
Ulasan Kinerja Bank Mandiri
Jalan Menuju Pemulihan Kian Terbuka
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 March 2018 19:26

Penurunan rasio kredit bermasalah salah satunya disebabkan oleh melandainya kredit bermasalah sektor pertambangan. Seperti diketahui, sektor pertambangan pada tahun lalu mengalami tekanan karena rendahanya harga jual komoditas, terutama batu bara.
Pada tahun 2014 silam, kredit macet dari sektor pertambangan tercatat hanya sebesar Rp 328,4 miliar. Nilainya lantas melonjak menjadi Rp 659,5 miliar dan Rp 2,2 triliun pada dua tahun berikutnya. Pada tahun 2017, angka tersebut melandai menjadi Rp 1,6 triliun.
Bank beraset terbesar kedua setelah BRI ini dalam dua tahun terakhir berupaya mengurangi persentase kredit yang disalurkannya ke sektor pertambangan, dari 6% pada 2014 dan 2015, menjadi 5% pada 2016 dan 2017.
Hanya saja, dari sisi nilai, kredit yang mengucur ke sektor tambang masih tumbuh, yakni dari Rp 32,68 triliun (2015), Rp 33,82 triliun (2016), menjadi Rp 38,63 triliun pada tahun lalu. Portofolio terbesar kredit Bank Mandiri mengucur pada sektor lain-lain, sebesar Rp 169,52 triliun, disusul sektor manufaktur sebesar Rp 151,97 triliun dan perdagangan, restoran, dan hotel Rp 107,45 triliun.
Jika ditotal, nilai kredit Bank Mandiri yang mengucur ke sektor riil pada tahun lalu mencapai Rp 712,04 triliun, atau naik 9,66% dari posisi 2016 senilai Rp 649,32 triliun. Sebagai hasil dari melandainya kredit bermasalah, alokasi pencadangan pun turun tajam sebesar 35,3% menjadi hanya Rp 15,95 triliun pada tahun 2017, dari sebelumnya Rp 24,6 triliun.
Dengan membaiknya aset perseroan, rasio pengembalian aset (return on asset/ ROA) pun meningkat signifikan menjadi 2,41% pada tahun lalu, naik dibandingkan dengan posisi 2016 sebesar 1,79%. Jika mengacu pada standar ROA Bank Indonesia (BI) yakni minimal sebesar 1,5%, posisi ROA Bank Mandiri ini terhitung masih sangat sehat.
Di tahun politik ini, harapan percepatan kinerja Bank Mandiri sepenuhnya bergantung pada stabilitas perekonomian, di tengah makin dekatnya tahun politik. Satu hal yang pasti, penyelesaian kredit-kredit bermasalah di korporasi yang menjadi debitor Bank Mandiri sepanjang tahun lalu terbukti sukses, dan membuka jalan pemulihan lanjutan bagi kinerja perseroan pada tahun ini.
(ags/ags)
Pada tahun 2014 silam, kredit macet dari sektor pertambangan tercatat hanya sebesar Rp 328,4 miliar. Nilainya lantas melonjak menjadi Rp 659,5 miliar dan Rp 2,2 triliun pada dua tahun berikutnya. Pada tahun 2017, angka tersebut melandai menjadi Rp 1,6 triliun.
![]() |
Hanya saja, dari sisi nilai, kredit yang mengucur ke sektor tambang masih tumbuh, yakni dari Rp 32,68 triliun (2015), Rp 33,82 triliun (2016), menjadi Rp 38,63 triliun pada tahun lalu. Portofolio terbesar kredit Bank Mandiri mengucur pada sektor lain-lain, sebesar Rp 169,52 triliun, disusul sektor manufaktur sebesar Rp 151,97 triliun dan perdagangan, restoran, dan hotel Rp 107,45 triliun.
![]() |
Di tahun politik ini, harapan percepatan kinerja Bank Mandiri sepenuhnya bergantung pada stabilitas perekonomian, di tengah makin dekatnya tahun politik. Satu hal yang pasti, penyelesaian kredit-kredit bermasalah di korporasi yang menjadi debitor Bank Mandiri sepanjang tahun lalu terbukti sukses, dan membuka jalan pemulihan lanjutan bagi kinerja perseroan pada tahun ini.
(ags/ags)
Next Page
Efisiensi Membaik Drastis
Pages
Most Popular