
International
Laba Melonjak, Standard Chartered Kembali Bagikan Dividen
Roy Franedya, CNBC Indonesia
27 February 2018 14:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Standard Chartered Plc akan kembali membagikan dividen setelah dua tahun absen. Raksasa perbankan ini mengumumkan rencana tersebut pada Selasa (27/2/2018) setelah mencatatkan pertumbuhan laba bersih setelah melakukan restrukturisasi bisnis dan pengurangan karyawan.
Bank yang berkantor pusat di London, Inggris ini akan membagikan dividen sebesar 11 sen dolar per saham dengan alasan "perbaikan kinerja keuangan dan modal yang kuat." Pada 2017, laba sebelum pajak Standard Chartered tumbuh 175% dibanding tahun lalu menjadi US$3,01 miliar atau setara Rp 40,94 triliun (asumsi US$1 = Rp 13.600).
Pada perdagangan sore di Bursa Hong Kong harga saham Standard Chartered naik hampir 2% padahal sebelumnya pengumuman kinerja harga sahamnya tertekan.
Standard Chartered kembali mencetak laba bersih pada 2016 setelah setahun sebelumnya mengalami kerugian untuk pertama kalinya selama lebih dari seperempat abad karena Standard Chartered terbebani piutang tak tertagih dan denda akibat kesalahan pengelolaan.
Chief executive Standard Chartered menggambarkan kinerjanya sebagai "stabil ketimbang spektakuler" dan sudah meningkat secara signifikan. Winters menggantikan Peter Sands pada tahun 2015 setelah pemegang saham memperingatkan dewan direksi tentang laba perusahaan.
Standard Chartered telah merestrukturisasi asetnya senilai US$100 miliar untuk memfokuskan bisnis pada nasabah ritel prioritas. Standard Chartered juga telah melakukan pengurangan karyawan sebanyak 15.000 karyawan di seluruh dunia.
Meski kinerja baik, analis memperkirakan Standard Chartered masih memiliki cara untuk memaksimalkan keuntungan. Analis memperkirakan laba sebelum pajak bisa mencapai US$3,1 miliar.
Analis Huarong International Securities, Jackson Wong mengatakan Standard Chartered perlu menemukan fokus baru untuk bertumbuh daripada berkonsentrasi pada pemotongan karyawan. Ia menambahkan HSBC memiliki posisi yang sama setelah kehilangan beberapa perkiraan keuntungan minggu lalu.
"Mereka tidak menjalankan core bisnis untuk mengembangkan bisnis mereka. Bisnis mereka belum bertumbuh, mereka memotong biaya. Jika mereka mengurangi biaya maka sumber daya lebih sedikit untuk mendorong pertumbuhan," ujar Wong kepada AFP.
Wong bilang pembayaran dividen Standard Chartered akan membuat investor senang. "Jelas dari sudut pandang lingkungan bisnis mereka berada dalam kondisi yang jauh lebih baik dari tahun lalu," tambahnya.
Pada Agustus 2014, regulator Amerika Serikat (AS) mendenda Standard Chartered sebesar US$300 juta karena dianggap abai dalam mendeteksi praktik pencucian uang pada cabangnya di AS.
(roy/roy) Next Article Laba Credit Suisse Kuartal I-2018 Rp 14,85 T, Naik 57%
Bank yang berkantor pusat di London, Inggris ini akan membagikan dividen sebesar 11 sen dolar per saham dengan alasan "perbaikan kinerja keuangan dan modal yang kuat." Pada 2017, laba sebelum pajak Standard Chartered tumbuh 175% dibanding tahun lalu menjadi US$3,01 miliar atau setara Rp 40,94 triliun (asumsi US$1 = Rp 13.600).
Pada perdagangan sore di Bursa Hong Kong harga saham Standard Chartered naik hampir 2% padahal sebelumnya pengumuman kinerja harga sahamnya tertekan.
Chief executive Standard Chartered menggambarkan kinerjanya sebagai "stabil ketimbang spektakuler" dan sudah meningkat secara signifikan. Winters menggantikan Peter Sands pada tahun 2015 setelah pemegang saham memperingatkan dewan direksi tentang laba perusahaan.
Meski kinerja baik, analis memperkirakan Standard Chartered masih memiliki cara untuk memaksimalkan keuntungan. Analis memperkirakan laba sebelum pajak bisa mencapai US$3,1 miliar.
Analis Huarong International Securities, Jackson Wong mengatakan Standard Chartered perlu menemukan fokus baru untuk bertumbuh daripada berkonsentrasi pada pemotongan karyawan. Ia menambahkan HSBC memiliki posisi yang sama setelah kehilangan beberapa perkiraan keuntungan minggu lalu.
"Mereka tidak menjalankan core bisnis untuk mengembangkan bisnis mereka. Bisnis mereka belum bertumbuh, mereka memotong biaya. Jika mereka mengurangi biaya maka sumber daya lebih sedikit untuk mendorong pertumbuhan," ujar Wong kepada AFP.
Wong bilang pembayaran dividen Standard Chartered akan membuat investor senang. "Jelas dari sudut pandang lingkungan bisnis mereka berada dalam kondisi yang jauh lebih baik dari tahun lalu," tambahnya.
Pada Agustus 2014, regulator Amerika Serikat (AS) mendenda Standard Chartered sebesar US$300 juta karena dianggap abai dalam mendeteksi praktik pencucian uang pada cabangnya di AS.
(roy/roy) Next Article Laba Credit Suisse Kuartal I-2018 Rp 14,85 T, Naik 57%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular