
Saham Beta Rendah Jadi Pilihan Saat IHSG Bergejolak
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 March 2018 12:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,3% ke level 6.617,06 pada perdagangan pagi hari ini setelah kemarin melemah tipis 0,03%. Namun penguatan IHSG perlu diwaspadai, mengingat bursa regional saat ini sedang berada dalam tekanan, masih terdampak dari ketakutan atas kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif dari perkiraan.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, beberapa saham dapat menjadi pilihan investor termasuk saham-saham yang likuid yang masuk daftar LQ45. Saham-saham yang dapat dipilih adalah yang memiliki nilai beta rendah, atau bahkan negatif.
Sebagai informasi, beta merupakan indikator yang menggambarkan sensitivitas suatu saham terhadap pergerakan pasar secara keseluruhan alias IHSG. Beta yang rendah berarti saham tersebut tidak akan banyak tertekan ketika IHSG anjlok. Beta yang negatif malah menunjukkan bahwa suatu saham berpeluang menguat ketika IHSG sedang melemah.
Mengutip Reuters, berikut 10 saham dengan beta paling rendah dalam indeks LQ45.
Relatif Tahan
Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) merupakan anggota indeks LQ45 yang paling tahan terhadap gejolak IHSG. Setiap 1 poin pelemahan IHSG, saham SRIL justru akan meresponnya dengan penguatan sebesar 0,26 poin. Adalah karakteristik operasional perusahaan yang menyebabkan hal ini bisa terjadi.
Perusahaan yang bergerak di bidang tekstil ini sebagian besar penjualannya dihasilkan oleh ekspor. Per 9 bulan pertama 2017 misalnya, total ekspor perusahaan mencapai US$ 305,4 juta atau setara dengan 53% dari total penjualan perusahaan. Akibatnya ketika rupiah melemah (biasanya anjloknya IHSG disebabkan oleh pelemahan rupiah), saham SRIL relatif kebal karena eksposur perusahaan terhadap dolar AS tidak terlalu besar.
Secara kinerja, perusahaan yang bermarkas di Solo, Jawa Tengah ini juga dapat dikatakan baik. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan selalu mencatatkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih. Pada 3 kuartal pertama tahun lalu, penjualan perusahaan tumbuh sebesar 14,8% YoY menjadi US$ 572,6 juta, dari yang sebelumnya US$ 498,7 juta. Sementara itu, laba bersih tumbuh 14,3% YoY menjadi US$ 47,2 juta, dari yang sebelumnya US$ 41,3 juta.
Sebagai informasi, beta merupakan indikator yang menggambarkan sensitivitas suatu saham terhadap pergerakan pasar secara keseluruhan alias IHSG. Beta yang rendah berarti saham tersebut tidak akan banyak tertekan ketika IHSG anjlok. Beta yang negatif malah menunjukkan bahwa suatu saham berpeluang menguat ketika IHSG sedang melemah.
![]() |
Relatif Tahan
Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) merupakan anggota indeks LQ45 yang paling tahan terhadap gejolak IHSG. Setiap 1 poin pelemahan IHSG, saham SRIL justru akan meresponnya dengan penguatan sebesar 0,26 poin. Adalah karakteristik operasional perusahaan yang menyebabkan hal ini bisa terjadi.
Perusahaan yang bergerak di bidang tekstil ini sebagian besar penjualannya dihasilkan oleh ekspor. Per 9 bulan pertama 2017 misalnya, total ekspor perusahaan mencapai US$ 305,4 juta atau setara dengan 53% dari total penjualan perusahaan. Akibatnya ketika rupiah melemah (biasanya anjloknya IHSG disebabkan oleh pelemahan rupiah), saham SRIL relatif kebal karena eksposur perusahaan terhadap dolar AS tidak terlalu besar.
Secara kinerja, perusahaan yang bermarkas di Solo, Jawa Tengah ini juga dapat dikatakan baik. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan selalu mencatatkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih. Pada 3 kuartal pertama tahun lalu, penjualan perusahaan tumbuh sebesar 14,8% YoY menjadi US$ 572,6 juta, dari yang sebelumnya US$ 498,7 juta. Sementara itu, laba bersih tumbuh 14,3% YoY menjadi US$ 47,2 juta, dari yang sebelumnya US$ 41,3 juta.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular