Begini Dampaknya Saat AS Naikkan Suku Bunga

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2018 12:34
Tanda-tanda pemulihan ekonomi AS sudah terlihat sejak 2014.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) adalah biang keladi krisis keuangan global 2008. Namun Negeri Paman Sam menjadi salah satu negara yang paling cepat pulih dari tsunami finansial tersebut. 

Tanda-tanda pemulihan ekonomi AS sudah terlihat sejak 2014. Saat itulah mulai dimunculkan wacana untuk mengurangi stimulus dan mengetatkan kebijakan moneter.

Begini Dampaknya Saat AS Naikkan Suku BungaBank Dunia

Namun pengetatan moneter sempat hanya menjadi wacana yang terus tarik-ulur. Padahal pasar sudah bersiap menghadapinya.

Akibatnya situasi di pasar menjadi naik-turun, volatilitas sangat tinggi. Periode penuh kegalauan ini disebut taper tantrum.
 

Kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) baru terjadi pada akhir 2015. Dampaknya kepada pasar sangat minimal, karena kenaikan tersebut sudah diantisipasi selama bertahun-tahun. Ada perpindahan modal global ke AS, tetapi tidak terlalu signifikan.

Begini Dampaknya Saat AS Naikkan Suku BungaReuters
Setelah kenaikan pada Desember 2015, Fed Fund Rate terus bergerak naik. The Fed menilai kenaikan suku bunga sangat diperlukan untuk menyeimbangkan ekonomi AS agar tidak cepat panas alias overheat. 

Tahun ini, The Fed kembali merencanakan kenaikan suku bunga. Akan ada tiga kali kenaikan, meski terbuka kesempatan untuk lebih dari itu. 

Pemulihan ekonomi AS memang semakin terkonfirmasi. Terakhir, inflasi Negeri Paman Sam pada Januari 2018 tercatat 2,1% year on year (YoY). Lebih tinggi dibandingkan perkiraan pasar yang sebesar 1,9% YoY.

Begini Dampaknya Saat AS Naikkan Suku BungaReuters
Tidak hanya itu, angka pengangguran AS pun terus menurun. Terakhir, angka pengangguran AS tercatat 4,1%, terendah sejak tahun 2000.
Begini Dampaknya Saat AS Naikkan Suku BungaReuters
Oleh karena itu, kenaikan suku bunga acuan AS sudah tidak terelakkan. Kemungkinan besar akan ada kenaikan dalam pertemuan bulan depan. 

Bagaimana dampaknya terhadap Indonesia? Dampak paling mudah bisa dilihat dari pasar Surat Berharga Negara (SBN). Saat suku bunga AS naik, investor asing cenderung keluar dari pasar SBN meski sifatnya sangat temporer. 

Saat kenaikan Fed Fund Rate 14 Maret 2017, posisi kepemilikan investor asing di SBN tercatat Rp 763,92 triliun tetapi turun menjadi Rp 763,86 triliun pada 15 Maret dan turun lagi menjadi Rp 763,84 triliun pada 16 Maret. Namun pada 17 Maret, investor asing kembali masuk sehingga kepemilikan mereka naik lagi menjadi Rp 701,58 triliun 

Kemudian pada kenaikan Fed Fund Rate edisi 14 Juni 2017, kepemilikan asing yang sebesar Rp 763,92 triliun turun sedikit menjadi Rp 763,86 triliun keesokan harinya. Pada 16 Juni nilainya kembali turun menjadi Rp 763,84 triliun, tetapi pada 19 Juni asing kembali masuk dan menambah kepemilikannya menjadi Rp 763,86 triliun. 

Lalu pada kenaikan suku bunga berikutnya pada 13 Desember, kepemilikan asing yang sebesar Rp 834,54 triliun justru naik pada hari berikutnya menjadi Rp 835,72 triliun. Artinya pelaku pasar sudah bisa mencerna informasi kenaikan suku bunga dengan rasional sehingga tidak ada kepanikan.

Begini Dampaknya Saat AS Naikkan Suku BungaDJPPR Kemenkeu
Meski demikian, bukan berarti kita bisa bersantai-santai. Pada 2105-2017, bisa dikatakan hanya AS negara yang berani menaikkan suku bunga. AS menjadi satu-satunya tempat investasi yang menarik di kalangan negara maju, AS menjadi tujuan utama. 

Namun tahun ini sepertinya situasi agak berbeda. Bukan hanya AS yang menaikkan suku bunga, bukan hanya AS yang menjadi tempat investasi menarik. Eropa pun sudah mengambil ancang-ancang untuk menaikkan suku bunga karena pemulihan ekonomi di Benua Biru semakin terlihat. 

Ketika AS dan Eropa sudah menaikkan suku bunga, maka akan lebih banyak dana yang keluar ke kawasan-kawasan tersebut. Investor memiliki lebih banyak pilihan. Akibatnya kemungkinan arus modal keluar (capital outflow) yang dirasakan Indonesia akan lebih signifikan dibandingkan tahun lalu. 

Hal ini perlu menjadi perhatian, karena ketika ada aliran modal keluar yang signifikan dari investor asing maka bisa mempengaruhi pasar SBN secara keseluruhan. Pasalnya, investor asing memegang 40,42% dari SBN domestik yang dapat diperdagangkan.

(aji/aji) Next Article Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, The Fed Pangkas Bunga Acuan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular