun begitu, ia berharap Bank Indonesia (BI) bisa mempertahankan nilai tukar rupiah agar tidak melewati level psikologis Rp 14.000 di tengah gejolak global saat ini.
Salah satu cara untuk tidak terpengaruh gejolak global adalah dengan memperkuat ekonomi domestik lewat dorongan terhadap industri berorientasi ekspor, tambahnya.
Sementara itu, Vice President Research Department Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan kecemasan akan keputusan The Fed bukanlah satu-satunya alasan dari situasi tertekan yang melanda pasar saham saat ini.
Berbagai sentimen memang memengaruhi nilai tukar rupiah dan pasar modal, termasuk cadangan devisa negara dan perayaan imlek.
Ia menilai, belum ada lagi alasan penguatan signifikan di indeks dolar AS yang dapat memengaruhi mata uang lain, termasuk rupiah.
"Jadi saya rasa tingkat kebutuhan akan valas [valuta asing] belum ada peningkatan terlalu signifikan. Walaupun dengan tingkat penguatan yang terus-menerus seperti ini, tidak menutup kemungkinan juga USD Index menguat dan rupiah melemah," katanya kepada CNBC Indonesia.
"Kalau masih mekanisme pasar, ikutin saja, enggak perlu intervensi apa-apa," katanya.
William memperkirakan IHSG akan bergerak pada kisaran 6.555 hingga 6.728 hari Senin (5/3/2018).
"IHSG terlihat masih terus berusaha untuk dapat mencetak rekor tertinggi baru kembali, kekuatan naik masih terlihat cukup besar ditunjang oleh masih kuatnya harga komoditas ditambah dengan stabilnya nilai tukar serta fundamental perekonomian yang masih terjaga dengan baik, sehingga daya tarik pasar modal terhadap investor baik domestik maupun luar masih cukup menjanjikan," tulisnya dalam catatan riset yang diterima CNBC Indonesia hari Minggu.
(prm/prm) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
Most Popular